MAKSIAT AKAN MELAHIRKAN MUSIBAH
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Seorang
hamba selalu mengharapkan keselamatan hidupnya di dunia dan di akhirat. Oleh
karena itu diantara doa yang tidak pernah dilalaikannya untuk dibaca setiap
saat adalah : “Rabbanaa aatinaa fid
dun-yaa hasanatan wa fil aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adzaaban naar” . Ya
Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
lindungilah kami dari adzab neraka. (Q.S
al Baqarah 201). Membaca doa ini tentulah baik dan sangat di anjurkan. Rasulullah juga
melazimkan diri beliau untuk membaca doa ini.
Jangan mengkhianati doa.
Tapi suatu hal yang sangat perlu
diingat adalah bahwa apa yang dilakukan seorang hamba haruslah selaras dengan
doa yang dipanjatkannya. Jika seseorang selalu berdoa untuk memperoleh kebaikan
maka juga penting baginya untuk terus menerus melakukan kebaikan dalam menjalani kehidupannya.
Janganlah seorang hamba
mengkhianati doanya. Pada saat berdoa seseorang senantiasa minta kebaikan tapi
kenyataannya dia belum betul betul bisa
berhenti dari berbuat dosa dan kemaksiatan. Berdoa minta kebaikan tapi terus
melakukan keburukan. Itulah yang dimaksud dengan mengkhianati doa.
Maksiat melahirkan musibah.
Ketahuilah saudaraku, bahwa
perbuatan dosa dan maksiat akan melahirkan musibah. Allah berfirman : “wa maa ashabakum min mushiibatin fabima kasabat aidiikum wa ya’fuu ‘an katsiir”. Dan musibah apa saja yang menimpa kamu adalah karena
perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan
kesalahanmu). Q.S asy Syuura 30.
Para ulama menjelaskan bahwa kasabat aidiikum, perbuatan tanganmu dalam ayat ini maknanya adalah dosa dosa kalian.
Ali bin Abi Thalib berkata : “Maa
nuzzila balaa-un illaa bidzambin wa laa rufi’a balaa-un illa bitaubah” .
Tidaklah musibah itu turun melainkan karena dosa. Karenanya tidaklah bisa
musibah itu hilang melainkan juga dengan taubat. (Jawabul Kafi).
Ibnu Umar berkata, Rasulullah
pernah mendatangi kami seraya bersabda : Wahai kaum Muhajirin !. Ada lima
perkara yang jika kalian diuji dengannya, namun saya berharap kalian tidak menemuinya.
Ø Tidaklah
sebuah perbuatan keji nampak di sebuah kaum sehingga mereka melakukannya terang terangan melainkan akan
muncul wabah penyakit tha’un yang belum pernah ada sebelumnya.
Ø Tidaklah
mereka mengurangi takaran dan timbangan melainkan akan ditimpa paceklik dan
kesusahan hidup serta zhalimnya penguasa.
Ø Dan
tidaklah mereka menolak membayar zakat melainkan hujan tidak akan turun.
Seandainya bukan karena binatang binatang ternak niscaya tidak akan pernah
turun hujan.
Ø Dan
tidaklah mereka mengingkari perjanjian Allah dan Rasul-Nya melainkan Allah akan
jadikan mereka dikuasai oleh musuh sehingga (musuh) berhasil mengambil sebagian
milik mereka, serta
Ø Tidaklah
para pemimpin meninggalkan berhukum dengan kitab Allah serta memilih milih apa
yang diturunkan oleh-Nya, melainkan Allah akan jadikan kehancuran mereka (sebab
pertikaian) antara mereka sendiri. (H.R Ibnu Majah, al Baihaqi dan al Bazzar)
Musibah dan maksiat punya korelasi yang kuat.
Para ulama menjelaskan bahwa maksiat dan musibah
mempunyai hubungan yang sangat kuat. Perhatikanlah apa yang diingatkan oleh
beliau :
Pertama : Imam Ibnul Qayyim al Jauziah.
Diantara akibat dari berbuat dosa
adalah menghilangkan nikmat dan juga mendatangkan bencana atau musibah. Oleh
karena itu hilangnya nikmat dari seseorang adalah akibat dosa. Begitu pula
datangnya berbagai musibah adalah juga disebabkan dosa (al Jawabul Kafi)
Kedua : Ibnu Rajab al Hambali.
Tidak disandarkan suatu
keburukan atau kerusakan melainkan pada
dosa, karena semua musibah itu
disebabkan dosa. (Latha’if al Ma’arif).
Maksiat menghilangkan nikmat dan
mendatangkan kesempitan.
Ketahuilah bahwa kalau di zaman ini
kita merasakan banyak nikmat yang hilang sedangkan musibah terjadi
berkepanjangan maka penyebabnya adalah kelalaian dari kebanyakan manusia untuk
taat kepada perintah Allah. Kita menyaksikan bagaimana saat ini ada manusia
dengan mudahnya meninggalkan perintah perintah Allah yang wajib seperti shalat,
puasa di bulan Ramadhan dan yang lainnya.
Selain itu, kita melihat betapa
banyak manusia yang melanggar dan mengabaikan larangan larangan Allah Ta’ala. Saat
ini kesyirikan terjadi dibanyak tempat dalam masyarakat. Diantaranya adalah
dengan mendatangi dukun, para normal. Minta berkah ke tempat tempat yang mereka
sebut keramat bahkan minta berkah kepada orang yang sudah mati.
Sekali lagi perlu dipahami bahwa
semua kemaksitan itu akan menghilangkan berbagai nikmat dan mendatangkan
musibah berupa adzab di dunia. Adzab di
akhirat pasti lebih berat lagi. Sungguh selagi manusia belum betul betul
bertaubat dari segala macam maksiat, maka tidaklah berkah akan turun kepada
manusia.
Allah berfirman : “Walau anna ahlal quraa aamanuu wattaqau
lafatahnaa ‘alaihim barakaatin minas samaa-i wal ardhi, wa laakin kadzdzabuu fa
akhadznaa hum bimaa kaanu yaksibuun”. Dan sekiranya penduduk negeri beriman
dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
dari bumi. Tetapi ternyata (mereka) mendustakan (ayat ayat Kami) maka Kami
siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S al A’raaf 96).
Dan juga selagi manusia belum
beriman dengan benar dan melakukan amal shalih maka baginya akan selalu ada
musibah berupa kehidupan yang sempit. Allah berfirman : “Waman
a’radha ‘an dzikrii fa inna lahuu ma’iisyatan dhankaa, wa nahsyuruhuu yaumal
qiyaamati a’maa”. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku
maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan pada hari Kiamat
(dibangkitkan) dalam keadaan buta. (Q.S
Thaha 124)
Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini : Barangsiapa yang
menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku
(dengan) berpaling darinya, melupakannya, dan mengambil selain petunjuknya maka baginya penghidupan yang sempit dan
sengsara, yaitu di dunia, dan tidak ada kelapangan dalam
hatinya. Bahkan hatinya sempit dan sesak karena penyimpangannya, meskipun
(terlihat) secara zhahir (hidupnya) senang. Berpakaian , makan dan bertempat
tinggal sesukanya. Akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan, keguncangan
dan keraguan karena jauhnya dari kebenaran dan petunjuk-Nya. (Kitab Tafsir Ibnu
Katsir).
Diantara ulama Tafsir menjelaskan
bahwa orang yang berpaling dari mengingat Allah termasuk adalah yang enggan
beribadah kepada-Nya maka kehidupannya akan senantiasa dirundung kesedihan dan
duka (Adhawaul Bayan, dinukil oleh Syaikh asy Syinqiti).
Segeralah bertaubat dan kesempatan bertaubat sangatlah luas.
Jika seseorang sudah terlanjur atau
sedang berada dalam kemaksiatan maka sungguh Allah dan Rasul-nya menyuruh untuk
segera bertaubat. Sebesar apapun dosa pastilah Allah Ta’ala dengan kasih
sayang-Nya akan mengampuni jika seseorang betul betul memohon ampun dan
bertaubat kepada-Nya.
Sungguh sangatlah banyak ayat al
Qur-an dan sabda Rasulullah yang menyuruh hamba hamba-Nya yang berdosa untuk
bertaubat dan Allah akan mengampuni dosanya. Diantaranya adalah :
Allah berfirman : “Watuubuu ilallahi jamii’an aiyuhal
mu’minuuna la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah,
hai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung (Q.S an Nuur 31).
Allah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu tuubuu ilallahi
taubatan nashuuha”. Wahai orang orang yang beriman bertaubatlah kepada
Allah dengan taubat nashuha (sebenar benar taubat) Q.S at Tahrim 8.
Allah berfirman : Katakanlah :
Wahai hamba hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri !.
Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa dosa semuanya. Sungguh Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S az
Zumar 53).
Dari Abu Musa ‘Abdillah bin Qais al
Asy’ari, dari Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda : Sesungguhnya
Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat pelaku
maksiat pada siang hari. Dan Dia
membentangkan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat pelaku
maksiat pada malam hari, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya. (H.R
Imam Muslim).
Rasulullah bersabda : “Innallaha ‘azza wa jalla yaqbalu taubatal
‘abdi maa lam yugharghir”. Sesungguhnya Allah yang Mahaperkasa lagi
Mahamulia menerima taubat seorang hamba sebelum nyawanya sampai di kerongkongan. (H.R at Tirmidzi, Hadits Hasan,
dishahihkan oleh Imam an Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim).
Segeralah bertaubat wahai hamba
hamba Allah. Sungguh kita sangat beruntung karena memiliki Allah Yang
Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Wallahu A’lam. (383)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar