HAMBA YANG DERMAWAN
DEKAT DENGAN ALLAH
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Menurut
KBBI, dermawan adalah pemurah hati, orang yang suka berderma (beramal,
bersedekah). Sungguh sifat dermawan ini sangat terpuji bahkan orang yang
dermawan dekat dengan Allah dan dekat dengan surga. Rasulullah Salallahu
'alaihi Wasallam bersabda :
السَّخِيُّ قَرِيْبٌ
مِنَ اللهِ، قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ، قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ بَعِيْدٌ مِنَ
النَّارِ، وَالْبَخِيْلُ بَعِيْدٌ مِنَ اللهِ، بَعِيْدٌ مِنَ النَّاسِ، بَعِيْدٌ
مِنَ الْجَنَّةِ، قَرِيْبٌ مِنَ النَّارِ، وَالْجَاهِلُ السَّخِيُّ أَحَبُّ إِلَى
اللهِ مِنْ عَابِدٍ بِخَيْلٍ. - رواه الترمذى
Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan
manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir
jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka.
Orang jahil yang dermawan lebih disukai Allah daripada ahli ibadah yang kikir.
(H.R at Tirmidzi).
Ketahuilah bahwa
Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam adalah SANGAT DERMAWAN terlebih lagi di
bulan Ramadhan. Dalam satu hadits dari Ibnu Abbas disebutkan :
كان رسول الله صلى الله عليه
وسلم أجود الناس ، وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل ، وكان يلقاه في كل
ليلة من رمضان فيُدارسه القرآن ، فالرسول الله صلى الله عليه وسلم أجودُ بالخير من
الريح المرسَلة
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang
yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat
beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al
Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi
angin yang berhembus. (H.R Imam Bukhari).
Pada kesempatan ini dinukil kisah tentang kedermawanan
dari dua ulama besar, yaitu :
Pertama : Imam Ibnu Mubarak, wafat 181 H atau 797 M
Ketahuilah bahwa salah satu
diantara sifat mulia yang ada pada Ibnul Mabarak adalah sangat dermawan. Beliau
adalah dermawan sejati dan menyembunyikan kedermawanannya untuk menjaga
keikhlasan dalam beramal shalih.
Tentang kedermawanan beliau diantaranya adalah sebagaimana dituturkan oleh Ibnu Mundzir bahwa Ibnul Mubarak adalah orang yang sering bepergian ke Tharasus dan singgah di desa Khan. Disitu ada seorang pemuda yang sering menemui Ibnul Mubarak untuk belajar hadits dan terkadang memenuhi kebutuhannya.
Suatu ketika, Abdullah bin Mubarak datang untuk menemui pemuda tersebut tapi tidak ditemukan. Beliau berusaha mencari tahu keadaan pemuda tersebut. Lalu ada yang mengabarkan bahwa pemuda itu telah ditangkap dan ditahan dengan tebusan senilai 10.000 dirham. Ibnul Mubarak juga mendapat penjelasan bahwa pemuda itu ditahan karena hutang yang tak mampu dibayarnya.
Lalu Ibnul Mubarak menemui orang memberi hutang kepada pemuda tersebut dan menyerahkan 10.000 dirham. Ibnul Mubarak merasa senang bisa membebaskan pemuda itu. Selanjutnya meminta orang yang memberi hutang itu untuk tidak memberi tahu siapapun selagi dia masih hidup.
Setelah pemuda itu bebas, Ibnul Mubarak bertemu pemuda itu lalu bertanya kepadanya. Wahai pemuda : Kemana engkau sebelum ini ?. Aku tak melihatmu. Pemuda itu menjawab : Wahai Abu Abdirrahman, aku ditahan gara gara hutang. Lalu bagaimana engkau bisa bebas ?, tanya Ibnul Mubarak kepadanya.
Pemuda itu
menjawab : Ada seseorang yang datang melunasi semua hutangku, tetapi aku tidak
tahu siapa orang itu. Pujilah Allah. Dia tidak akan diketahui kecuali setelah
kematian Abdullah, kata Ibnul Mubarak. (Siyar A’lam an Nubala’)
Kedua : Syaikh Abdul Aziz bin Baz, wafat 1420 H atau
1999 M
Dikisahkan bahwa Syaikh
Abdul Aziz bin Baz Ulama besar Saudi,
bekas Rektor Universitas Islam Madinah, Mufti Umum Kerajaan Saudi Arabia, pada
suatu kali memberi cek senilai 2.000 rial kepada seorang miskin untuk membantu
kesulitannya membayar hutang. Sebelum cek diuangkan, orang miskin
ini memalsukan cek tersebut dengan merubah nilai cek yaitu menambah satu angka
nol sehingga jadilah cek itu bernilai sebesar 20.000 rial.
Waktu cek ini diuangkan ternyata Bank dapat mendeteksi bahwa nominal cek telah dirubah. Pihak Bank lalu memberi tahu Syaikh lewat telepon bahwa cek yang baru beliau buka yaitu nomor sekian sekian telah dipalsukan nominalnya. Syaikh minta agar orang itu dihadapkan kepada beliau.
Setelah bertemu orang ini maka Syaikh menanyakan berbagai hal kenapa orang ini memalsukan cek yang telah diberi oleh Syaikh. Lalu orang ini menjelaskan semua hal tentang keadaan dirinya serta kebutuhannya.
Setelah mendengar penjelasan orang ini, apakah Syaikh bin Baz marah atau berlaku kasar terhadap si pemalsu cek ini. Atau membatalkan pemberiannya. Ternyata tidak. Sungguh mengagumkan apa yang beliau lakukan. Beliau minta kepada sekretaris pribadi beliau : Tulislah cek yang baru untuk orang ini sebesar 20.000 rial. Beliau melanjutkan perkataannya : Nampaknya orang (miskin) ini membutuhkan sejumlah 20.000 rial itu. (Dinukil dari Kitab Akhlak Syaikh bin Baz, oleh Abdul Aziz bin Muhammad as Sadhan)
Itulah kedermawan kelas tinggi. Lalu bagaimana dengan kedermawanan kita. Dan bagaimana pula sikap kita jika hal ini juga terjadi pada diri kita.
Wallahu A'lam.
(3179)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar