NASEHAT MENJELANG PERNIKAHAN FAKHRI DAN PUTRI
Oleh : Azwir B. Chaniago
Insya Allah, besok tanggal 2 Rabi’ul Akhir 1436 H bertepatan
dengan tanggal 24Januari 2015 M akan dilaksanakan pernikahan antara ananda Zulfakhri
yaitu putra Bapak Haji Syaifuddin Saibur (alm.)
dengan ananda Putri Yulianti yaitu putri Bapak
Haji Sarmo Haryanto (alm).
Ketahuilah bahwa kehadiran kami pada hari ini di rumah calon
penganten pria adalah untuk menunjukkan rasa syukur kami bagi ananda Fakhri dan
Putri yang dipertemukan Allah dan insya Allah segera akan memulai hidup baru.
Hidup berkeluarga. Sungguh kehadiran kami semuanya di tempat ini adalah juga
untuk mendoakan agar acara yang telah
direncanakan ini selalu dalam kebaikan, mendapat lindungan serta dimudahkan dalam segala urusan.
Saya mendapat kehormatan karena diberi kesempatan untuk
menyampaikan sedikit tausiah atau
nasehat bagi kedua calon penganten khususnya. Mudah mudahan tausiah ini juga
bermanfaat bagi saya dan kita semua yang hadir pada acara syukuran ini. Dengan
memohon pertolongan dan ridha Allah
Subhanahu wa Ta’ala, tausiah ini ditulis dan disampaikan dengan judul :
“SEBAIK BAIK BEKAL BERUMAH TANGGA
ADALAH TAKWA”
Salah satu tanda kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bapak dan Ibu keluarga besar Bapak Haji Syaifuddin Saibur (alm.) Dan keluarga besar Bapak Haji Sarmo
Haryanto (alm), terutama kedua calon penganten yang sudah bersiap siap untuk
menjalani hidup berumah tangga beserta seluruh hadirin yang berbahagia.
Ketahuilah bahwa Allah telah berfirman dalam surat ar Rum 21
: “Wamin ayaatihi an khalaqa lakum min anfusikum azwaajaa, litaskunuu
ilaihaa wa ja’ala bainakum mawaddatau wa rahmah. Inna fii dzaalika la aayatin
liqaumin yatakkaruun” Dan diantara tanda tanda (kebesaran) Nya ialah Dia
menciptakan pasangan pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung
dan merasa tenteram kepadanya. Dan Dia
menjadikan diantara kamu kasih sayang. Sungguh pada demikian itu terdapat tanda
tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
Tentang ayat ini, as Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata : Bahwa
salah satu tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya, Allah Ta’ala adalah dengan membuktikan
rahmat-Nya, perhatian Allah terhadap hamba hamba-Nya, kebijakan-Nya yang Agung
dan ilmu-Nya yang mencakup segala sesuatu yaitu Allah menciptakan untukmu istri
istri dari jenismu sendiri. Mereka serasi dengan kalian dan kalian serasi
dengannya. Mereka serupa dengan kalian dan kalian serupa dengannya. (Supaya
apa, pen.) Supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan
dijadikannya diantara kalian kasih
sayang. (Lihat Kitab Tafsir Karimir Rahman)
Kalau kita lihat dengan lebih cermat ayat ini menjelaskan
bahwa pada asalnya pernikahan itu memiliki potensi yang amat kuat untuk
mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan bagi setiap pasangan suami istri.
Kenapa, karena pernikahan adalah bagian dari tanda tanda kebesaran Allah.
Selain itu juga bagian dari Sunnah
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.
Rumah tangga ibarat kapal yang berlayar.
Orang mengibaratkan
rumah tangga seperti kapal yang berlayar. Itulah sebabnya rumah tangga disebut
juga sebagai bahtera. Bahtera rumah tangga. Kalau diibaratkan kapal atau
bahtera maka agar mudah diperjalanan
diperlukan beberapa hal yang baik untuk diperhatikan.
Pertama : Jika diibaratkan kapal, maka kapal rumah tangga itu harus kokoh yaitu
dibuat dengan bahan bahan yang kuat. Kokohnya bahtera rumah tangga adalah
dengan iman dan takwa yang ada didalamnya. Kalau iman dan takwa dipelihara
dalam rumah tangga maka tidak goyah. Kalaupun ada gelombang ataupun badai yang
mendera, insya Allah kapal rumah tangga itu akan tetap tegar. “Wa
tazawwaduu, fainna kahiraz zaadit taqwa. Wattaquuni yaa uulil albaab” Berbekallah,
karena sesungguhnya sebaik baik bekal adalah takwa.
Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang orang yang berakal. (Q.S al Baqarah 197)
Kedua : Kapal rumah tangga itu harus memiliki penunjuk arah kemana jalan yang
akan dituju. Penunjuk arah dalam pelayaran diantaranya adalah kompas ataupun peralatan
navigasi lainnya. Begitupun dalam bahtera rumah tangga. Bahtera rumah tangga
sangatlah membutuhkan penunjuk arah agar jalannya benar dan lurus. Penunjuk
arah yang dimaksud adalah al Qur an dan as Sunnah yaitu pentujuk Allah dan
Rasul-Nya.
Inilah dua penunjuk arah yang paling utama dan paling canggih
bagi kehidupan berumah tangga. Jangan abaikan kedua petunjuk ini. Nabi yang
menjamin bahwa al Qur an dan as Sunnah adalah petunjuk terbaik bagi manusia
dari dunia hingga negeri akhirat.
Rasulullah bersabda : “Taraktu fiikum amrai-ni lan
tadhilluu maa tamassaktum bihimaa : Kitaballahi wa sunnata nabiiyah” . Aku
telah tinggalkan kepada kamu dua perkara yang selama lamanya kamu tidak aka tersesat jika kamu berpegang kepada keduanya
(yaitu) : Kitabullah dan Sunnah nabi-Nya (H.R Imam Malik dalam al Muwatha’).
Ketiga : Bahan bakar yang cukup. Kapal yang berlayar tentulah mempersiapkan
bahan bakar yang cukup. Ini adalah kebutuhan pokok dalam suatu pelayaran. Bagi
bahtera rumah tangga juga harus mempersiapkan bahan bakar yang cukup yaitu
berupa sikap sabar dan syukur. Sabar dan syukur akan menjadi kunci segala
kebaikan. Insya Allah.
Rasulullah bersabda : “’Ajaban li amril mu’minini inna
amrahu kullahu lahu khairun, wa laisa dzaalika li ahadin illaa lil mu’minin, in
ashabat-hu sarraa-u syakara, fakaana khairal lahu, wain ashabat-hu dharraa-u
shabara fakaana khairal lahu.” Memang sangat menakjubkan urusan orang
mukmin itu, karena semua urusannya adalah baik, dan ini tidak akan terjadi pada
seorangpun kecuali pada orang mukmin. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur,
maka yang demikian itu adalah lebih baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan
dia bersabar, maka yang demikian itu adalah lebih baik bagi baginya. (H.R Imam
Muslim)
Keempat : Bekal yang cukup. Ketahuilah bahwa kapal yang berlayar tentu
membutuhkan perbekalan yang cukup bagi semua penumpangnya. Begitupun bahtera
rumah tangga juga harus punya bekal yang cukup. Suami haruslah bertanggung
jawab untuk mencari rizki agar bisa menyediakan bekal yang cukup yaitu segala
kebutuhan rumah tangganya sesuai kemampuannya.
Dalam mencari rizki suami harus yakin betul bahwa dia memiliki Allah yang Mahapemurah dan Mahakaya.
Oleh karena itu tidaklah dianggap
sebagai kebaikan jika masih ada yang
merasa khawatir dengan rizki.
Allah berfirman : “Wamaa min daabbatin fil ardhi illa ‘alallahi rizquha”
Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya
dijamin Allah rizkinya. (Q.S Hud 6).
Kewajiban seorang hamba adalah berusaha mencari rizki yang halal dan dengan cara yang halal.
Jadi harus berusaha. Jangan diam saja. Tidak cukup dengan doa saja. Allah tidak
menurunkan rupiah atau dolar dari langit. Sungguhpun demikian seorang hamba
tidak perlu bersusah payah memikirkan akan dapat rizki berapa, karena Allah
telah menentukannya. Dapat banyak atau sedikit itu adalah hitungan kalkulator
kita. Tapi berapapun yang diberikan Allah itulah yang terbaik buat hamba-Nya.
Dengan kasih sayangNya, Allah senantiasa menyediakan rizki
yang baik bagi hamba hambaNya yang beriman.
Ketahuilah bahwa jika
pada suatu waktu Allah menutup satu pintu rizki untuk seorang hamba maka
sebenarnya Allah bermaksud membuka pintu rizki yang lain dan lebih baik. Bisa
jumlah dan jenisnya yang lebih baik dan bisa pula keberkahannya yang bertambah.
Suatu hal yang perlu
diingat jangan tamak dalam mencari dan mendapatkan harta. Sungguh harta
tidaklah selalu mampu membuat manusia merasa berbahagia. Bisa hidup dengan senang dan tenang. Sungguh
tidaklah demikian. Berapa banyak saudara saudara kita yang memiliki sedikit
harta tapi sangat menikmati hidup bersama keluarganya. Sebaliknya berapa banyak
pula saudara saudara kita yang memiliki harta melimpah, lebih dari cukup tapi
keadaan ini belum tentu membuatnya berbahagia, hidup dengan nyaman.
Jangan mau ditipu oleh harta. Sungguh tidaklah semua bisa
dibeli dengan harta atau uang. Orang bijak mengatakan : Harta bisa membeli
makanan yang paling enak tapi harta tidak bisa membeli selera makan. Bukankah
makanan yang mahal atau murah tidak terlalu penting tapi yang penting adalah
selera makan. Harta bisa membeli tempat tidur yang termahal tapi harta tidak
bisa membeli tidur. Bukankah yang
penting adalah tidurnya, bukan tempat
tidurnya mahal atau murah. Harta bisa membeli rumah yang mewah tapi harta tidak
bisa membeli home sweet home. Tidak bisa membeli baitii jannatii. Tidak bisa
membeli rumahku surgaku. Padahal setiap orang mendambakan rumahku surgaku.
Sungguh harta yang sedikit atau harta yang banyak bukan
masalah besar dalam kehidupan seorang hamba. Yang masalah adalah bagaimana cara
mendapatkannya dan ke mana dibelanjakan.
Bagaimana jika ada badai dan gelombang.
Semua kita tidaklah mengharapkan akan menemukan badai dan
gelombang akan menerpa bahtera rumah tangga. Kita berlindung kepada Allah
Ta’ala. Namun bisa saja terjadi yang diluar keinginan kita semua.
Allah berfirman : “Ahasiban naasu an yutrakuu an yaquuluu
amannaa wahum la yuftanuun” Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan
hanya dengan mengatakan beriman, dan mereka tidak diuji ? (Q.S al Ankabuut 2).
Syaikh as Sa’di dalam menafsirkan ayat ini, antara lain
menjelaskan bahwa : Dia (Allah) akan menguji mereka dengan kesenangan dan
kesusahan hidup serta kesulitan dan juga kemudahan.
Jika menemukan gelombang dalam rumah tangga ada dua hal yang kiranya
bisa dilakukan :
Pertama : Jangan lupa minta nasehat kepada orang tua atau seseorang yang sangat dipercaya. Cuma yang perlu diingat
dalam minta nasehat haruslah dengan niat ikhlas untuk mendapatkan jalan keluar
yang terbaik dari suatu keadaan. Jangan minta nasehat untuk menceritakan
kekurangan pihak lain. Ketahuilah bahwa sebenarnya setiap kita memiliki
kekurangan.
Kedua : Minta tolong kepada Allah dengan sabar dan shalat.
Jika seseorang menemukan suatu ujian atau cobaan dalam
hidupnya maka Allah perintahkan kita untuk minta tolong kepada Allah saja.
Tidak kepada yang lain. Caranya adalah pelihara sikap sabar. Jika perlu buat
pabrik sabar. Sehingga sabarnya tidak pernah habis karena punya pabriknya. Ketahuilah bahwa seorang yang habis
kesabarannya bukanlah dianggap sebagai orang yang sabar.
Tentang sabar.
Apa itu sabar. Imam Ibnul Qayyim dalam Kitabnya Madarijus
Saalikin menjelaskan bahwa secara etimologi sabar itu bermakna menahan atau
mencegah. Secara istilah kata beliau makna sabar adalah :
1.
Menahan diri dari berputus asa
2.
Menahan amarah jiwa
3.
Mencegah lisan dari mengeluh
4.
Mencegah anggota badan untuk berbuat mungkar.
Kenapa sabar ini penting dan dibutuhkan pada setiap saat.
Syaikh Ahmad Faridh seorang Ulama dari Mesir, dalam Kitabnya Tazkiyatun Nufus
berkata : Seorang hamba selalu
membutuhkan kesabaran dalam setiap keadaannya. Sebab ia selalu berada dalam
perintah yang wajib dilaksanakan dan larangan yang wajib dia tinggalkan. Dia senantiasa
berada pada takdir Allah serta kenikmatan yang wajib dia syukuri. Apabila semua
perkara ini tidak bisa lepas dari seseorang maka kesabaran harus senantiasa
berada pada dirinya.
Tentang minta tolong dengan shalat.
Maksudnya adalah jika seseorang mengalami suatu kesulitan maka sangatlah dianjurkan untuk melakukan
shalat. Mungkin ini tidak lazim kita lakukan. Kalau ada kesulitan kita biasanya
berdoa, ya ini sangat baik. Tetapi juga sangatlah dianjurkan untuk melakukan
shalat. Ini dicontohkan oleh Rasulullah dan orang shalih.
Jika menghadapi masalah besar maka Rasulullah melakukan
shalat sunat. Ini adalah sebagaimana kesaksian para sahabat.
Ali bin Abi Thalib berkata : “Pada malam (sebelum) perang
Badar, semua kami tertidur kecuali Rasulullah. Beliau shalat dan berdoa sampai
subuh”.
Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Yaman : “Pada malam perang
Ahzab, saya menemui Rasulullah dan senantiasa beliau shalat dan menutup
tubuhnya dengan jubah. Hudzaifah juga berkata : “Inna nabiyyu salallahu
‘alaihi wasalam idzaa hazabahu amrun shalla” Nabi salallahu ‘alaihi wasallam apabila
dirundung masalah maka beliau
mengerjakan shalat”. (H.R Imam Abu Dawud, dihasankan oleh Syaikh al Albani)
Imam Ibnu Katsir antara lain menceritakan tentang Nabi
Ibrahim dan istrinya Sarah yang menghadapi kesulitan besar lalu berwudhu’ dan
shalat meminta pertolongan kepada Allah. Dikisahkan bahwa pada suatu waktu Nabi
Ibrahim dalam suatu safar bersama istrinya Sarah melewati negeri seorang
penguasa zhalim. Raja negeri itu memerintahkan pembantunya untuk mengambil
Sarah yang sangat cantik itu dan dibawa ke istana.
Di istana, raja mulai mendekati
Sarah. Sarah berpaling dan sarah minta waktu untuk berwudhu’ lalu mengerjakan
shalat dan berdoa : Ya Allah jika engkau mengetahui bahwa aku beriman
kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu dan aku senantiasa memelihara kehormatanku
kecuali kepada suamiku, maka janganlah Engkau memberikan (kesempatan) kepada
orang kafir (untuk menjamahku). Tiba tiba raja itu pingsan dan terkulai kedua
kakinya. Kemudian raja bangun
kembali. Setelah tiga atau empat kali
ingin menjamah Sarah ternyata raja tidak mampu. Raja selalu pingsan dan
terkulai kakinya. Lalu raja memanggil pembantunya dan berkata : Kalian tidak
membawakan untukku kecuali syaithan (bukan
manusia). Kemudian Sarah dikembalikan kepada suaminya Ibrahim. Selain itu raja memberinya hadiah seorang pembantu yaitu
Hajar.
Sementara Sarah dibawa
oleh pembantu raja ke istana maka Nabi Ibrahim senantiasa mengerjakan shalat
dan berdoa agar Allah menjaga Sarah.
Akhirnya Nabi Ibrahim
dan istrinya Sarah selamat dari orang
yang akan mencederai dan menzhaliminya.
(Dari Kitab Qishashul Anbiyaa, dengan diringkas).
Sungguh Allah telah
berfirman : “Wasta’iinuu bish shabri wasshalah” Dan jadikanlah sabar dan
shalat sebagai penolongmu (Q.S al Baqarah 45).
Demikianlah tausiah singkat ini disampaikan semoga bermanfaat
bagi kedua calon penganten dan kiranya juga bermanfaat untuk para penganten
lama yang hadir saat ini.
Wallahu A’lam. (186)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar