MENDUGA DUGA
BISA JATUH KEPADA BURUK SANGKA
Disusun oleh : Azwir
B. Chaniago
Setiap hari berbagai
situasi dan informasi datang kepada kita. Sungguh tidaklah semuanya benar, ada
bohong atau hoax, tak pantas dipercaya
bahkan banyak pula yang ditambah bumbu oleh yang menyampaikan sehingga
semakin sedap untuk dikomentari bahkan di vonis secara salah.
Ketahuilah saudaraku, ketika suatu informasi tidak
jelas, lalu yang menerima menduga duga maka kebanyakan ujungnya adalah buruk
sangka.
Sungguh Allah Ta'ala melarang orang orang beriman untuk berburuk sangka,
sebagaimana firman-Nya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ
Wahai orang-orang
yang beriman !. Jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan) karena
sebagian prasangka itu adalah dosa. (Q.S al Hujurat 12)
Al Imam Ibnu Katsir berkata : Allah
melarang para hamba-hambaNya yang beriman, dari perbuatan curiga, prasangka,
dan dugaan, baik kepada keluarganya, kerabat atau manusia pada umumnya jika
tidak pada tempatnya. Sebab pada sebagian prasangka dan curiga itu terdapat
dosa, maka jauhilah perbuatan banyak curiga sebagai pencegah dari dosa. (Tafsir Ibnu
Katsir).
Sungguh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang umatnya berprasangka buruk
karena hal itu termasuk perkataan paling dusta :
إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ
فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ
تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ
إحْوَانًا
Berhati-hatilah kalian dari (perbuatan) berprasangka
buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian
saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling
mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba
Allah yang bersaudara. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Ketahuilah bahwa ada banyak kisah yang pernah terjadi tersebab buruk sangka
sehingga salah dalam memahami keadaan yang sebenarnya.
Pertama : Kisah penguasa batal menghukum mati.
Imam asy
Syaukani menceritakan : Pernah dikisahkan bahwa ada seorang penguasa yang
hendak menghukum dengan hukuman mati seorang rakyatnya karena kesalahan yang
tidak seberapa. Lalu ada seorang ulama yang berusaha dan berupaya melobi penguasa
agar memaafkan dan tidak menghukum mati orang itu. Akhirnya terjadilah
kesepakatan bahwa hukuman mati dibatalkan dan diganti dengan hukuman cambuk.
Tentu ulama ini sangat senang karena usahanya orang yang bersalah ini bisa
diselamatkan.
Tapi penguasa memberi syarat bahwa hukuman beberapa
kali cambukan itu harus dilaksanakan di depan orang banyak dan yang melakukan
cambukan haruslah ulama tadi. Pada saat pelaksanaan cambukan orang orang
mencela, mencemooh bahkan ada yang menghina ulama tadi yang telah bekerjasama
dengan penguasa untuk menzhalimi manusia dengan hukuman cambuk
tersebut. (Kitab Fathur Rabbani).
Berkenaan dengan kisah ini, andaikata orang orang tahu fakta
dan jalan cerita yang sesungguhnya tentu mereka akan sangat berterima kasih dan
mendoakan kebaikan bagi ulama itu, bukan berburuk sangka lalu mencela dan
menghinanya. Wallahu a'lam.
Kedua : Kisah dari buku harian Sultan Murad IV, memerintah
tahun 1623-1640 di Turki.
Sultan Ahmad Murad atau Sultan Murad IV mengisahkan, bahwa
suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat. Ia ingin tahu apa penyebabnya.
Lalu ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang dirasakannya. Sultan
berkata kepada kepala pengawalya : Mari
kita keluar sejenak.
Diantara kebiasaan
Sultan adalah melakukan blusukan di malam hari dengan cara menyamar. Mereka
pun pergi, hingga sampailah mereka disebuah lorong yang sempit. Tiba-tiba,
mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak diatas tanah. Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata
ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak
sedikitpun mempedulikannya.
Sultanpun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang
yang memanggil tersebut adalah Sultan.
Mereka bertanya : Apa yang kau inginkan ?. Sultan menjawab : Mengapa orang ini meninggal
tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang mau mengangkat jenazahnya ?. Siapa
dia ?. Dimana keluarganya ?.
Mereka berkata : Orang ini zindiq, suka menenggak minuman
keras dan berzina. Sultan berkata : Tapi bukankah ia termasuk umat Muhammad Salallahu
'alaihi Wasallam ?. Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya.
Mereka pun membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya. Melihat
suaminya meninggal, sang isteripun pun menangis.
Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi,
tinggallah Sultan dan kepala
pengawalnya. Dalam tangisnya sang isteri berucap : Semoga Allah merahmatimu
wahai Allah.. Aku bersaksi bahwa engkau
termasuk orang yang shalih. Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget. Bagaimana
mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang mengatakan tentang dia
begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya.
Si isteri menjawab : Sudah kuduga pasti akan begini. Setiap
malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli
minuman keras dari para penjualnya sejauh yang ia mampu. Kemudian
minuman-minuman itu dibawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil
berkata : Aku telah meringankan dosa (sebaian) kaum muslimin.
Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka
uang dan berkata : Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu
rumahmu sampai pagi. Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku : Alhamdulillah,
malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam.
Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli
khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan
menjadikannya buah bibir.
Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku : Kalau kamu
mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, menshalatimu
dan menguburkan jenazahmu. Ia hanya tertawa, dan berkata : Jangan takut, bila
aku mati, aku akan dishalati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para
Auliya.
Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata : Benar !. Demi
Allah, akulah Sultan Murad, dan besok pagi kita akan memandikannya, menshalatkannya
dan menguburkannya.
Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah
laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh
masyarakat. (Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh al Musnid Hamid Akram Al
Bukhari dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV, sebagaimana dinukil oleh Ustadz Aan
Chandra Thalib al Gharantaly)
Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah menjauhkan diri dari prasangka buruk dengan : (1) Berusaha mencari info yang benar. (2) Janganlah melihat sesuatu, seseorang atau sekelompok orang dari zhahirnya saja, dan (3) Jangan mudah percaya dengan kabar burung, qiila wa qaala, testimoni de auditu, katanya katanya.
Wallahu A'lam. (2.831)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar