AMALAN BULAN
MUHARRAM YANG TAK DIAJARKAN NABI
Oleh : Azwir
B. Chaniago
Bulan Muharram
adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah. Hakikatnya bulan Muharram ini sama seperti bulan bulan yang
lainnya. Ketahuilah bahwa semua bulan adalah baik apalagi jika diisi dengan
AMAL SHALIH YANG MEMANG DISYARIATKAN.
Bahkan kalau
melihat kepada bulan yang lain ternyata bahwa bulan Ramadhan yang paling utama
karena berbagai kelebihannya. Diantaranya bulan diturunkan al Quran, bulan
mengerjakan shaum sebulan penuh, ada malam lailathul qadr dan yang lainnya.
Namun demikian
ada sebagian orang memberikan perhatian lebih dan berlebihan terhadap bulan
Muharram ini bahkan seolah olah meyakini keutamaannya dari bulan yang lain. Mereka
mengisinya dengan berbagai kegiatan yang ternyata sebagian diantara kegiatan
yang mereka amalkan itu tak diajarkan Rasulullah dan juga tidak diamalkan oleh
sahabat serta imam imam madzhab yang empat.
Pertama : Melakukan doa awal dan akhir
tahun
Berdoa adalah ibadah yang sangat
dianjurkan dalam syariat Islam. Allah Ta’ala menyuruh orang orang beriman
selalu meminta kepada-Nya melalui doa dan Allah berjanji akan mengabulkannya. Allah Ta’ala berfirman :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ
Dan
Rabbmu berfirman : Berdoalah kepada-Ku niscaya
akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S al Mu’min 60).
Namun
demikian tak ada riwayat bahwa Rasulullah mengajarkan umat beliau untuk berdoa
SECARA KHUSUS tersebab masuknya bulan Muharram sebagai doa awal tahun baru
Hijriah.
Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zaid
berkata : Tidak ada dalam syariat ini sedikitpun doa atau dzikir (khusus) untuk
awal tahun. Manusia zaman sekarang banyak membuat bid’ah berupa do’a, dzikir
atau tukar menukar ucapan selamat, demikian pula puasa awal tahun baru,
menghidupkan malam pertama bulan Muharram dengan shalat, dzikir atau do’a,
puasa akhir tahun dan sebagainya yang semua ini tidak ada dalilnya sama sekali.(Tashih
ad Duu’a).
Kedua: Peringatan tahun baru hijriyah
Kalau kita coba berpikir lebih jauh,
sebenarnya yang paling berhak merayakan tahun baru hijriyah adalah Khlaifah
Umar bin Khaththab. Kenapa karena beliaulah isiator adanya tahun hijriah. Tapi
tak ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau pernah merayakan datangnya tahun
baru hijriah sekali saja.
Kalau itu baik tentu beliau telah
mengamalkannya dan juga diikuti oleh
khalifah ataupun imam imam dan orang orang shalih setelah beliau.
Dalam
kitab Bida’ wa Akhtha’ disebutkan : Tidak ragu lagi perkara ini termasuk
bid’ah. Tidak ada keterangan dalam as-Sunnah anjuran mengadakan peringatan
tahun baru hijriyah. Perkara ini termasuk bid’ah yang buruk.
Ketika
orang orang merayakan tahun baru Hijrah, jangan jangan mereka terjatuh kepada
sikap meniru niru atau ikut ikutan
kepada orang orang kafir yang merayakan tahun baru masehi. Ketahuilah
bahwa tasyabbuh adalah sesuatu yang dilarang dalam
syariat Islam, yaitu
sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :
مَنْ
تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian
dari mereka. (H.R Imam Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا
Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain
kami. (H.R at Tirmidzi dhasankan oleh Syaikh al Albani)
Ketiga : Puasa awal tahun baru
hijriyyah.
Melakukan ibadah puasa sunnah tentu
sangat baik. Dan sangatlah banyak keutamaan melakukan puasa termasuk puasa sunnah.
Diantaranya sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam sabda beliau :
إِنَّمَا الصِّيَامُ
جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
Puasa
adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka. (H.R Imam
Ahmad dan al Baihaqi)
Rasulullah bersabda : “Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari
di jalan Allah melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh
tujuh puluh musim karena puasanya itu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim,
dari Abu Sa’id al Khudri)
Maksud sabda Nabi tentang 70 musim
adalah perjalanan 70 tahun, sebagaimana disebutkan Ibnu Hajr Ashqalani dalam
Fathul Bari.
Tapi
ketahuilah bahwa berpuasa di awal bulan Muharram karena masuknya tahun baru
hijriyah termasuk sesuatu yang diada adakan. Demikian pula puasa akhir tahun,
termasuk bid’ah. Sesuatu yang dibuat-buat yang tidak berpijak pada dalil yang
shahih. Barangkali sebagian mereka berdalil dengan sebuah hadits yang berbunyi :
مَنْ صَامَ آخِرَ
يَوْمٍ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ, وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ الْمُحَرَّمِ, فَقَدْ خَتَمَ
السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ بِصَوْمٍ وَافْتَتَحَ السَّنَةَ الْمُسْتَقْبَلَةَ
بِصَوْمٍ, جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَّارَةً خَمْسِيْنَ سَنَةً
Barangsiapa
yang puasa pada akhir hari Dzulhijjah dan puasa awal tahun pada bulan Muharram,
maka dia telah menutup akhir tahun dengan puasa dan membuka awal tahunnya
dengan puasa. Semoga Allah manghapuskan dosanya selama lima puluh tahun.
Hadits
ini adalah hadits yang palsu menurut timbangan para ahli hadits. (Lihat al
A’lai al Mashnu’ah, Imam as Suyuti, al Fawaid Majmu’ah, Imam asy Syaukani.
Lihat juga Kritik Hadits hadits Dha’if,
ustadz Abu Ubaidah as Sidawi).
Keempat : Menghidupkan malam pertama
bulan Muharram.
Diantara
amalan yang tak diajarkan Nabi adalah menghidupkan malam pertama bulan Muharram
karena tidak ada kekhususan malam itu.
Syaikh
Abu Syamah berkata : Tidak ada keutamaan sama sekali pada malam pertama bulan
Muharram. Aku sudah meneliti atsar-atsar yang shahih maupun yang lemah dalam
masalah ini. Bahkan dalam hadits-hadits yang palsu juga tidak disebutkan. Aku khawatir, aku berlindung kepada Allah,
bahwa perkara ini hanya muncul dari seseorang yang membuat-buat hadits. (Tashihud Du’a dan Bida’ wa Akhtha’)
Selain
itu, ternyata ada pula sebagian orang beranggapan bahwa bulan Muharram adalah
bulan yang dianggap keramat. Bahkan ada yang tak mau menikahkan putrinya pada
bulan ini. Syaikh Dr. Shalih al Fauzan berkata : Keyakinan semacam ini masih
bercokol pada sebagian masyarakat. Atas dasar keyakinan ala jahiliyyah inilah
banyak di kalangan masyarakat yang enggan menikahkan putrinya pada bulan ini
karena alasan akan membawa sial dan kegagalan dalam berumah tangga.
Ketahuilah
saudaraku, hal ini adalah keyakinan jahiliyyah yang telah dibatalkan oleh
Islam. Kesialan tidak ada sangkut pautnya dengan bulan, baik Muharram, Shafar
atau bulan-bulan lainnya. (Syarah Masa’il Jahiliyah Syaikh Fauzan).
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.461)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar