JANGAN
BIASAKAN DIRI MENUNDA NUNDA PERBUATAN BAIK
Disusun oleh : Azwir
B. Chaniago
Sungguh sangat
mengembirakan bila di hati kita sering muncul keinginan berbuat baik. Tetapi
terkadang ketika hendak mengamalkannya datang pula godaan untuk menunda nunda. Ujung ujungnya meninggalkan
atau tak jadi melakukan atau mengamalkannya.
Sungguh ini adalah
kerugian besar. Ingatlah bahwa perbuatan baik sekecil apapun yang dilakukan seorang hamba akan diperlihatkan
balasannya. Allah Ta'ala berfirman :
فَمَنْ
يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ *
Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah
niscaya dia akan melihat (balasan) nya. (Q.S al Zalzalah 7).
Ketahuilah bahwa
menunda perbuatan baik bisa terjadi paling tidak karena dua hal yaitu :
Pertama : Talbis Iblis
atau tipu daya syaithan.
Syaitan sebagai musuh, selalu berusaha menyesatkan manusia dan menghambat manusia melakukan berbagai kebaikan dengan tujuan agar manusia mengikuti mereka menjadi penghuni neraka. Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ
ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُوا۟
حِزْبَهُۥ لِيَكُونُوا۟ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ
Sungguh, syaithan itu musuh bagimu maka perlakukanlah dia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang bernyala nyala (Q.S Faatir 6).
Syaikh as Sa’di berkata : Hendaknya permusuhan syaithan kepada kalian menjadi perhatian. Jangan kalian meremehkan serangan serangan (musuh ini) yang bisa terjadi setiap waktu. Sebab syaithan bisa melihat kalian dan kalian tidak bisa melihatnya. Dan dia selalu mengintai kalian. (Kitab Taisir Tafsir Kariimir Rahman).
Ketahuilah bahwa syaithan selalu mendorong manusia kepada kesesatan. Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :
وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالا
بَعِيدًا
Dan
syaithan itu bermaksud menyesatkan mereka (manusia, dengan) kesesatan yang
sejauh jauhnya. (Q.S an Nisa’ 60).
Kedua : Hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan.
Manusia memiliki hawa nafsu dalam dirinya. Hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan. Allah berfirman :
وَمَآ
أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا
رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yusuf 53).
Ketahuilah saudaraku bahwa hawa nafsu pada diri manusia memang tidak bisa dibuang atau dibunuh. Yang paling penting adalah bagaimana memimpinnya, mengendalikannya dan mengelolanya.
Jangan sampai kita yang dipimpin dan dikendalikan hawa nafsu dan jangan sampai kalah dengannya. Jika seseorang dikalahkan oleh hawa nafsunya maka datang sifat menunda nunda ibadah bahkan datang sifat futur yaitu malas melakukan perbuatan baik.
Dalam perkara ini, Imam Ibnul Jauzi rahimahullah memberi nasehat : Bila kamu ada keinginan kepada kebaikan, maka bergegaslah agar tidak kalah oleh hawa nafsumu. Dan jika kamu ada keinginan kepada keburukan maka tunda-tundalah agar kamu dapat mengalahkan hawa nafsumu. (Dari at Tabshirah).
Wallahu
A'lam. (3.104)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar