TAK ADA KEBAIKAN KETIKA ENGKAU BANYAK TERTAWA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sebagian
manusia berpendapat bahkan mengklaim bahwa banyak tertawa itu baik untuk
kesehatan, menggembirakan hati, membuka pikiran segar, membuat muka cerah,
membuat awet muda. Dan juga memperluas serta mempererat pergaulan dan yang
lainnya. Benarkah demikian ?. Untuk perkara ini belum ada bukti yang terang.
Besar kemungkinan ini adalah rekaan orang orang yang sering tertawa berlebihan
sampai ngakak, terbahak bahak. Wallahu a’lam.
Mari
kita lihat bagaimana banyak tertawa itu dalam timbangan syariat. Banyak tertawa
adalah suatu yang tidak dianjurkan dalam syariat Islam karena akan mematikan
hati.
Sungguh
Rasulullah telah mengingatkan kita tentang hal ini dalam sabda beliau : “Janganlah
kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (H.R at Tirmizi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh
Syaikh al Albani dalam Shahih al-Jami’).
Seorang hamba hendaklah takut kalau
sampai hatinya mati karena akan membahayakan dunia dan akhiratnya. Dalam Kitab
Mawaaridul Amaan, Imam Ibnul Qayyim
menjelaskan beberapa tanda dan
bahaya hati yang telah mati, yaitu :
Pertama : Tidak mengenal Allah dan berdiri diatas syahwat dan
kelezatannya.
Kedua : Mengerjakan perkara perkara yang dibenci dan dimurkai
Allah. Tidak peduli apakah Allah ridha atau murka.
Ketiga : Yang menyekutukan Allah, beribadah kepada selain Allah.
Rasa cinta, takut, berharap dan tawakalnya bukan kepada Allah semata.
Keempat : Yang apabila mencintai maka ia mencintai karena hawa
nafsunya. Apabila membenci maka ia membenci karena hawa nafsunya. Dan apabila
mencegah maka ia mencegah karena hawa nafsunya. Maka jadilah ia mengutamakan
hawa nafsunya dari pada mengutamakan keridhaan Allah.
Kelima : Menjadikan hawa nafsu sebagai imamnya, syahwat sebagai pemimpinnya,
kebodohan sebagai kusirnya dan kelalaian sebagai kendaraannya.
Dan
juga Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan umatnya dalam
sabda beliau : “Seandainya kalian tahu
apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak
menangis”. (H.R Imam Bukhari).
Ketahuilah
bahwa tertawa bahkan sampai terbahak bahak bukanlah kebiasaan Rasulullah. Dari
Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa dia berkata: “Aku tidak
pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak
hingga kelihatan tenggorokan beliau, beliau biasanya hanya tersenyum.” (H.R
Imam Bukhari no. 6092 dan Imam Muslim no. 1497
Imam
Fudhail bin Iyadh, seorang Tabi’in, wafat tahun 186 H, mengingatkan kita bahwa :
Pertama : Apa yang dapat memberikan rasa aman apabila
kelak amalmu dihadapan Allah tidak bernilai.
Kedua : Pada waktu itu semua pintu amal untuk
mendapatkan ampunan-Nya telah tertutup.
Ketiga : Bagaimana
kamu dapat menjalani hidup di dunia ini dengan banyak tertawa. Apakah kamu
dapat membayangkan keadaanmu di akhirat kelak.
Tapi
kalau kita perhatikan di zaman ini ada sebagian manusia tak mengindahkan
peringatan banyak tertawa ini. Bahkan ada
yang suka membuat manusia tertawa meskipun dengan cerita cerita bohong.
Sungguh
Rasulullah melarangnya dalam sabda beliau : “Dari Bahz bin
Hakim, ia berkata bahwa ayahnya, Hakim telah menceritakan bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
Wailun lilladzii yuhadditsu fayakdzibu liyudh-hika bi hil qauma wailun lalhu,
wailun lahu. Celakalah bagi yang
berbicara lantas berbohong hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa.
Celakalah dia, celakalah dia”. (H.R Abu Dawud dan at Tirmidzi).
Lalu bagaimana dengan tersenyum ?. Ini sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan itu
bisa bernilai sedekah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzar,
Rasulullah bersabda : “(1) Senyummu kepada saudaramu adalah
sedekah. (2) Engkau menyuruh
kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah. (3) Engkau
menunjuki orang yang tersesat adalah sedekah. (4) Engkau menuntun atau
menunjuki orang yang lemah penglihatannya adalah sedekah. (5) Engkau menyingkirkan batu, duri dan tulang
dari jalan adalah sedekah (6) Dan engkau menuangkan air dari embermu (dan diberikan)
ke ember saudaramu adalah saudaramu adalah sedekah”. (H.R Imam at Tirmidzi
dan Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad).
Oleh
karena itu seorang hamba selalu menjaga dirinya untuk sedikit tertawa dan memperbanyaklah
senyum. Ini tentu bermanfaat karena Rasulullah yang mengajarkannya. Juga sangat
baik kalau seorang hamba banyak menangis karena mengingat kesalahan dan
dosanya.
Ingatlah,
apakah pantas kita banyak tertawa dan bergembira ria di dunia ini pada hal kita
tidak tahu apakah amalan kita diterima atau ditolak. Dan juga suatu hal yang
pasti adalah bahwa tidak ada yang mengetahui dimana Allah Ta’ala akan
menempatkan diri kita nanti di akhirat. Di surga atau di neraka ?. Wallahu
A’lam. (1.186)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar