ISLAM AGAMA YANG MUDAH
Oleh :Azwir B. Chaniago
Muqaddimah
Sungguh Islam adalah agama yang mudah, memberikan kemudahan, menghilangkan
beban dan menghilangkan segala yang berat bagi manusia.
Barangkali ada seseorang yang merasa bahwa agama Islam ini berat, banyak
aturannya. Banyak perintah dan larangannya. Tapi ketahuilah bahwa yang
mengalami kesulitan atau merasa berat dalam menjalani syari’at Islam diantaranya adalah :
Pertama : Orang
yang tidak ikhlas dalam menjalani syari’at Islam. Jika seseorang memiliki keikhlasan dalam menerima
atau melakukan sesuatu tentulah tidak ada yang berat baginya.
Kedua : Orang
yang jahil atau tidak memiliki ilmu yang memadai tentang Islam. Seseorang jika tidak mengetahui
sesuatu dengan jelas maka tentu berat
dan merasa sulit untuk melakukannya.
Allah dan Rasul-Nya yang menjelaskan bahwa Islam itu mudah.
Oleh karena itu tidaklah patut bagi seorangpun untuk mengatakan Islam itu sulit
dan memberatkan. Bukankah Islam yang kita anut ini adalah anugerah dan nikmat
yang besar dari Allah kepada kita.
Kemudahan Islam menurut al Qur an.
Pertama : Allah yang menyatakan bahwa agama Islam mudah tidak mendatangkan kesulitan. Allah
berfirman : “Yuridullahu
bikumul yusra wala yuridu bi kumul ‘usra. Allah menghendaki kemudahan
bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu. (Q.S. Al Baqarah 185).
Maksud ayat ini adalah Allah
menghendaki hal yang memudahkan bagi kalian jalan yang menyampaikan kalian
kepada ridha-Nya dengan kemudahan yang paling mudah dan meringankannya dengan
keringanan yang paling ringan. Segala yang diperintahkan Allah atas
hamba-hamba-Nya pada dasarnya adalah sangat mudah sekali. Bila terjadi
rintangan yang menimbulkan kesulitan maka Allah akan memudahkannya dengan
kemudahan lain yaitu dengan menggugurkannya atau menguranginya dengan segala bentuk
pengurangan. (Tafsir Karimir Rahman, Syaikh as Sa’di).
Kedua : Allah
berfirman : “Ma yuridullahu liyaj’ala ‘alaikum min harajin walaakin yuridu
liyuthahirakum waliyutimma ni’matahu ‘alaikum la’allakum tasykuruun.” Allah
tidak hendak menyulitkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kamu, supaya
kamu bersyukur (Q.S. al Maa-idah 6).
Maksud ayat ini adalah Allah
memberikan kemudahan, tidak memberikan kesulitan. Dan agar kalian bersyukur
terhadap nikmat-nikmat yang diberikan Allah atas apa apa yang telah
disyariatkan berupa kelonggaran, kelembutan, rakhmat, keindahan dan kelapangan
(Tafsir Ibnu Katsir).
Ketiga : Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Wa jaahiduu fillahi haqqa jihaadihi, huwa
ajtabaakum wamaa ja’ala ‘alaikum fiddiini min haraja..” Dan berjihadlah
kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih
kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama kesempitan...
(Q.S. Al Hajj 78).
Mungkin ada orang yang menyangka
bahwa jihad ini merupakan suatu yang amat memberatkan maka Allah berfirman dan
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu suatu kesempitan, maksudnya adalah
tidak mendatangkan suatu kepelikan dan kesulitan. Justru (Allah) benar-benar meringankan dan
memudahkan dengan kemudahan yang paling puncak. Tidaklah Allah memerintahkan
dan mengharuskan sesuatu melainkan :
(1) (pasti) Sesuatu yang
mudah dirasakan manusia.
(2) Tidak memberatkan
dan menyusahkan.
(3) Bila muncul beberapa
faktor yang mengharuskan adanya rukhshah maka Allah meringankan kewajiban yang
Allah perintahkan baik dengan menggugurkannya (semua) atau menggugurkan
sebagiannya (Tafsir Karimir Rahman).
Kemudahan Islam menurut as Sunnah.
Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan tentang kemudahan Islam, dalam sabda beliau : “Innad diina
yusra, wa lan yusyaddad diinu ahadun illa ghalibahu, fasaddidu wa qaaribuu,
wasta’iinuu bil ghadwati warrauhati wa syai’in minal duljah.” Sesungguhnya
agama (Islam) ini mudah. Dan tidak seorang pun juga yang memberatkan agama ini
akan mengalahkannya. Oleh karena itu berlaku sedanglah kamu dan mendekatlah dan
mintalah bantuan di waktu pagi dan petang dan sedikit diwaktu malam. (H.R Imam Bukhari).
Dalam hadits ini Rasulullah
menegaskan bahwa Islam itu mudah. Barangsiapa yang memberat-beratkan pasti akan
dikalahkan oleh Islam karena begitu banyaknya jalan-jalan kebaikan dalam Islam
dan pasti dia tidak akan sanggup untuk melakukan semuanya. Oleh karena berlaku sedanglah jangan berlebih lebihan
tapi jangan pula mengurangi hak atau melalaikannya. Jika engkau tidak sanggup
mengerjakan semuanya atau melakukan yang sempurna, dan mendekatlah yaitu berusaha mendekati kesempurnaan.
Bagaimana bentuk
kemudahan yang dimaksud dalam syari’at Islam. Diantaranya adalah :
Pertama : Perintah syari’at
tidak melebihi kemampuan manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman : La yukallifullahu nafsan illa wus’aha. Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Q.S Al Baqarah 286)
Syaikh as Sa’di dalam Ktab Tafsirnya menjlaskan bahwa : Allah
memudahkan bagi mereka syari’at-syari’at Nya dengan sangat mudah. Allah tidak
memberatkan mereka dengan kesulitan,
beban dan tambahan seperti yang diberikan kepada orang-orang sebelum
mereka dan Allah tidak memberatkan melebihi kemampuan mereka
Kemudahan Islam juga berlaku
dalam hal pemberian nafkah. Seorang yang lapang rezkinya haruslah memberi
nafkah sesuai dengan kesanggupannya bukan memberi nafkah layaknya orang miskin.
Allah berfirman : La yukallifullahu nafsan illa maa ataaha. Allah tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan
kepadanya (Q.S ath Thalaq 7).
Ini sesuai dengan hikmah dan
rakhmat illahi, karena menempatkan sesuatu sesuai dengan ukurannya dan memberi
keringanan kepada orang yang tidak mampu (Tafsir Karimir Rahman, Syaikh as
Sa’di)
Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wassalam bersabda : “Yassiruu walaa tu’assiruu, walaa tunaffiruu”. Mudahkanlah,
janganlah menyusahkan dan beri kabar gembira dan jangan membuat orang lari
(dari agama ini). H.R Imam
Muslim.
Dalam hadits ini Rasulullah
mengingatkan kita bahwa Islam ini mudah dan sekali gus mengingat agar tidak
menyusahkan dan memberatkan, dan tidak menyulitkan. Tapi janganlah
memudah-mudahkan dengan akal fikiran, perasaan, toleransi yang salah kaprah
atau kebersamaan. Kemudahan itu haruslah
berdasarkan wahyu yaitu al Qur’an dan as Sunnah yang shahih.
Kedua : Perintah
syari’at memiliki banyak rukhshah.
Sungguh Allah sebagai Khalik yang menciptakan manusia,
Mahamengetahui tentang kelemahan manusia. Maka syari’at yang Allah turunkan
memiliki rukhsah atau keringan yang banyak.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman : “Yuridullahu ‘aiyukhaffifa ankum, wa khuliqal
insaanu dha’iifaa. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia
diciptakan (bersifat) lemah. (Q.S. an Nisaa’ 28)
Syaikh as Sa’di berkata bahwa maksudnya adalah
dengan mudahnya perkara-perkara yang Allah perintahkan kalian kepadanya dan
perkara-perkara yang kalian dilarang darinya semua itu karena rakhmat Allah
yang sempurna kebaikanNya. Yang menyeluruh dari ilmu dan hikmahNya akan
kelemahan manusia dari berbagai segi. Lemah fisik, lemah dalam kehendak, lemah
dalam tekad, lemah dalam iman dan lemah dalam kesabaran. Lalu untuk
menyesuaikan hal itu Allah meringankan apa yang mereka lemah padanya dan apa
yang tidak bisa dilakukan oleh keimanan, kesabaran dan kekuatannya (Tafsir
Karimir Rahman).
Ketiga : Perintah
syari’at sesuai kemampuan.
Salah satu kemudahan syari’at
Islam adalah menyuruh umatnya melakukan suatu perintah sesuai kemampuan. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :“Fattaqullaha mastatha’tum.” Maka bertakwalah
kepada Allah menurut kesangupanmu.(Q.S. At Taghabun 16).
Allah memerintahkan para hambaNya
agar bertakwa padaNya yaitu dengan menunaikan perintah dan menjauhi larangannya
sesuai kemampuan.
Allah membatasi hal itu dengan kadar kemampuan dan kesanggupan. Ayat ini
menunjukkan bahwa kewajiban yang tidak mampu dilakukan oleh seorang hamba
menjadi gugur. Jika seorang hamba mampu menunaikan sebagian kewajiban dan tidak
mampu menunaikan kewajiban lainnya, maka ia cukup menunaikan kewajiban
yang mampu dia lakukan. Sedangkan
kewajiban lainnya yang tidak mampu dilakukan menjadi gugur. (Tafsir Karimir Rahman, Syaikh
as Sa’di)
Rasulullah bersabda : Ma
nahaitukum anhu fajtanibuhu, Wama amartukum bihi faktu minhu mastatha’tum. Apa
yang aku larang kalian atasnya maka jauhilah, dan apa yang aku perintahkan
kalian maka lakukanlah semampu kalian.
Sungguh kemudahan dalam syariat Islam
menunjukkan kemuliaan dan ketinggiannya :“Al islamu ya’lu wala yu’la.” Islam itu
tinggi dan tidak ada yang dapat mengatasi ketinggian (Islam). H.R. Imam
Daruquthni.
Wallahu a’lam. (190)
.