BERSAMA RASULULLAH DI SURGA KARENA
MENCINTAI BELIAU
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam
adalah KHALILULLAH yaitu kekasih Allah Ta'ala yang paling dekat kepada-Nya. Beliau
bersabda :
إنّ الله اتخذني
خليلاً كما اتخذ إبراهيم خليلاً
Sesungguhnya
Allah menjadikan aku sebagai Khalil-Nya seperti Ia menjadikan Ibrahim sebagai
Khalil-Nya” (HR. Muslim).
Sebagai kekasih Allah yang paling
dekat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah orang pertama yang masuk surga. Bahkan beliaulah orang yang
meminta dibukakan pintu surga. Hal ini didasarkan pada hadits Anas bin Malik,
ia berkata :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ
بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : Aku mendatangi pintu surga pada hari Kiamat. Lalu aku minta
dibukakan. Maka penjaga pintu surga berkata : Siapakah engkau ?. Lalu aku jawab
: Aku Muhammad. Lantas malaikat (penjaga) tersebut berkata : Aku diperintahkan dengan
sebab engkau. Aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelum engkau’.” (HR
Muslim).
Sungguh, kita yakin dengan seyakin yakinnya bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam
akan menempati TEMPAT YANG PALING TINGGI DI SURGA. Lalu bagaimana umat beliau.
Pastilah semuanya ingin bersama atau dekat
dengan beliau di surga.
Ketahuilah bahwa salah satu jalan
agar bisa bersama beliau di surga adalah DENGAN SUNGGUH SUNGGUH MENCINTAI
BELIAU. Perkara ini dijelaskan dalam sabda beliau yaitu dari
Anas bi Malik berkata :
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا
بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » .
قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ
وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ
أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
Kami tidaklah pernah merasa gembira
sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam : Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau
cintai).
Anas pun mengatakan :
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله
عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى
إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan
mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti
amalan mereka. (H.R Imam Bukhari).
Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan : Itulah
keutamaan orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang
shalih, pelaku kebaikan yang masih hidup atau pun yang telah wafat. Namun,
kecintaan ini dilakukan dengan melakukan perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Menjauhi setiap larangan dan beradab sesuai
yang diajarkan oleh syari’at Islam. (Lihat Syarh Shahih Muslim)
Selain itu perlu dipahami bahwa
sifat mencintai Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam haruslah melebihi cinta
kepada selain beliau. Perkara ini dijelaskan dalam sabda beliau :
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ
حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ رواه البخاري
Tidak sempurna iman salah seorang
dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya
dan seluruh manusia. (H.R Imam Bukhari).
Wallahu A'lam. (3.119).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar