RASULULLAH TIDAK MERAYAKAN
ULANG TAHUN KELAHIRAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sebagian saudara kita, ada yang bersemangat merayakan maulid atau hari
kelahiran Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Menurut mereka ini adalah
bagian dari cinta kita kepada Rasulullah. Bahkan ada yang mengatakan : Anak
kita umur lima tahun saja dirayakan hari lahirnya setiap tahun (siapa yang
suruh, pen.), apalagi Nabi yang kita cintai.
Dari Abu Qatadah Al Anshari
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya
mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab :
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ
وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
Hari tersebut adalah hari aku
dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku. (H.R Imam Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ
الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
Berbagai amalan dihadapkan (pada
Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan
sedangkan aku sedang berpuasa. (H.R at Tirmidzi).
Inilah diantara hadits yang menjelaskan
tentang di syariatkan puasa sunnah hari Senin dan Kamis.
Sebagian orang berpendapat bahwa hadits dari
Abu Qatadah diatas dijadikan sandaran untuk merayakan hari lahir atau maulid
Rasulullah.
Ternyata tidak ada riwayat yang menyebutkan
bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam pernah merayakan maulid atau hari kelahiran selama hidup beliau baik di Makkah maupun di
Madinah. Demikian juga para sahabat serta tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Pada hal
mereka adalah generasi YANG PALING MENCINTAI DAN MENGHORMATI NABI.
Ketahuilah bahwa tatkala Nabi berpuasa pada
hari kelahirannya, beliau tidak menambah dengan perayaan maulid sebagaimana
dilakukan sebagian saudara saudara kita di zaman ini. Beliau hanya berpuasa dan
itupun bukan hari Senin saja tapi dibarengkan dengan hari Kamis.
Syaikh Shalih Fauzan berkata : Dan alasan
beliau berpuasa bukan hanya hari maulid (lahir) beliau tetapi ada alasan lain
yaitu HARI TURUNNYA WAHYU KEPADA BELIAU DAN JUGA HARI DILAPORKANNYA AMALAN
KEPADA ALLAH TA’ALA. Lalu kenapa yang diambil satu alasan saja ?.
Rasulullah TIDAK mengkhususkan pada hari
kelahiran beliau dengan puasa atau amalan lainnya SETIAP TAHUN. Beliau hanya
berpuasa pada hari Senin yang datang setiap pekan dan ditambah dengan hari
Kamis. Dan puasa Senin dan Kamis ini
perlu diteladani dan diamalkan sesuai kemampuan.
Oleh karena sangatlah baik kalau kita
mengikuti apa yang beliau lakukan yaitu tidak merayakan hari kelahiran beliau.
Dan beliau juga tidak pernah merayakan hari lahir istri istri dan anak anak
yang semuanya sangat beliau cintai. Sungguh beliau adalah suri tauladan yang
sempurna bagi orang orang yang beriman.
Allah Ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S al
Ahdzab 21)
Ketahuilah bahwa ibadah itu sifatnya
tauqifiyah yaitu paten dan baku. Oleh karena itu tidaklah tepat kalau ditambah
dengan sesuatu yang tidak diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. bahwa salah satu syarat diterimanya suatu amal adalah ittiba’ yaitu dicontohkan
atau diajarkan oleh Rasulullah. Beliau bersabda :
مَنْ
عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjuk kami maka amalan itu tertolak. (H.R Imam Muslim).
Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjuk kami maka amalan itu tertolak. (H.R Imam Muslim).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu
A’lam. (1.484)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar