TIDAK
MEMPEROLEH PAHALA SEMPURNA DARI SHALAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Shalat
fardhu lima kali sehari semalam adalah kewajiban paling utama bagi seorang
muslim. Seorang hamba tidaklah berani melalaikannya sedikitpun walau dalam keadaan bagaimanapun.
Diantara
keutamaan shalat adalah sebagaimana disebutkan Nabi dalam sabda beliau dari Abdullah bin Qurath, dia berkata bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
bersabda : “Awwalu
maa yuhaasabu bihil ‘abdu yaumal qiyaamatish shalatu, faiin shaluhat shaluha
lahu saa-iru ‘amalihi wain fasadat fasada
saa-iru amalih” Pertama kali yang akan dihisab pada hari kiamat dari
seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik maka baik pula seluruh
amalannnya, jika shalatnya buruk maka buruk pula seluruh amalannya. (H.R Imam
Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Demikian
penting dan utamanya kewajiban shalat maka ketika Umar bin Khaththab menjadi Khalifah, beliau telah mengeluarkan
suatu peringatan yang dikirim kepada setiap Kepala Daerah. Kata beliau : Saya
memandang shalat sebagai kewajiban yang paling penting. Seseorang yang menjaga
shalatnya dengan penuh perhatian, maka akan menjaga juga perintah-perintah yang
lain dalam agama Islam, tetapi jika
kalian meninggalkan shalat maka dengan mudah kalian akan meninggalkan ajaran-ajaran
yang lainnya.
Sungguh
ini adalah peringatan yang sangat berharga dari seorang Kepala Negara kepada
para pejabat dibawahnya dan pastilah
juga menjadi nasehat bagi kita yang hidup di zaman penuh fitnah ini.
Ketahuilah
seorang hamba yang telah berusaha melaksanakan shalat dengan sebaik baiknya
maka dia tetap harus khawatir kalau kalau ibadah shalatnya tidak memberikan
pahala yang sempurna seperti yang di
inginkannya.
Sungguh Rasulullah Shalallahu Alaihi wasalam telah
mengingatkan bahwa seseorang bisa jadi
tidak memperoleh pahala shalat dengan sempurna. Beliau bersabda : “Sesungguhnya seorang lelaki selesai menunaikan shalat,
namun tidak ditulis pahala untuknya melainkan sepersepuluh, sepersembilan,
seperlapan, sepertujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga atau
seperdua”. (H.R Imam Ahmad, Abu Daud dan
Ibnu Hibban dari ‘Ammar bin Yasir. Imam
as-Suyuti berkata : Hadis ini shahih.
Lihat al Jami’ as Saghir no. 1978).
Berdasarkan zhahir hadits diatas dapat
diketahui bahwa ternyata sebagian orang
beriman tidak menerima pahala sepenuhnya
dari shalat yang dia lakukan bahkan
bisa jadi ada yang tidak mendapat pahala sama sekali. Sungguh Allah
Ta’ala mempunyai takaran yang sangat
akurat untuk mengukur kualitas shalat fardu setiap hamba-Nya.
Oleh karena itu maka seorang hamba yang sudah melaksanakan shalat secara tertib mestinya tetap khawatir akan nilai pahala shalatnya. Dengan demikian dia akan terus berusaha melaksanakan shalat dengan cara yang paling baik yaitu ikhlas karena Allah Ta’ala dan ittiba’ yaitu mengikuti contoh yang diajarkan Nabi dan praktek atau pelaksanaannya oleh para sahabat dan orang orang shalih sesudahnya.
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita seemua. Wallahu A’lam. (865)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar