IMAM SYAFI’I WAKTU KECIL MEMBUAT SEKAWANAN
PERAMPOK BERTAUBAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Imam asy Sayafi’i adalah salah satu diantara empat imam madzhab yang masyhur
yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, beliau Imam as Syafi’i dan Imam
Ahmad bin Hambal.
Nama lengkap beliau adalah Muhammad
bin Idris bin Al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syaafi’ bin As-Saaib bin ‘Ubaid bin
Abd Yaziid bin Haasyim bin Al-Muthallib bin ‘Abdi Manaaf, sehingga nasab beliau
sampai kepada Abdu Manaf kakek buyut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Al-Muthallib adalah saudaranya Hasyim ayahnya Abdul Muthhalib kakek Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. (Siyar A’laam An-Nubalaa).
Meskipun beliau adalah asli dari suku Quraisy Mekah akan tetapi beliau tidak lahir di Mekah,
karena ayah beliau Idris merantau ke Palestina. Beliau dilahirkan di Ghazza,
Palestina. Ada yang mengatakan bahwa beliau lahir di Asqalan. Beliau lahir pada tahun 150 Hijriah dan wafat tahun 204
Hijriah.
Ayah beliau Idris meninggal dalam
keadaan masih muda. Lalu ibunya membawanya ke Mekah pulang ke kampung halamanya
pada usia dua tahun. Beliau tumbuh
berkembang di Mekah dalam kondisi yatim. Beliau memiliki kecerdasan yang sangat
hebat. Pada usia 7 tahun beliau telah hafal Al-Qur an dan tatkala berumur
10 tahun beliau menghafal kitab al Muwattha’ yaitu Kitab Hadits yang ditulis
oleh Imam Malik yang memuat 1.594 hadits.
Pada usia sekitar 13 tahun beliau
dilepas ibunya berangkat ke Madinah untuk belajar kepada ulama Besar Madinah
yaitu Imam Malik bin Anas. Sebelum berangkat dia berkata kepada ibunya : Wahai
ibu, berilah aku nasehat !.
Ibunya berkata : Wahai anakku,
berjanjilah kepadaku untuk tidak berdusta. Imam asy-Syafi'i rahimahullah
berkata : Aku berjanji kepada Allah, lalu kepadamu untuk tidak berdusta.
Asy Syafi’i kecil dibekali oleh
ibunya uang 400 dirham. Beliau menaiki hewan tunggangannya dan berangkat
bersama rombongan atau kafilah menuju
Madinah, Imam asy-Syafi menyimpan uang itu didalam sebuah kantong yang ia jahit
di sela-sela bajunya.
Ditengah perjalanan, ada perampok
yang merampas seluruh harta rombongan tersebut. Tatkala sampai di hadapan Imam
asy-Syafi'i yang masih kecil, diantara perampok itu bertanya : Apakah kamu
membawa uang ?. Imam asy-Syafi'i yang masih kecil ini menjawab : Iya ada.
Perampok : Berapa uangmu ?
Asy-Syafi'i kecil menjawab : Aku membawa uang 400 dirham. Para perampok tersebut
tertawa, sambil mengejek asy Syafi'i kecil dan mereka berkata : Pergilah,
apakah kamu mau mengolok-olok kami ?. Apakah orang seperti kamu membawa uang
sebanyak empat ratus dirham ?., kata para perampok dengan nada tak percaya.
Kemudian pemimpin perampok berkata
kepada anak buahnya : Apakah kalian telah mengambil harta semuanya ?. Para
anggota perampok menjawab : Ya, sudah
semua. Pemimpin perampok berkata lagi : Apakah kalian tidak meninggalkan
seorang pun ?.Salah seorang anak buah perampok menjawab : Tidak, kecuali seorang anak kecil
yang mengaku telah membawa uang sebanyak 400 dirham, namun anak tersebut gila
atau hanya ingin mengolok-olok kita, sehingga kami pun menyuruhnya pergi.
Lalu pemimpin perampok berkata : Bawa anak itu kemari. Mereka pun
membawa asy-Syafi'i kecil kehadapannya. Kemudian pemimpin rampok itu bertanya
kepada asy-Syafi'i : Apakah kamu membawa uang, wahai anak kecil ?. Syafi'i
kecil menjawab : Iya, ada.
Pemimpin rampok berkata : Berapa
uang yang kamu bawa ?. Asy Syafi'i kecil menjawab : Empat ratus
dirham. Pemimpin perampok itu bertanya lagi : Dimana uang itu ?. Lalu asy Syafi'i
kecil mengeluarkan uang tersebut dari balik bajunya dan menyerahkannya kepada pemimpin kawanan
perampok tersebut.
Pemimpin rampok itu menuangkan
uang-uang tersebut ke pangkuannya, lalu ia memandangi asy Syafi'i kecil dengan
keheranan dan berkata : Kenapa kamu jujur kepada ku ketika aku tadi bertanya
kepada mu, dan kamu tidak berdusta kepadaku, padahal kamu tahu bahwa uangmu
akan hilang ?.
Asy Syafi'i kecilpun menjawab: Aku
jujur kepada engkau karena aku telah berjanji kepada ibuku untuk tidak berdusta
kepada siapa pun. Mendengar penuturan asy Syafi'i kecil itu, tiba tiba
tangan pemimpin rampok itu berhenti memain-mainkan uang 400 dirham tersebut,
karena hatinya telah tergetar, karena saat itu datang hidayah dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
Lalu pemimpin perampok itu berkata
: Sambil mengembalikan uang tersebut kepada asy Syafi'i kecil : Ambillah uang
mu, kamu takut akan mengkhianati janjimu kepada ibumu, sedangkan aku tidak
takut berkhianat kepada janji Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Pergilah wahai anak kecil dalam
keadaan aman dan tenang, karena aku telah bertaubat kepada Dzat yang Maha
menerima taubat lagi Maha Penyayang, melalui kedua tangan mu dengan taubat ini
dan aku tidak akan pernah mendurhakai-Nya lagi selamanya.
Kemudian pemimpin kawanan perampok
itu memandang anak buahnya dan berkata :
إنّ الله يامركم أن تؤدّوا
الأمانات إلى أهلها
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya. (Q.S an Nisa ayat 58).
Lalu anak buahnya berkata sambil
membawa harta rombongan kafilah yang
telah mereka rampok tadi dan mereka mengembalikannya. Mereka para anak buah
perampok berkata kepada pemimpin perampok : Wahai tuan, engkau telah bertaubat
dengan Dzat Yang Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang, sedangkan engkau
adalah pemimpin kami. Oleh karena itu kami lebih pantas untuk bertaubat
daripada engkau. Akhirnya mereka semua bertaubat kepada Allah, tersebab kejujuran Imam asy Syafi'i kecil. (Diringkas
dari Biografi Imam Syafi’i, Syaikh Aziz asy Syinawi).
Begitulah kisahnya, Imam Syafi’i
waktu kecil telah membuat bertaubat sekawanan perampok KARENA KEJUJURANNYA.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.693).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar