SEPERTI PERUMPAMAAN KELEDAI MEMBAWA KITAB
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sebelum al Qur-an diturunkan kepada
umat Islam, Allah Ta’ala terlebih dahulu
telah menurunkan kitab Taurat kepada orang orang ahli kitab dan memerintahkan
mereka untuk mempelajari dan mengamalkannya. Tapi tidaklah mereka
mengamalkannya. Diantara mereka ada yang mentakwil menurut akalnya bahkan ada
yang pula yang merubah rubahnya.
Dengan sebab yang demikian, maka
Allah Ta’ala mempermisalkan mereka seperti keledai yang membawa kitab kitab
besar. Allah berfirman : “Matsalul
ladziina hummilut tauraat tsumma lam yahmiluuhaa kamatsalil himaari yahmilu
asfaaraa, bi’sa matsalul qaumil ladziina kadzdzabuu bi aayaatillahi, wallahu
laa yahdil qaumazh zhaalimiin”. Perumpamaan orang orang yang di beri tugas membawa
Taurat, kemudiaan mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti
keledai yang membawa kitab kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang
mendustakan ayat ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang
orang yang zhalim. (Q.S al Jumu’ah
5).
Imam Ibnu Katsir berkata : Allah
berfirman mencela orang orang Yahudi
yang diberikan kepada mereka Taurat dan dipikulkan kepada mereka untuk
diamalkan namun mereka seperti keledai yang membawa kitab kitab tebal. Maksudnya
ia hanya sebatas membawanya dan tidak mengetahui kitab apa yang dipikulnya.
Demikian pula dengan kenyataan yang terjadi pada diri mereka ketika memikul al
Kitab yang diberikan kepada mereka. Mereka hanya membacanya, namun tidak
memahami dan mengamalkan konsekwensinya bahkan mereka mentakwil dan merubah
rubahnya.
Oleh karena itu sebenarnya mereka
lebih buruk daripada keledai karena keledai (memang) tidak mempunyai pemahaman sedangkan mereka
mempunyai pemahaman namun tidak digunakan dengan semestinya. (Kitab Tafsir Ibnu
Katsir).
Tentang ayat ini pula, Syaikh as
Sa’di berkata : Selanjutnya Allah menyebutkan bahwa orang orang yang membawa
kitab Taurat dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan diperintahkan agar dipelajari
dan diamalkan namun mereka tidak membawa dan menunaikan apa yang diperintahkan.
Dengan demikian mereka tidak memiliki keutamaan.
Mereka tidak ubahnya seperti keledai
yang membawa barang berupa kitab kitab ilmu di atas punggungnya. Bisakah
keledai memanfaatkan kitab kitab yang dibawa diatas punggungnya itu ?. Apakah
karena sebab itu mereka berhak mendapatkan keutamaan ?. Ataukah jatah mereka
hanya sekedar membawa saja. Inilah perumpamaan ulama ahli kitab. Mereka
adalah orang orang yang mengajarkan isi
Taurat, yang diantara perintah terbesar dan teragungnya adalah mengikuti
Muhammad Salallahu ‘alaihi wasallam, serta kabar gembira bagi orang yang
beriman dengan al Qur-an yang dibawanya.
Orang yang seperti ini tidak bisa
memanfaatkan Taurat melainkan hanya kerugian
dan tegaknya hujjah atas diri mereka sendiri. Perumpamaan ini persis
seperti diri mereka : “Amatlah buruknya
perumpamaan kaum yang mendustakan ayat ayat Allah itu” Yang menunjukkan atas kebenaran Rasul
kita dan kebenaran yang dibawanya. “Dan
Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zhalim”. Maksudnya, tidak menunjukkan mereka pada
mashlahat mashlahat mereka selama kezhaliman dan pembangkangan masih lekat
sebagai sifat mereka. (Tafsir Karimir Rahman).
Sungguh kepada umat Islam telah
dipikulkan pula kitab suci yaitu al Qur-an. Oleh karena itu, perlu diingat
bahwa sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk memikulnya dengan sungguh sungguh
yaitu dengan cara mempelajari, memahami mengamalkan dan mengajarkannya. Dengan
demikian maka Allah Ta’ala tidaklah menyamakan kita dengan ahli kitab dan tidak
pula seperti perumpamaan keledai yang memikul kitab kitab tebal. Insya
Allah.
Wallahu A’lam. (379)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar