MAKSIAT DAN
DOSA MENGHILANGKAN NIKMAT
Disusun oleh : Azwir
B. Chaniago
Sungguh, semua nikmat
yang ada pada diri manusia dari Allah Ta'ala datangnya. Allah Ta'ala berfirman
:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ
إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
Dan apa saja nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. Dan apabila kamu ditimpa kesengsaraan maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. (Q.S an Nahl 53).
Ketahuilah, nikmat itu sangatlah banyak jenis dan jumlahnya. Bahkan Allah Ta'ala menjelaskan bahwa kita tak mampu menghitungnya, sebagaimana dijelaskan Allah Ta'ala dalam firman-Nya :
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya, sungguh manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Q.S Ibrahim 34.
Nikmat yang banyak dan dianugerahkan Allah Ta'ala kepada manusia bisa jadi bahkan sering terjadi diambil Allah Ta'ala seketika, sekonyong konyong karena perbuatan maksiat dan dosa yang dilakukan yakni mengingkari nikmat Allah Ta'ala. Tidak mentaati perintah Allah Ta'ala dan tidak pula berhenti dari perbuatan haram yang dilarang-Nya.
Sangat sering kita saksikan
atau kita mendapat kabar bahwa ada orang orang disekitar kita yang diberi nikmat yang banyak yang diantaranya
punya pangkat dan jabatan yang tinggi, punya harta yang berlimpah dan yang
lainnya. Tetapi senantiasa berbuat dosa dan maksiat kepada Allah Ta'ala, bahkan
pangkat, jabatan dan harta digunakan sebagai sarana untuk menzhalimi manusia.
Imam Ibnul Qayyim
berkata : Diantara dampak (buruk) maksiat adalah MENGHILANGKAN NIKMAT dan
memutuskan nikmat yang berkesinambungan. Sungguh mengherankan, seorang hamba
yang telah mengetahui perkara ini (yaitu maksiat menghilangkan nikmat, peny.),
baik dengan menyaksikan secara langsung apa yang terjadi pada dirinya atau pada
orang lain maupun dengan mendengar kabar tentang orang jauh yang telah dicabut
nikmat-Nya dari mereka karena maksiat.
Namun demikian ia
tetap saja melakukan maksiat kepada Allah Ta'ala. Seolah olah ia merasa bahwa
dirinya terkecualikan dari keumuman ini. Sepertinya ia merasa perkara ini
berlaku untuk seluruh manusia tetapi tidak untuknya.
Lalu adakah kebodohan
yang lebih dahsyat dari pada ini ?. Adakan kezhaliman terhadap diri sendiri
yang melebihi perkara tersebut ?.
Beliau menambahkan :
Apabila Allah Ta'ala menginginkan agar nikmat-Nya terjaga dalam diri seorang
hamba maka Dia memberinya ilham untuk menjaga ketaatan kepada-Nya dengan nikmat
itu sebagai sarana. Jika Allah ingin menghilangkan nikmat-Nya maka Allah akan menghinakan hamba tadi hinga
dia bermaksiat dengan nikmat tersebut. (Ad Daa' wad Dawa').
Oleh karena hamba hamba Allah hendaklah
senantiasa menggunakan nikmat yang di
anugerahkan Allah Ta'ala sebagai sarana dalam melakukan ketaatan dan sebagai bukti bersyukur terhadap nikmat-Nya. Sungguh
Allah Ta'ala berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ
شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu memaklumkan : Sesungguhnya jika
kamu bersyukur niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku) maka pasti adzab-Ku sangat berat. (Q.S Ibrahim
7).
Wallahu A'lam.
(2.805).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar