MENDOAKAN
KEBURUKAN BAGI ORANG ZHALIM
Oleh : Azwir B. Chaniago
Dalam
kehidupan bermasyarakat terkadang ada seseorang yang menzhalimi saudaranya yang
lain. Diantaranya adalah dengan perkataan dan perbuatannya yang tidak baik.
Lalu bolehkah orang yang dizhalimi membalas antara lain dengan mendoakan
keburukan bagi orang menzhaliminya.
Ketahuilah
bahwa pada dasarnya, dibolehkan bagi orang yang dizalimi atau dianiaya untuk
membela dirinya. Salah satu bentuknya adalah dengan mendoakan keburukan atas
orang yang menzaliminya itu.
Firman
Allah : “Wa lamanin tashara ba’da
zhulmihii fa ulaa-ika maa ‘alaihim min sabiil”. Tetapi orang-orang yang membela diri sesudah dizhalimi, tidak ada
alasan untuk menyalahkan mereka. (Q.S asy Syuura: 41)
Allah
Ta’ala berfirman :
لَا يُحِبُّ
اللَّهُ
الْجَهْرَ
بِالسُّوءِ
مِنَ
الْقَوْلِ
إِلَّا
مَنْ
ظُلِمَ
وَكَانَ
اللَّهُ
سَمِيعًا
عَلِيمًا
Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan)
secara terus terang kecuali oleh orang yang dizhalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S an Nisa’ 148)
Dalam ayat di
atas disebutkan bahwa ucapan buruk tersebut tidak boleh dilakukan kecuali oleh
orang yang dianiaya. Jika kita merupakan orang yang terzhalimi, apakah kita
termasuk orang yang dianiaya yang boleh mengucapkan doa yang buruk?
Ibnu
Abbas berkata tentang ayat ini : Allah tidak suka seseorang mendoakan keburukan
untuk selainnya, kecuali ia dalam keadaan dizhalimi. Allah memberikan
keringanan baginya untuk mendoakan keburukan atas orang yang menzaliminya.dan itu
ditunjukkan oleh firman-Nya : “Kecuali
oleh orang yang dianiaya.” (namun), jika bersabar maka itu lebih baik
baginya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Syaikh as Sa’di berkata : “Kecuali oleh orang yang dianiaya”.Maksudnya. seseorang boleh
mendoakan keburukan atas orang orang yang menzhaliminya, ia (boleh) mengadukan kezhalimannya
dan terang terangan menyampaikan perkataan buruk kepada orang yang mengucapkan
perkataan buruk kepadanya tanpa dia berdusta atasnya. Dan tidak pula melebihi
celaannya itu kepada selain orang yang telah menzhaliminya.
Namun demikian tindakannya untuk memaafkan dan
membalasnya adalah lebih utama. Sebagaimana firman Allah : “Fa man ‘afa wa ashlaha fa ajruhu ‘alallah”. Maka barangsiapa
memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. (Q.S asy
Syura’ 40). Lihat Tafsir Karimir Rahman.
Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih al
Utsaimin rahimahullah : Tidak mengapa bagi manusia untuk mendoakan orang yang
telah menzaliminya sejauh kadar kezalimannya itu, jika dia berdoa untuk orang
yang menzaliminya sejauh kadar kezalimannya, maka itulah yang bijak. Dan, Allah
Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan doa orang yang dizalimi. (Syarh Riyadhush Shalihin).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam berkata kepada Mu’adz bin Jabbal : “Takutlah
kamu terhadap doa orang yang teraniaya, karena tidak ada penghalang antara
dirinya dengan Allah.” (H.R Imam Bukhari).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (872)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar