SIAPAKAH ORANG ORANG YANG CELAKA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Dalam al Qur an kita menemukan banyak kata Wail. Imam Ibnul
Jauzi berkata : Para ulama lughah
memiliki berbagai pendapat, tentang
makna kata wail ini, diantaranya : (1) Arti
wail adalah adzab dan kebinasaan. (2) Wail
artinya siksaan yang sangat berat. Ini pendapat Ibnul Anbari. (3) Wail adalah
kata yang digunakan orang Arab untuk menyebut orang yang terjerumus ke dalam
kebinasaan. Ini pendapat az-Zajjaj. (Zadul Masir fii ‘ilmit Tafsir).
Dalam beberapa ayat al
Qur an disebutkan tentang wail yaitu orang yang celaka dan akan binasa serta
mendapat adzab yang berat, diantaranya adalah :
Pertama : Kecelakaan
bagi orang yang curang dalam menakar dan menimbang.
Allah berfirman : “Wailul
lilmuthaffifiin. Alladzina idzaktaaluu ‘alannaasi yastaufuun. Waidzaa kaaluuhum
au wazanuuhum yukhsiruun.” Celakalah bagi orang orang yang curang (dalam
menakar dan menimbang), yaitu orang orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang
(untuk orang lain), mereka mengurangi. (Q.S al Mutaffifin 1-3).
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Tentang orang yang curang yakni apabila
membeli barang barang yang ditakar maka
mereka meminta supaya takarannya dipenuhi dengan sempurna, tanpa kekurangan.
Apabila mereka menimbang yaitu mereka menjual makanan yang
ditakar maka mereka menakar atau menimbang barang yang ditimbang dengan takaran
dan timbangan yang kurang. (Tafsir Juz
‘Amma).
Ketahuilah bahwa ternyata kaumnya Nabi Syu’aib, suku Madyan
memiliki kebiasaan buruk yang sangat tercela tersebut yaitu mengurangi takaran
dan timbangan.
Lalu Nabi Syu’aib mendakwahi mereka agar menyembah Allah saja
dan meninggalkan kebiasaan buruk yang merugikan
manusia. Allah berfirman : “Wa ilaa madyana akhahum syu’aiban, qala yaaqaumi
a’budullaha maa lakum minilaahin
fhairuhu, walaa tanqushul mikyaala walmiizaan. Dan kepada (penduduk) Madyan
(Kami utus) saudara mereka, Syu’aib. Dia (Syu’aib) berkata : Hai kaumku
sembahlah Allah sekali kali tiada Ilah bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu
kurangi takaran dan timbangan. (Q.S Hud 84).
Tapi ternyata mereka mengingkari dan menolak dakwah Nabi
Syu’aib dengan nada ejekan. Mereka berkata : Wahai Syu’aib, apakah agamamu
menyuruh kami agar meninggalkan yang disembah oleh bapak bapak kami. Begitu
pula kata katamu kepada kami, tidak mengharuskan kami melakukan pada harta kami
seperti apa yang kamu katakan kepada kami, berupa memenuhi takaran, timbangan
dan menunaikan hak hak yang wajib padanya. Akan tetapi kami tetap melakukan apa
yang kami kehendaki karena ia adalah harta kami, kamu tidak memiliki hak apa
pun (Lihat Tafsir as Sa’di).
Disebabkan kedurhakaan dan pengingkaran mereka terhadap
dakwah Nabi Syu’aib maka mereka celaka dan binasa ditimpa azab yang besar. Allah berfirman :
“Fa-akhadzat humur rajfatu fa-ashbahuu fii daarihim jaatsimiin.” Kemudian
mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat mayat yang bergelimpangan di
dalam rumah rumah mereka. (Q.S al A’raf 91).
Kedua : Kecelakaan bagi
orang yang melalaikan shalat.
Allah berfirman : “Fa
wailul lil mushalliin. Alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun”. Maka
kecelakaanlah bagi orang orang yang shalat. (Yaitu) orang orang yang lalai dari
shalatnya. (Q.S al Maa-uun 4-5).
Tentang makna lalai dalam ayat ini dijelaskan oleh Syaikh
Utsaimin : Memang mereka shalat secara berjamaah maupun sendirian. Akan tetapi
mereka :
(1) Tidak melaksanakannya sesuai dengan yang telah
digariskan. Tidak melaksanakan di awal waktu, tidak menyempurnakan ruku’ dan
sujud, berdiri dan duduk yang ada di dalam shalat. Tidak membaca apa yang
seharusnya dibaca dari ayat ayat al Qur an maupun bacaan bacaan dzikir.
(2) Dia lalai dari shalatnya. Hatinya menerawang kesana
kemari, ia lengah dalam melaksanakan shalatnya.
Ini adalah perbuatan yang tidak terpuji. Tidak diragukan
lagi, seorang yang lengah, lalai dan menganggap remeh merupakan perbuatan yang
tercela. Adapun jika dia terlupa di dalam shalat maka bukanlah suatu perkara
yang tercela. (Tafsir Juz ‘Amma).
Ketiga : Kecelakaan
bagi orang orang kafir.
Manusia paling utama yang disebut sebagai orang yang celaka
adalah orang orang kafir yang mendustakan ayat ayat Allah. Mereka akan mendapat
siksaan yang sangat pedih.
Allah berfirman : “Allahul
ladzii lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardhi, wa wailun lil kafiriina min
‘adzaabin syadiid ”. Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan kecelakaanlah bagi orang (kafir) yang ingkar kepada Rabb karena siksaan yang
sangat berat. (Q.S Ibrahim 2)
Syaikh as Sa’di berkata : (Dalam ayat 1 surat Ibrahim) Allah
memberitahukan bahwa Dia telah menurunkan kitab-Nya kepada Rasul-Nya Muhammad
demi kemashlahatan makhluk. Yaitu untuk mengentaskan manusia dari kegelapan,
kebodohan, kekufuran dan perangai perangai yang buruk serta beragam maksiat
untuk menuju cahaya ilmu, iman dan akhlak yang baik.
Lalu setelah menerangkan dalil dan buktinya, maka Allah
Ta’ala mengancam orang orang yang tidak patuh terhadap ketentuan tersebut.
Allah berfirman : “Dan celakalah orang
orang kafir karena siksaan yang sangat pedih”. Yakni yang kepedihannya
tidak bias diperkirakan kadar tingkat (kepedihan) nya dan tidak bias dijelaskan
hakikat siksaan-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Kata wail dalam ayat tersebut diatas diartikan
sebagai celaka.Ini dikarenakan dalam Neraka Wail tidak ada
satupun manusia durjana yang selamat dari kobaran api siksaannya. Pendek kata
dalam Neraka ini penghuni Neraka pasti celaka.
Ketahuilah bahwa ada
riwayat yakni dari Abu Said al-Khudri bahwa Wail adalah (juga bermakna)
jurang di neraka, di mana orang kafir yang memasukinya selama 40 tahun, belum
sampai di ujung dasarnya. (Zadul Masir fii ‘ilmit Tafsir, Ibnu Jauzi).
Itulah diantara keterangan tentang orang orang disebut
sebagai orang yang celaka dan binasa dengan adzab Allah. Oleh karena itu setiap
hamba haruslah selalu berusaha dan berdoa agar dijauhkan dari berbagai kecelakaan dan kebinasaan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Wallahu
A’lam. (1.119).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar