SIKAP TAWADHU’ DAN KEUTAMAANNYA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Apa itu tawadhu’ ?. Tawadhu’ adalah sifat rendah hati yaitu
kebalikan dari sikap sombong. Bisa jadi pula tawadhu’ bermakna sifat
pertengahan antara sombong dan rendah diri. Jadi tawadhu’ bukanlah bermakna
rendah diri tapi jauh dari kesombongan.
Ulama salaf menjelaskan pula tentang tawadhu’ diantaranya :
Pertama : Imam Hasan al Bashri ditanya tentang tawadhu’ beliau menjawab :
Tawadhu’ adalah engkau keluar rumahmu dan tidak berjumpa dengan seorang kecuali
engkau menganggapnya lebih baik dari dirimu. (Madarijus Saalikin).
Kedua : Fudhail bin Iyadh ditanya tentang tawadhu’ beliau mejawab : (Tawadhu’
adalah) Tunduk dan patuh kepada kebenaran. Menerima kebenaran dari siapapun
yang menyampaikannya, walaupun mendengarnya dari anak kecil. Dan seandainya menerima
dari yang paling bodohpun (kalua itu kebenaran, pen.) dia menerimanya. (Ihya
Ulumuddin).
Ketiga : Tawadhu’ adalah hati yang merendah karena Allah Ta’ala dan rendah hati
serta penuh rahmat kepada hamba hamba-Nya sehingga tidak memandang dirinya
memiliki kelebihan atas seorang pun dan tidak memandang dia memiliki hak atas
orang lain. Bahkan memandang kelebihan orang orang atas dirinya dan hak mereka
atasnya. Ini adalah sifat yang hanya Allah Ta’ala berikan kepada orang orang
yang dicintai, dimuliakan dan didekatkan kepada-Nya. (Kitab ar Ruh)
Sungguh tawadhu’
adalah sikap yang sangat terpuji. Sungguh Allah Ta’ala telah (memerintahkan
Rasul-Nya untuk bertawadhu’ yaitu sebagaimana firman-Nya : “Jangan sekali
kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah
Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang kafir) dan jangan
engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah hatilah engkau terhadap
orang orang beriman”. (Q.S al Hijr 88).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian
merendahkan diri (tawadhu) sehingga seseorang tidak menyombongkan diri atas
yang lain dan tidak berbuat zhalim atas yang lain.” (H.R Imam Muslim no. 2588).
Sungguh rendah hati menjadi sikap khusus orang orang beriman
yaitu sebagaimana firman Allah : “Adapun hamba hamba Allah Yang Maha
Pengasih itu adalah orang orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati
dan apabila orang orang bodoh menyapa mereka (dengan kata kata yang menghina)
mereka mengucapkan salam”. (Q.S al Furqan 63)
Allah Ta’ala akan mengangkat derajat seorang hamba ketika dia
bertawadhu’. Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Wa maa
thawadha’a ahadun lilahi illaa rafa’ahullah”. Tidaklah seorang bersifat
rendah hati (tawadhu’) karena Allah, kecuali Allah mengangkatnya. (H.R Muslim).
Imam an Nawawi berkata bahwa hadits ini mempunyai dua makna
(1) Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan dengan tawadhu’nya akan
mengokohkan kedudukannya di hati manusia. (2) Pahala di akhirat, yakni Allah
Ta’ala akan derajatnya di akhirat tersebab tawadhu’nya di dunia. (Syarah Shahih
Muslim).
Oleh karena itu orang orang beriman
harus terus berusaha untuk menjaga sikap tawadhu’ atau rendah hati ini dalam dirinya.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.192)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar