EMPAT
KEADAAN NASIB MANUSIA DI DUNIA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Kalau
kita perhatikan keadaan nasib manusia di dunia ini, maka kita akan
melihat beragam keadaannya. Ada yang
taat dan banyak pula yang bermaksiat. Ada pula yang hidup senang dan banyak
pula yang hidup susah. Hal itu dapat digambarkan dalam empat keadaan yaitu :
Pertama : Seorang yang taat dan
mendapat kesenangan dalam hidupnya.
Sungguh
keadaan ini adalah seperti yang Allah sebutkan dalam firman-Nya. "Barangsiapa melakukan kebaikan, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami Berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami Beri balasan dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S an Nahl 97).
Keadaan
inilah yang didambakan seorang hamba. Dia taat dan dapat kehidupan yang baik di
dunia. Sementara itu dia berharap kepada Allah agar diberi pula kenikmatan
akhirat.
Kedua : Seorang yang taat tapi mendapat kesusahan
dalam hidupnya.
Sungguh
Allah Ta’ala terkadang memberikan ujian berupa kesusahan atau kesulitan kepada
hamba hamba-Nya yang taat. Ini bisa jadi karena ada hikmah dan kebaikan yang banyak dibalik ujian berupa kesusahan
hidup tersebut. Diantaranya :
(1) Bisa
jadi, Allah mencintainya dan ingin menaikkan derajat dengan menguji
kesabaran melalui cobaan di dunia sesuai dalam Firman-Nya : "Dan Kami pasti akan menguji kamu
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.
Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”. (Q.S
al-Baqarah 155).
(2)
Bisa jadi, Allah ingin meninggikan
derajat seorang hamba-Nya meskipun amalnya tidak mungkin mencapai derajat yang
tinggi tersebut, lalu Allah berikan kesusahan hidup sebagai ujian. Rasulullah
bersabda : “Sesungguhnya seseorang itu
untuk memperoleh kedudukan (tinggi) di sisi Allah, ia tidak akan dapat
mencapainya dengan amal perbuatannya. Allah akan memberikannya ujian berupa
sesuatu yang dibencinya, hingga ia dapat mencapai kedudukan (yang tinggi)
tersebut. (H.R Ibnu Hibban dan Abu Ya’la, dihasankan oleh Syaikh al
Albani).
(3)
Bisa jadi pula, Allah ingin menghapus sebagian dosanya lalu Allah mendatangkan
kesusahan hidup sebagai ujian baginya, sehingga dia semakin banyak beristighfar
dan bertaubat. Allah berfirman : "Dan pasti Kami timpakan kepada mereka
sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di
akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Q.S as Sajdah 21.
Ketiga : Seorang yang bermaksiat dan
mendapat kehidupan yang susah.
Keadaan
ini adalah sesuai dengan firman Allah bahwa seseorang yang tidak taat,
berpaling dari peringatan Allah maka dia akan mendapatkan kesusahan dalam
hidupnya. Allah berfirman : “Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani
kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam
keadaan buta".” (Q.S Thaahaa
124).
Jadi
keadaan hidup yang susah dan sempit yang dialami seseorang adalah disebabkan karena
mereka tidak melakukan ketaatan kepada Allah bahkan berpaling dari peringatan
Allah Ta’ala.
Keempat : Seorang yang bermaksiat tapi
mendapat kesenangan hidup.
Sungguh
ini keadaan yang semestinya paling ditakuti oleh seorang hamba. Bisa jadi ini
adalah istidraj. Lalu, apa itu istidraj. Istidraj secara bahasa diambil dari
kata da-ra-ja yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya.
Secara
istilah istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai hukuman yang diulur
atau tidak diberikan langsung. Untuk sementara waktu Allah
membiarkan orang ini dan tidak disegerakan adzab baginya bahkan diberikan
kenikmatan dan kesenangan yang sebenarnya semu. Pada waktunya Allah akan
menimpakan adzab yang sangat berat.
Tentang istidraj ini Allah sebutkan dalam firman-Nya
: “Tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua
pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan
apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (Q.S al An’am 44).
Rasulullah
bersabda : “Apabila engkau melihat Allah memberikan
kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan
maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” Kemudian beliau
membacakan surat al Qalam ayat
44. Allah berfirman : “Sanastadriju hum min haitsu laa ya’lamun” Nanti Kami akan menghukum mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.
Dalam
sebuah hadits juga disebutkan bahwa Rasulullah bersabda : “Jika ada orang yang berbuat
dosa tetapi mendapat kesenangan dan tidak mendapat adzab dari Allah maka bisa
jadi itu adalah istidraj. Kesenangan tersebut hanyalah kesenangan sesaat di
dunia yang akan dibalas dengan adzab
oleh Allah baik segera di dunia atau di akhirat.” (H.R Imam Ahmad dan ath
Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Ali
bin Abi Thalib berkata : Wahai anak Adam
!. Ingat dan waspadalah bila engkau melihat
Rabbmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus
melakukan maksiat kepadaNya.
Oleh
karena itu seorang hamba akan selalu berusaha menjaga ketaatannya kepada Allah
Ta’ala dan sementara itu dia terus
berdoa untuk mendapat kehidupan yang baik. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita
semua.
Wallahu
A’lam. (869)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar