MENGAMBIL MANFAAT DARI TIGA JENIS WAKTU
Oleh : Azwir B. Chaniago
Dalam satu hadits,
Rasulullah menjelaskan bahwa WAKTU ADALAH NIKMAT DARI ALLAH dan juga beliau mengingatkan
kita agar jangan tertipu dengan waktu, yaitu sebagaimana sabda beliau :
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ
مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan
keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang. (H.R Imam Bukhari).
Sungguh nikmat waktu memang unik. Tidak dapat disimpan, ia
akan bergulir begitu saja. Jika dimanfaatkan secara bijaksana akan memberi manfaat yang besar. Jika
tak dimanfaatkan dia juga akan pergi. Bahkan dia pergi begitu saja tanpa pamit.
Tidak ada yang bisa
menghalanginya untuk berlalu dan tak akan kembali selamanya.
Diantara keunikannya juga adalah bahwa setiap
orang mendapat jatah waktu yang sama dan menggunakan untuk perkara yang
berbeda.
Ketahuilah bahwa ketika berada di dunia ini
ada tiga jenis waktu bagi manusia, yaitu :
(1) Waktu yang telah berlalu. (2) Waktu sekarang dan (3) Waktu yang akan datang. Orang bijak akan memanfaatkan
ketiga jenis waktu ini agar memberikan banyak manfaat untuk dunia
terlebih lagi untuk akhirat. Diantaranya adalah :
Pertama : Waktu yang telah berlalu.
Ini waktu yang sudah lewat tak akan pernah
kembali lagi. Meskipun sudah berlalu bukan berarti kita sudah tidak bisa
mengambil manfaat apa apa lagi terhadapnya. Ketahuilah bahwa waktu yang lalu
itu masih ada gunanya buat kita. Paling tidak ada dua kegunaan waktu yang telah
lalu.
(1) Dijadikan pelajaran untuk bisa lebih baik.
Bukankah banyak orang telah mengambil pelajaran dari waktunya yang telah lalu.
(2) Yang lebih penting adalah dijadikan
sebagai sarana introspeksi diri serta
sebagai pengingat kesalahan di masa lalu
dan memperbanyak taubat serta istighfar. Sungguh Allah Ta’ala selalu
membentangkan tangannya untuk menerima taubat hamba hamba-Nya.
Abu Musa radhiallahu’anhu meriwayatkan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ
لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ فِيْ النَّهَارِ لِيَتُوْبَ
مُسِيْءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya
pada malam hari agar bertaubat orang yang berbuat keburukan di siang hari dan
Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat
keburukan di malam hari, sehingga matahari terbit dari barat (Kiamat). H.R
Imam Muslim.
Ketahuilah bahwa walaupun
dosa-dosa Rasulullah telah diampuni,
namun beliau shallalahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling banyak
beristighfar di setiap waktu. Para sahabat telah menghitung dalam setiap
majelisnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat paling banyak
beristigfar.
Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
Demi Allah. Sungguh aku selalu
beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali. (H.R
Imam Bukhari).
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى
اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
Wahai sekalian manusia. bertaubatlah
(beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat kepada-Nya dalam sehari
sebanyak 100 kali. (H.R Imam Muslim).
Kedua : Waktu sekarang.
Ini adalah waktu yang ada didepan mata kita
untuk bisa right now melakukan amal shalih. Jangan tunda, segeralah melakukan
perintah Allah sekarang juga dan
berhentilah dari apa apa yang dilarang Allah. Ini kesempatan terbaik yang diberikan Allah
kepada kita.
Allah Ta’ala berfirman :
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
Berlomba-lombalah dalam kebaikan. (Q.S
al Baqarah 148).
Maksud ayat ini kata Syaikh
Muhammad bin Shalih al Utsaimin adalah jadilah yang nomor satu dalam melakukan
kebaikan. (Syarh Riyadhus Shalihin).
Begitu juga Allah Ta’ala berfirman
:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).
Ketiga : Waktu yang akan datang.
Ini adalah perkara ghaib. Manusia tidak
memiliki ilmu tentangnya. Apakah kita masih bisa ketemu dengannya atau tidak.
Namun demikian kita bisa memanfaatkan waktu yang akan datang untuk meraih
kebaikan. Diantaranya adalah dengan ber’azam yaitu memasang niat yang kuat
untuk melakukan kebaikan kebaikan di waktu yang akan datang.
Jika kita berhalangan melakukan kebaikan yang
telah kita niatkan dengan sungguh sungguh, maka insya Allah akan ada nilainya
disisi Allah.
Dalam satu hadits qudsi, dari Abu
Hurairah, Rassulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ
وَالسَّيِّئَاتِ ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، فَإِنْ هُوَ
هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى
سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ
Sesungguhnya Allah
mencatat berbagai keburukan dan kebaikan lalu Dia menjelaskannya. Barangsiapa yang
bertekad untuk melakukan kebaikan lantas tidak bisa terlaksana, maka Allah
catat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bertekad lantas bisa ia
penuhi dengan melakukannya, maka Allah mencatat baginya 10 kebaikan hingga 700
kali lipatnya sampai lipatan yang banyak. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Al Imam Ibnu Rajab al Hambali berkata
: Yang dimaksud ‘hamm’ (bertekad)
dalam hadits di atas adalah bertekad kuat yaitu bersemangat ingin melakukan
amalan tersebut. Jadi niatan tersebut bukan hanya angan-angan yang jadi pudar
tanpa ada tekad dan semangat. (Jaami’ul Ulum wal Hikam).
Oleh karena itu seorang beriman haruslah
cerdas dalam menggunakan waktu, baik yang telah berlalu, yang sekarang ataupun
yang akan datang. Insya Allah semua waktu bisa bermanfaat dan mendatangkan
kebaikan. Wallahu A’lam (1.456)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar