JANGAN LALAI
MENGEVALUASI DIRI SENDIRI
Disusun oleh : Azwir
B.Chaniago
Ketika bergaul dengan
orang banyak dalam masyarakat maka jadi pahamlah kita bahwa setiap orang
MEMILIKI KELEBIHAN DAN KEKURANGAN pada dirinya. Keadaan ini berlaku disemua
strata. Apakah orang berpendidikan tinggi atau berpendidikan rendah. Apakah
orang berharta atau bukan. Apakah orang berpangkat atau tidak punya pangkat.
Berbicara tentang
kekurangan diri, memang ada kekurangannya
serius dan ada yang tidak terlalu serius kekurangan. Salah satu tabiat
manusia yang berakal adalah ingin selalu memperbaiki diri. Ketahuilah bahwa bab
pertama dalam belajar dan berusaha memperbaiki diri adalah melalui muhasabah,
introspeksi atau evaluasi diri.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan
agar orang orang beriman senantiasa melakukan introspeksi diri atau muhasabah,
sebagaimana firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman !. Bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S al Hasyr 18).
Syaikh as Sa'di berkata : Ayat ini adalah pangkal
dalam hal muhasabah diri. Setiap orang harus selalu mengintrospeksi diri. Jika
melihat adanya kekeliruan segera menyelesaikannya dengan cara melepaskan diri
darinya, bertaubat secara sungguh-sungguh dan berpaling dari berbagai hal yang
menghantarkan pada kekeliruan tersebut.
Jika menilai dirinya bersikap sekenanya dalam
menunaikan perintah-perintah Allah, ia akan mengerahkan segala kemampuannya
dengan meminta pertolongan pada Rabb-nya untuk mengembangkan, dan
menyempurnakannya, serta membandingkan antara karunia dan kebaikan Allah yang
diberikan padanya dengan kemalasannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga
mengingatkan tentang muhasabah, sebagaimana sabda beliau :
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ
الْمَوْتِ والعَاجِرُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنِّى عَلَى اللهِ
Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi)
dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang
yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan
terhadap Allah Ta'ala. (H.R at Tirmidzi, Hadits ini Hasan).
Sebagai penutup tulisan ini, dinukil satu nasehat dari
ulama terdahulu yaitu Imam
Fudhail bin Iyadh. Beliau memberi nasehat : Orang yang beriman itu rajin
mengintrospeksi diri. Dia selalu sadar bahwa kelak dirinya pasti akan menghadap
Allah Ta’ala. Sedangkan orang munafik munafik malas mengoreksi dirinya.
Sungguh
Allah Ta’ala akan merahmati hamba yang terus menerus mengoreksi diri sebelum
datang Malaikat Maut menjemput ajalnya. (Dari Tarikh al Baghdadi).
Wallahu A'lam. (3.166)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar