TIDAK MENCELA SYAITHAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Syaithan adalah salah satu jenis
makhluk ciptaan Allah yang ditakdirkan-Nya menjadi musuh bagi manusia. Allah
berfirman : “Innasy syaithana lil
insaani ‘aduwun mubiin”. Sungguh
syaithan itu musuh yang nyata bagi manusia. (Q.S Yusuf 5).
Sebagai musuh, maka syaithan selalu berusaha menggoda manusia agar jauh dari kebenaran sehingga
manusia menjadi tersesat dan akhirnya
bisa berkumpul kelak bersama mereka di neraka. Allah berfirman : “Wa yuriidusy syaithaanu an yudillahum
dhalaalan ba’iidaa”. Dan syaithan bermaksud menyesatkan mereka (dengan)
kesesatan yang sejauh jauhnya. (Q.S an Nisa’ 60).
Namun demikian, pada saat godaan
syaithan datang maka manusia dilarang
mencela atau mengumpatnya. Pada saat itu kita disuruh berlindung kepada Allah
dengan mengucapkan ta’awudz, yaitu a’udzubillahi minasy syathanir rajiim dan
juga membaca bismillah.
Syaikh Utsaimin pernah ditanya
tentang hukum mencela syaithan. Dalam Majmu’ Fatawa, beliau menjawab : Manusia
tidak diperintahkan mencela syaithan tapi mereka diperintahkan untuk memohon
perlindungan dari syaithan. Sebagaimana Allah berfirman : ”Wa imma yanaza ghannaka minasy syaithaani nazghun fas ta’idz billahi,
innahuu huwas samii’ul ‘aliim” Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu
godaan maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sungguh Dialah Yang Maha
Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S Fushilat 36).
Kemudian juga terdapat larangan
khusus mencela syaithan pada saat terjadi kecelakaan. Salah seorang sahabat
pernah membonceng Nabi kemudian untanya terjatuh. Sahabat ini langsung berkata
: Ta’isa asy syaithan (celaka syaithan). Lalu Nabi bersabda : “Jangan kamu mengucapkan
‘celaka syaithan’ karena ketika kamu mengucapkan kalimat itu maka syaithan akan
membesar hingga ia seperti seukuran rumah. Setan akan membanggakan dirinya dan
berkata, dia jatuh karena kekuatanku. Namun ucapkanlah ‘bismillah’ karena jika
kamu mengucapkan kalimat ini setan akan mengecil hingga seperti lalat. (H.R
Imam Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Imam ath Thabari menjelaskan
tentang hadits ini : Rasulullah melarang hal itu karena ucapan itu akan membuat
syaithan bangga. Ia menyangka kecelakaan itu disebabkan dari dirinya. Padahal
sebenarnya bukan dari syaithan melainkan datang dari Allah Ta’ala. Dan Nabi
memberitahukan agar menggantinya dengan ucapan ‘bismillah’ sehingga syaithan
tidak menganggap bahwa kecelakaan itu darinya dan dia memiliki peran dengannya.
Lajnah Da’imah Saudi Arabia
membolehkan mencela atau melaknat syaithan tapi tidak meninggalkan ta’awudz,
bismillah dan tidak dijadikan kebiasaan melaknat syaithan tanpa sebab. Lajnah
Da’imah memberikan fatwa : Oleh karena itu seseorang boleh melaknat syaithan
terutama ketika dia datang untuk menggodanya dan membisikkan was was kepadanya.
Hanya saja, dia tidak meninggalkan (ucapan) ta’awudz, memohon perlindungan
kepada Allah dari Allah, banyak berdzikir kepada Allah dan mengucapkan
bismillah, shalawat dan salam kepada Rasulullah, amma ba’du atau dzikir dan doa
lainnya. Agar seorang muslim mendapat perlindungan Allah dari kejahatan
syaithan dan sekali gus menerapkan ayat dan hadits yang mengajarkan ta’awudz.
Selayaknya seseorang tidak menjadikan kalimat laknat untuk syaithan sebagai
kebiasaannya tanpa sebab.
Semoga Allah selalu melindungin
kita dari godaan syaithan yang terkutuk.
Wallahu A’lam (381)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar