MENGHADIRKAN HATI DALAM BERIBADAH
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Dalam setiap ibadah yang dilakukan
seorang hamba maka seharusnya dia selalu menghadirkan hati yakni yang paling utama
adalah dengan niat ikhlas. Mengingatkan diri untuk siapa kita beribadah, kenapa beribadah dan dengan cara bagaimana kita
beribadah.
Syaikh Muhammad bin Shalih al
Utsaimin memberikan contoh dalam hal ini pada saat mau berwudhu. Beliau berkata
: Setiap akan melakukan shalat tentulah berwudhu’ terlebih dahulu. Akan tetapi
banyak orang yang melaksanakan wudhu’ dengan tujuan sebatas mewujudkan syarat
shalat saja (tanpa menghadirkan hatinya, bahwa ia sedang melaksanakan apa yang
diwajibkan dan dituntut oleh Allah Ta’ala dalam syari’at-Nya).
Memang, meskipun hanya sebatas yang
demikian, hal itu tidak mengapa (diperbolehkan) dan tujuannya pun
dicapainya. Akan tetapi ada sesuatu yang
lebih tinggi derajatnya dan lebih penting dari sekedar mewujudkan syarat shalat
itu, yakni :
Pertama : Jika anda hendak melaksanakan wudhu’ maka hadirkanlah hati
atau perasaan bahwa anda sedang melaksanakan perintah Allah yaitu sebagaimana
firman-Nya : “Yaa aiyuhal ladziina aamaanuu idza qumtum ilash shalaati faghsiluu
wujuu hakum wa aidiyakum ilal marfiqi wamsahuu biru-uusikum wa arjulakum ilal
ka’baiin”. Wahai orang orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki. (Q.S al Maa-idah 6).
Dengan demikian terwujudlah makna
ibadah pada diri anda.
Kedua : Jika anda sedang berwudhu’ hadirklan hati atau perasaan
bahwa anda sedang ber-ittiba’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wa Sallam, sebab beliau bersabda : “Man
tawadh-dha-a nahwa wudhuu-ii haadzaa tsumma shallaa rak’ataini …” Siapa
yang berwudhu’ seperti wudhu’ku ini kemudian ia shalat dua rakaat. ….(H.R Imam
Bukhari dan Imam Muslim).
Dengan demikian anda telah
mewujudkan dua syarat ibadah yakni ikhlas kepada Allah dan ittiba’ kepada
Rasulullah.
Ketiga : Berharaplah pahala dari Allah dengan wudhu’mu itu, sebab
wudhu’ menghapuskan dosa dosa, maka hilanglah dosa dosa yang dilakukan tangan
bersama tetesan air wudhu’ terakhir setelah selesai mencuci tangan. Demikian
pula anggota wudhu’ yang lainnya.
Syaikh Utsaimin melanjutkan :
Ketiga makna yang agung ini terkadang kita lupakan atau seperti telah hilang
dari kebanyakan kita. Semoga Allah Ta’ala memaafkan (Syarhul Arba’in
an-Nawawiyah, Syaikh al Utsaimin)
Insya Allah bermanfaat. Wallahu
A’lam. (365)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar