TATHAYUR ADALAH MENGANGGAP SIAL SESUATU
Oleh : Azwir B. Chaniago
Tathayur awalnya dari kata tha-ir yang artinya
burung. Penamaan tersebut adalah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnul Qayyim.
Kata beliau : Dahulu (sebagian orang
Arab, sebelum Islam, pen.) suka menerbangkan atau melepaskan burung. Jika
burung itu terbang ke kanan, mereka menamakan dengan saanih. Bila burung itu
terbang ke kiri mereka menamakannya dengan baarih. Kalau terbangnya ke depan
disebut naa-thih dan manakala terbangnya kebelakang merea menyebutnya
qa’iid.
Sebagian mereka menganggap sial dengan baarih
(burung yang terbang ke arah kiri) dan menganggap mujur dengan aanih (burung
yang terbang ke arah kanan) dan ada lagi yang berpendapat lain. (Miftah Daaris
Sa’aadah).
Merasa sial tidak terbatas hanya pada arah
terbangnya burung sebagaimana kepercayaan sebagian jahiliyah. Bisa jadi
tathayur pada nama yang dianggap sial,
bilangan tertentu, orang orang tertentu. Semua ini dilarang dalam syariat Islam
dan masuk kelompok kesyirikan. Bisa jadi kesyirikan kecil dan bisa pula jadi syirik besar.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda
:
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ الطِّيَرَةُ
شِرْكٌ ». ثَلاَثًا « وَمَا مِنَّا إِلاَّ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ
بِالتَّوَكُّلِ
Beranggapan sial adalah
kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan. Beliau menyebutnya sampai tiga
kali. Kemudian Ibnu Mas’ud berkata, Tidak ada yang bisa menghilangkan sangkaan
jelek dalam hatinya. Namun Allah-lah yang menghilangkan anggapan sial tersebut
dengan tawakkal. (H.R Abu Daud dan Ibnu
Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Jadi bertathayur adalah kesyirikan, juga
merupakan bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang tak memiliki hakikat dan
bentuk tidak bertawakkal kepada Allah.
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata
: Tathayur menghilangkan tauhid dari dua
segi :
Pertama
: Orang yang bertathayur tidak memiliki rasa tawakkal kepada Allah ‘Azza wa
Jalla dan senantiasa bergantung kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’al.
Kedua
: Orang bertathayur bergantung kepada sesuatu yang tidak ada hakikatnya dan
merupakan sesuatu yang termasuk takhayul serta keragu raguan. (Qaulul Mufiid)
Imam Ibnul Qayyim mengingatkan bahwa orang
yang bertathayur akan mendapatkan banyak kerugian : (1)
Orang yang bertathayur itu tersiksa jiwanya. (2) Sempit dadanya. (3) Tidak
pernah merasa tenang. (4) Buruk akhlaknya. (5) Mudah terpengaruh dengan apa
yang dilihat dan di dengarnya.
Beliau juga berkata : (1) Mereka menjadi orang
paling penakut. (2) Paling sempit hidupnya dan paling gelisah jiwanya. (3)
Banyak memelihara dan menjaga hal hal yang tidak memberi manfaat dan mudharat
kepadanya. (3) Banyak yang kehilangan peluang dan kesempatan (untuk berbuat
baik). Miftaah Daaris Sa’aadah).
Oleh karena itu orang orang beriman haruslah
menjauhi sikap tathayur atau thiyarah ini, karena bisa jatuh kepada kasyirikan
serta menghambat rasa tawakkal kepada Allah Ta’ala. Sungguh segala kebaikan itu
dari Allah Ta’ala.
Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua.
Wallahu A’lam. (1.466)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar