SIFAT SIFAT MULIA ORANG BERTAKWA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sungguh takwa adalah modal untuk
masuk ke surga. Iya, karena surga itu hanya disediakan untuk orang orang yang
bertakwa. Allah Ta’ala berfirman : “U’iddat lilmuttaqiin”. (Surga itu) disediakan
untuk orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).
Lalu apa makna takwa ?. Abu Hurairah ditanya
oleh seseorang tentang takwa. Dijawab : Apakah engkau
pernah melewati jalan yang penuh onak dan duri. Orang itu menjawab : Ya pernah. Abu Hurairah bertanya lagi :Lalu apa
yang engkau lakukan?. Orang
itu menjawab : Jika aku melihat
duri aku menghindar, melewati atau aku berhati-hati darinya. Abu Hurairah berkata : Itulah makna
takwa (Jamiul ‘ulum wal Hikam).
Seorang Tabi’in yaitu Thalq bin Habib berkata: Apabila terjadi
fitnah (ujian),
padamkanlah fitnah itu dengan takwa. Orang-orang bertanya : Apakah makna takwa itu ? Thalq menjawab : Takwa adalah
engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena
mengharap pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan segala bentuk kemaksiatan
kepada-Nya berdasarkan cahaya dari-Nya karena takut terhadap siksa-Nya. (Ibnul Mubarak, dalam Kitab az Zuhd).
Imam Ibnul Qayyim berkata : Hakikat takwa
ialah melakukan ketaatan kepada Allah dilandasi keimanan dan mengharapkan
pahalanya karena ada perintah dan larangan sehingga seseorang melakukan
perintah dengan mengimani Dzat yang memerintah dan membenarkan janjinya. Dan ia
meninggalkan apa yang Allah larang baginya dengan mengimani Dzat yang
melarangnya dan takut terhadap ancamannya.
Diantara cara untuk mencapai takwa
adalah dengan mengetahui terlebih dahulu apa saja sifat sifat orang yang
bertakwa dan sangatlah penting untuk amalkan. Sungguh dalam al Qur an sangatlah
banyak ayat ayat yang menjelaskan tentang
sifat, prilaku dan perbuatan mulia serta
tanda tanda orang bertakwa.
Diantaranya adalah sebagaimana
dijelaskan dalam surat Ali Imran 134 dan 135. Allah berfirman :
Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : Allah
menjelaskan tentang sifat orang orang yang bertakwa dan perbuatan perbuatan
mereka, sebagaimana disebutkan dalam
firman-Nya :
Pertama : “(Yaitu) orang orang yang
menafkahkan (hartanya) di waktu lapang maupun di waktu sempit”.
Yaitu, pada saat kondisi mereka
sedang sulit atau kondisi mereka sedang lapang. Bila mereka sedang lapang
mereka akan berinfak dengan lebih banyak dan bila mereka sedang kesulitan
mereka tidak menganggap remeh kebaikan walaupun sedikit saja.
Kedua : “Dan orang orang yang
menahan marahnya”.
Yaitu, apabila terjadi dari orang
lain tindakan yang menyakitkan terhadapnya yang menimbulkan kemarahan yaitu
hati yang penuh dengan kedongkolan dan akan menimbulkan balas dendam dengan
perkataan atau perbuatan. Mereka itu tidaklah bertindak menurut tabiat
kemanusiaannya (membalas ketika disakiti, pen.) akan tetapi mereka menahan apa
yang ada dalam hatinya dari kemarahan dan menghadapi orang yang berbuat buruk
kepadanya itu dengan kesabaran.
Ketiga : “Dan memaafkan (kesalahan)
orang”.
Termasuk dalam tindakan memaafkan
orang adalah memaafkan segala hal yang terjadi dari orang orang yang berbuat
buruk kepada kita dengan perkataan maupun perbuatan. Memaafkan itu sangatlah lebih baik daripada hanya sekedar menahan
amarah, karena memaafkan itu adalah membalas (keburukan) dengan bentuk kelapangan dada terhadap orang yang berbuat
keburukan.
Itu dapat terjadi pada orang orang
yang menghiasi dirinya dengan akhlak yang terpuji dan jauh dari akhlak yang
tercela. Dan juga orang orang yang bertransaksi dengan Allah dan memaafkan
hamba hamba Allah sebagai suatu kasih saying terhadap mereka dan tidakan
kebajikan kepada mereka. Benci dari keburukan yang menimpa mereka agar Allah
mengampuni dirinya dan dia mendapatkan pahala di sisi Allah yang Mahamulia.
Allah berfirman : “Fa man ‘afaa wa ashlaha fa ajruhuu ‘alallahi”.
Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. (Q.S asy Syura’ 40).
Keempat : “Dan (juga) orang orang
yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri .
Maksudnya, telah terjadi perbuatan
perbuatan buruk yang besar atau kecil
yang dilakukan oleh mereka lalu mereka segera bertaubat dan meminta ampun.
Mereka mengingat Rabb mereka dan ancaman-Nya bagi orang orang yang berbuat
maksiat dan apa yang dijanjikan bagi orang orang yang bertakwa.
Maka mereka memohon ampunan-Nya
atas dosa dosa mereka, menutup aib aib mereka. Disamping itu mereka
meninggalkan hingga ke akar akarnya dan menyesal atasnya. Karena itulah Allah
berfirman : dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)
Tentang sifat orang bertakwa yang mampumenahan
amarahnya, Imam Ibnu Katsir menukil dari Harits dari Sahl bin Mu’adz bin Anas dari
ayahnya, bahwa Rasulullah bersabda : Man kazhama ghaizhan wa huwa qaadirun ‘ala
an yunfidhahu, da’aahullahu alaru-uusil khalaa-iq, hatta yukhaiyarahu min ayyil
huurisyaa’. (Barangsiapa menahan amarah pada hal ia mampu untuk
menumpahkannnya maka Allah akan memanggilnya di hadapan para makhluk, lalu
Allah memberinya kebebasan memilih bidadari mana saja yang dia sukai. (H.R Imam
Ahmad).
Kemudian firman-Nya : Serta
memaafkan (kesalahan) orang”. Artinya, disamping menahan amarah, mereka memberi
maaf kepada orang yang telah menzhalimi mereka, sehingga tidak ada sedikitpun
iat dalam diri mereka untuk balas dendam kepada seseorang. Keadaan ini adalah
keadaan yang paling sempurna (yaitu menahan marah dan memaafkan, pen.) Lihat
Tafsir Ibnu Katsir.
Itulah sebagian sifat orang orang
yang bertakwa dan kita memohon kepada Allah agar diberi sifat sifat yang mulia
ini. Insya Allah ada manfaatnya. Wallahu A’lam. (1.110).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar