BAIK SANGKA SAAT DAPAT MUSIBAH
Oleh Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Ada diantara manusia, mungkin karena kekurangan ilmu dan yang
lainnya, apabila mengalami musibah atau
ujian lalu berburuk sangka kepada Allah. Ini adalah sikap yang sangat tercela dan dilarang oleh syari’at. Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin memberikan
tuntunan buat kita agar berbaik sangka kepada Allah jika mendapat ujian atau
cobaan, yaitu :
Pertama : Engkau wajib husnuzhan, berbaik sangka kepada Allah terhadap perbuatan
Allah di muka bumi.
Kedua : Engkau wajib meyakini bahwa apa yang Allah lakukan adalah untuk suatu
hikmah yang sempurna. Terkadang akal manusia memahaminya terkadang tidak.
Ketiga :Maka janganlah ada yang menyangka bahwa jika Allah melakukan sesuatu di
alam ini karena kehendakNya yang buruk.
Adab terhadap ketetapan Allah.
Sebagai makhluk, yang telah diberi berbagai kenikmatan oleh
Allah, maka wajiblah beradab kepada Allah. Syaikh Abdul Aziz Nada, dalam
Kitabnya Ensiklopedi Adab Islam menyebutkan lebih dari 15 macam adab kepada
Allah yang wajib dijaga. Diantaranya adalah berbaik sangka terhadap
ketetapan Allah.
Jabir berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda
selang tiga hari sebelum beliau wafat : “Laa yamuttunna ahadukum illaa wahuwa yuhsinuzh zhanna
birabbihi” Janganlah salah seorang dari kalian mati kecuali dalam
keadaan berbaik sangka kepada Rabbnya (H.R Imam Muslim dan Imam Ahmad).
Bagaimana cara menumbuhkan
baik sangka terhadap ketetapan Allah berupa ujian atau musibah.
Berbaik sangka kepada Allah terhadap ujian atau musibah adalah merupakan kewajiban
manusia. Sungguh ini mudah diucapkan tapi berat dalam melaksanakannya, kecuali
bagi orang orang yang diberi hidayah dan memiliki iman yang kokoh.
Para ulama memberikan beberapa petunjuk dalam hal ini, diantaranya adalah :
Pertama : Bandingkan nikmat yang hilang dengan yang masih
ada.
Ketahuilah bahwa suatu nikmat hilang tersebab musibah maka
ternyata nikmat yang tersisa masih sangat banyak. Kita sering menangisi
sesuatu yang hilang tapi kadang kadang lupa terhadap nikmat yang masih ada pada
diri kita.
Perhatikanlah bagaimana Allah telah memberi nikmat Iman dan
Islam yang merupakan puncak nikmat bagi kita. Ditambah lagi dengan nikmat akal,
hati, panca indra, kesehatan dan yang lainnya dan tidak terhitung jumlah dan
jenisnya. Allah berfirman : “Wain ta’uddu ni’matallahi laa tuhshuuhaa”. Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak (akan pernah) dapat
menghitungnya (Q.S Ibrahim 34).
Kedua : Meyakini bahwa ujian tidak melebihi kemampuan.
Allah berfirman : “ Laa yukallifullahu nafsan illa
wus’ahaa” Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai kemampuannya. (Q.S al Baqarah 286).Ketahuilah bahwa
ujian atau musibah yang kita terima belum seberapa dibanding selain kita.
Rasulullah pernah
ditanya tentang manusia yang paling berat cobaannya. Beliau bersabda : “Yang
paling berat cobaannya diantara manusia adalah
para Nabi, kemudian orang yang dibawahnya
dan yang dibawahnya (H.R. Imam at Tirmidzi dan Imam Ibnu
Majah).Kenapa begitu ? ya, karena para Nabi dan Rasul lebih teguh imannya dan
lebih mampu menghadapi cobaan dibanding yang selainnya.
Perhatikanlah sirah para Nabi, para sahabat dan orang orang
shalih. Nabi Ibrahim diuji dengan
perintah menyembelih anaknya Ismail, Nabi Ayyub diuji dengan penyakit, Bilal
bin Rabbah diuji dengan siksaan karena mempertahankan tauhid, Imam Ahmad
dipenjara dan disiksa oleh penguasa karena mempertahankan keyakinan bahwa al
Qur an adalah Kalamullah. Apalagi ujian yang dialami oleh Rasulullah yang kita
tahu adalah sangat banyak dan berat.
Ketiga : Meyakini bahwa ujian dari Allah itulah yang terbaik
bagi seorang
hamba.
Allah Mahapenyayang kepada para hambaNya bahkan melebihi
sayangnya seorang hamba itu kepada dirinya sendiri. Seseorang yang mendapat ujian
mungkin merasa suatu yang tidak baik
baginya padahal sesungguhnya tidaklah
demikian.
Allah berfirman : “Wa’asaa antakrahuu syai’an wahuwa
khairul lakum. Wa’asaa antuhibbu syai’an wahuwa syarrul lakum. Wallahu ya’lamu
wa antum la ta’lamuun” Dan boleh
jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu
menyenangi sesuatu padahal itu buruk bagimu. Dan Allah Mahamengetahui sedangkan
kamu tidak mengetahui (Q.S al Baqarah 216).
Rasulullah bersabda : “Man yuridillahu bihi
khairan yushib minhu” Barang siapa yang dikehendaki Allah
kebaikan pada dirinya maka Dia memberikan cobaan kepadanya. (H.R Imam Bukhari).
Keempat : Melihat musibah sebagai nikmat yang patut
disyukuri.
Mungkin statement ini terasa sedikit aneh bagi seseorang yang
kurang iman dan ilmu. Tapi perhatikanlah apa yang dikatakan Umar bin Khaththab
: Tidaklah aku ditimpa suatu musibah, kecuali Allah memberikan empat kenikmatan
kepadaku :
1. Musibah itu tidak menimpa agamaku
2. Musibah itu tidak lebih berat dari musibah orang lain.
3. Musibah itu tidak menghalangiku untuk ridha.
4. Musibah itu membuat aku masih mengharapkan pahala.
Demikianlah sebagian dari
cara agar senantiasa mampu berbaik sangka kepada Allah terhadap apapun ujian
dan musibah yang menimpa diri kita. Allahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar