BERUSAHALAH AGAR BENAR BENAR BISA KHUSYU’
DALAM SHALAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Imam Ibnu Katsir berkata : Khusyu’ adaah
thuma’ninah, perlahan lahan, tenang dan menundukkan diri. Yang demikian itu
karena mereka MERASA TAKUT DAN DIAWASI OLEH ALLAH TA’ALA. Yaitu sebagaimana
sabda Rasulullah :
“Beribadahlah kamu kepada Allah seolah olah
kamu melihat-Nya, jika kamu tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Allah
melihatmu” (H.R Imam Bukhari). Lihat Tafsir Ibnu
Katsir.
Syaikh as Sa’di berkata : Orang yang khusyu’
shalatnya adalah orang yang : (1) Hatinya menghadap Allah. (2) Hatinya merasa
tenang. (3) Tidak memandang ke kiri dan ke kanan. (4) Sopan dihadapan Allah.
(5) Memahami apa yang dibaca dan apa yang dilakukan mulai awal sampai akhir.
(6) Tidak ada was was dan pemikiran yang hina. Kata beliau : INILAH ROHNYA yang menjadi tujuan pelaksanaannya. Itulah
yang diwajibkan untuk para hamba. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Allah Ta'ala berfirman :
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُون الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Sungguh beruntung orang orang yang beriman.
(yaitu) orang yang khusyu’ dalam shalatnya. (Q.S al Mu’minun 1-2)
Syaikh as Sa’di berkata : Shalat yang tidak
memuat unsur kekhusyu’an sama sekali dan tanpa penghayatan hati, KENDATIPUN
SUDAH CUKUP MENGGUGURKAN KEWAJIBAN DAN MENDATANGKAN PAHALA, namn sungguh besar
kecilnya pahala tergantung dengan sejauh mana HATI MENGHAYATI SHALATNYA.
(Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Mengenai khusyu’ dalam shalat, Imam Ibnul Jauzi
berkata tentang makna atau sesuatu yang bisa menuju kepada shalat khusyu’ yaitu
:
Pertama : Mengosongkan hati dari segala sesuatu yang
bisa mengacaukan fikiran Hal ini bisa dilakukan dengan kesungguhan. Ketika
seseorang bersungguh sungguh dalam melakukan suatu hal maka secara otomatis hati akan menjadi
khusyu’. Tidak ada cara lain untuk bisa khusyu’ kecuali dengan sungguh sungguh
dalam melaksanakan shalat.
Kesungguhan atau ketetapan hati hati bisa
berubah menjadi lebih kuat dan bisa berubah menjadi lebih lemah. Semua itu tergantung
kepada keimanan terhadap akhirat dan kebencian terhadap dunia. Ketika seseorang melihat bahwa dia tidak bisa
khusyu’ ketika melaksanakan shalat maka ketahuilah bahwa hal itu karena
lemahnya iman yang ada dalam hatinya Oleh karena itu berusahalah dengan sekuat
tenaga untuk menguatkan keimanan.
Kedua : Memahami lafal shalat. Sesungguhnya hal itu
bisa menumbuhkan rasa khusyu’ dalam hati karena barangkali hati lebih fokus
pada lafalnya bukan pada maknanya.
Jika demikian hendaknya ia mengalihkan perhatian
untuk mengenali makna sehingga seseorang bisa membuang pikiran yang
mengacaukan. Hendaknya dia juga membuang hal hal yang bisa mengacaukan pikiran
karena jika hal hal yang bisa mengacaukan pikiran tersebut masih ada dalam hati
maka hati tidak akan bisa berpaling darinya.
Ketiga : Mengagungkan dan memuliakan Allah Ta’ala
yaitu : (1) Mengenal kebesaran dan keagungan Allah Ta’ala. (2) Menyadari
kerendahan jiwanya dan menyadari bahwa jiwanya jauh dari Rabb-nya.
Dengan memahami perkara ini maka hati menjadi
lebih khusyu’ dan tenang. Selain itu masih perlu ditambah dengan harapan.
Bagaimanapun juga harapan bisa menambah rasa takut.
Berapa banyak malaikat yang memuliakan
Allah karena takut akan kekuasaan-Nya
dan berharap untuk mendapat kebaikan-Nya. Oleh karena itu orang yang
mengerjakan shalat hendaknya mengharapkan pahala sebagaimana dia takut hukuman
karena meninggalkannya. (Mukhtashar Minhaajul Qaashidin).
Oleh karena itu seorang hamba haruslah benar
benar berusaha agar bisa lebih khusyu’ dalam setiap shalatnya. Insya Allah ada
manfaatnya bagi kita semua. Wallah A’lam. (1.455).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar