MUSIBAH BESAR TAPI SEOLAH OLAH TAK BERASA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Semua orang meyakini bahwa pada
suatu saat, kapan saja Allah berkehendak, maka manusia akan didatangi ujian,
cobaan berupa musibah. Musibah itu bisa terjadi pada diri, harta ataupun keluarga
dan yang lainnya. Bisa jadi pada suatu seseorang akan mendapat musibah berupa
kehilangan harta dalam jumlah yang banyak. Ini dianggap musibah yang sangat
besar bagi para pencinta dunia.
Ketahuilah, bahwa hakikatnya setiap
hari kita didatangi oleh musibah yang
besar tapi seolah olah tak berasa. Diantaranya adalah bahwa kita setiap kita kehilangan umur 24 jam. Kenapa ?, Ketahuilah bahwa kehilangan
atau berkurangnya umur termasuk sebagai musibah besar karena dengan
kehilangan umur berarti kita semakin dekat dengan kiamat kecil yang bermakna
mati.
Sebagaimana harta, umur adalah
nikmat yang diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Dan kalau kehilangan harta
disebut musibah maka tentu kehilangan atau berkurangnya umur setiap hari
sangatlah layak untuk disebut sebagai musibah.
Musibah semakin dekatnya seorang
hamba dengan mati ini bisa menjadi musibah yang lebih besar lagi, yaitu :
Pertama : Ketika manusia lupa akan semakin dekat dengan kematian
ketika hari hari berganti. Dan itu adalah sesuatu yang pasti terjadi. Allah
berfirman : “Kullu nafsin dzaa-iqatul
mauti, tsumma ilainaa turja’uun”. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.
Kemudian hanya kepada Kami kamu akan dikembalikan.(Q.S al Ankabut 57).
Kedua : Ketika manusia lalai dengan dengan persiapan menghadapi
mati. Allah telah
mengingatkan dalam firman-Nya : “Yaa aiyuhal ladzina aamanut taqullaha wal
tandzur nafsun maa qaddamat lighad, wattaqullaha, innalallaha khabiirun bimaa
ta’maluun” Wahai orang orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan
hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa
yang kamu kerjakan. (Q.S al Hasyr
18).
Ketiga : Ketika hari yang telah dilalui tak
diisi dengan ketaatan. Rasulullah bersabda : “Khairunnaasi man thaala
‘umuruhu wa hasuna ‘amaluhu, wa syarrunnaasi man thaala ‘umuruhu wa saa-a
‘amaluhu” Sebaik baik manusia adalah
siapa yang panjang umurnya dan baik amalnya, dan seburuk buruk manusia adalah
siapa yang panjang umurnya dan buruk amalnya. (H.R Imam Ahmad, at Tirmidzi dan
al Hakim, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Sungguh mencengangkan karena terkadang kita melihat fenomena
yang terjadi pada sebagian orang. Ketika musibah besar ini datang yaitu dengan
berkurangnya umur mereka satu tahun yakni semakin dekatnya mereka dengan mati
lalu disambut dengan bergembira. Mereka tidak menyambutnya dengan ketakwaan dan
ketaatan. Mereka tak merasakan bahwa ini adalah juga musibah. Tapi mungkin menganggapnya
sebagai nikmat. Bisa juga ada benarnya (?).
Lalu ada yang menyambutnya dengan gembira. Berbagai ucapan
selamat diterima, salam salaman bahkan ada pula yang sampai cium pipi meskipun
bukan mahram. Lalu musibah yang semakin
dekat ini disambut pula dengan acara pesta, tiup lilin, makan minum berlebihan,
juga ada musik dan nyanyi serta joget
dan yang lainnya. Semua ini berseberangan dengan syariat.
Sungguh bergantinya hari, bulan dan
tahun adalah satu tanda yang sangat terang bahwa sisa umur kita semakin berkurang.
Pintu kematian semakin mendekat sehingga rasanya tak layak disambut dengan
ucapan ucapan selamat serta kegembiraan dan perayaan.
Oleh karena itu seorang hamba
haruslah memahami tentang hakikat musibah termasuk berkurangnya umur setiap
hari dan sangatlah pantas dijadikan sebagai sarana muhasabah atau introspeksi
diri.
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (1.109)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar