SIKAP ORANG MUNAFIK DALAM MELAKSANAKAN SHALAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Shalat adalah rukun Islam yang kedua setelah
syahadat. Oleh karena itu menjadi kewajiban setiap orang beriman yang sudah
baligh dan berakal untuk melaksanakan shalat fardhu lima kali sehari semalam.
Orang beriman tidaklah merasa berat
melaksanakan shalat fardhu ini bahkan sebagian besar orang beriman menambahnya
pula dengan shalat shalat Sunnah yang banyak jumlahnya. Kenapa orang beriman tidak berat ?. Karena :
(1) Ini merupakan perintah Allah Ta’ala dan
wajib dilakukan sebagai salah satu bukti kepatuhan dan tanda bersyukur atas
nikmat nikmat-Nya. Allah berfirman :
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ
إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ
مَشْهُودًا
Laksanakanlah shalat sejak matahari
tergelincir sampai gelapnya malam dan
(laksanakan pula shalat) shubuh. Sungguh shalat shubuh itu disaksikan
(malaikat). (Q.S al Isra' 79).
Dan Allah
Ta’ala berfirman:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ
إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku
dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Q.S Taha 14).
(2) Ini
dilakukan dengan ikhlas untuk mencari Wajah Allah serta mengikuti atau ittiba’
kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam. Ketahuilah bahwa segala sesuatu
yang dilakukan dengan niat ikhlas dan ittiba’ akan terasa ringan.
(3) Ini ibadah yang memiliki keutamaan dan
pahala yang besar bahkan merupakan amal yang pertama kali akan dihisab.
Rasulullah bersabda :
Dari Abu
Hurairah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ
Sesungguhnya
amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya.
Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan.
Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang
dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada
hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan
menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti
itu. (H.R at Tirmidzi dan an Nasa’i, Hadits Hasan).
(4) Ini
adalah pembeda antara orang beriman dan orang kafir. Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam dengan tegas mengungkapkan bahwa shalat adalah pembeda antara islam
dengan kesyirikan dan kekufuran. Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ
الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاَةِ
(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan
serta kekufuran adalah meninggalkan shalat. (H.R Imam Muslim no. 257).
Bagaimana
sikap munafik terhadap shalat ?. Ketahuilah
bahwa ada tiga sikap orang orang munafik terhadap shalat, yaitu :
(1) Mereka mengerjakan shalat dalam keadaan malas. (2) Mereka berlaku riya’
dalam shalatnya yaitu ingin dilihat oleh orang banyak. (3) Mereka sangatlah
sedikit shalat untuk mengingat Alah
Ta’ala. Allah berfirman :
إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى
الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ
إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di
hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Q.S
an Nisa’ 142).
Ketahuilah bahwa mereka bermaksud menipu Allah
dan menipu orang beriman padahal mereka menipu diri mereka sendiri. Allah
berfirman :
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang
yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak
sadar. (Q.S al Baqarah 9).
Sungguh hati orang munafik itu memiliki
penyakit yaitu sebagaimana firman Allah Ta’ala :
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
Dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah menambah penyakit itu dan mereka
mendapat adzab yang pedih karena mereka berdusta. (Q.S al Baqarah 10).
Ketahuilah
bahwa ketika berkaitan dengan shalat maka bagi orang munafik ternyata ada dua
shalat yang sangat berat untuk mereka
lakukan, yaitu shalat shubuh dan shalat isya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
:
وَلَوْ
يَعْلَمُونَ مَا في العَتَمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوَاً
Seandainya mereka mengetahui
keutamaan yang ada pada shalat Isya’ dan shalat Shubuh, tentu mereka akan
mendatanginya sambil merangkak. (H.R Imam
Bukhari no. 615 dan Imam Muslim no. 437)
Juga dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
لَيْسَ
صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ
يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً
Tidak
ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan
shalat ‘Isya’. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat
tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak. (H.R Imam
Bukhari no. 657).
Ketahuilah bahwa di zaman ini semakin
terlihat keburukan orang munafik. Bukan hanya dalam hal shalat. Lebih dari itu
mereka hanya melakukan ibadah dan menunjukkan keislaman ketika ada kepentingan. Mereka mulai sering
ke masjid, berkunjung ke pesantren dan memberikan sumbangan, bahkan melaksanakan umrah,
pakai gamis, baju koko, sarung lengkap dengan kopiah, tapi sekali lima
tahun.
Sungguh sangatlah mudah mengetahui kenapa mereka melakukannya sekali lima tahun
atau ada momen atau keadaan yang menguntungkan dirinya ataupun kelompoknya
dalam urusan duniawi semata.
Begitulah keadaan atau sikap orang orang
munafik terhadap shalat, mereka merasa berat,
malas dan riya dalam mengerjakan shalat. Wallahu A’lam. (1.287).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar