BELAJAR DARI SEMANGAT SALAFUSH SHALIH
DALAM BERINFAK
Oleh : Azwir B. Chaniago
Berinfak atau bersedekah adalah suatu amalan yang sangat
disenangi oleh para salafush shalih. Kenapa ?. Karena mereka sangatlah memahami adanya keutamaan yang banyak dalam berinfak
dan bersedekah. Diantaranya adalah :
Pertama : Dibalas
berlipat ganda.
Ini adalah kabar gembira sebagaimana permisalan yang
disebutkan Allah Ta’ala dalam
firman-Nya : “Matsalul ladziina yunfiquuna amwalahum fii sabiilillahi kamatsali
habbatin anbatat sab’a sanaa bila fii kulli sunbulatin mi-‘atu habbah. Wallahu
yudhaa’ifu liman yasyaa’. Wallahu waasi’un ‘aliim” Perumpamaan orang yang
menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan
tujuh tangkai. Pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan
bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (Q.S al Baqarah 261)
Allah berfirman : “Wamaa
anfaqtum min syai-in fa huwa yukhlifuhuu, wa huwa khairur raaziqiin” Dan
apa saja yang kamu infaqkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezki
yang terbaik. (Q.S Saba’ 39).
Syaikh as Sa’di berkata : Maka janganlah kalian berpraduga
salah bahwa berinfak itu termasuk hal yang dapat mengurangi rezki. Bahkan Allah
menjanjikan akan memberi ganti untuk orang orang yang berinfak.
Kedua : Harta tidak
berkurang dengan sedekah.
Sangatlah banyak orang yang hartanya habis tersebab bisnisnya
yang selalu rugi dan berapa banyak pula orang hartanya habis karena judi
ataupun musibah. Tapi tidaklah pernah kita mendengar seseorang jatuh miskin
karena kebanyakan berzakat, berinfak dan bersedekah. Kenapa bisa demikian. Ya
begitulah, karena Rasulullah telah memberikan jaminan dalam sabda beliau : “Maa naqasa maalu ‘abdin min shadaqatin”
Harta seorang hamba tidak akan berkurang dengan sedekah. (H.R Imam
Ahmad dan Imam at Tirmidzi).
Bahkan Allah akan menerima dan menumbuhkannya. Rasulullah
bersabda : “Man tashaddaqa bi’adlin
tamratin min kasbin taiyibin, walaa yaqbalullahu illath thaiyiba, Fa innallaha
yataqabbaluhaa bi yamiinihi, tsumma yurabbiihaa lishaahibhi kamaa yurabbii
ahadukum falu-wahu hatta takuuna mitslal jabal”. Barangsiapa yang
bersedekah seberat satu biji kurma dari penghasilan yang baik -dan Allah tidak
menerima kecuali yang baik-, maka Allah menerimanya dengan Tangan kanan-Nya,
kemudian dia menumbuhkannya untuk pemiliknya sebagaimana salah seorang dari
kalian merawat anak kudanya sehingga menjadi seperti gunung. (H.R Imam Bukhari
dan Imam Muslim dan yang lainnya. Lihat Shahih at Targhib wa at Tarhib).
Ketiga : Sedekah menghapus dosa dan kesalahan.
Allah berfirman : Jika kamu menampakkan sedekah sedekahmu
maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang
orang fakir maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan
kesalahanmu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan”. (Q.S al
Baqarah 271)
Rasulullah bersabda : …“Ash shadaqatu tuthfi-ul khathiata
kamaa yuthfi-ul maa-unnaar”… Sedekah itu dapat menghapuskan kesalahan
laksana air dapat memadamkan api …(H.R Imam Ahmad dan at Tirmidzi)
Keempat : Sedekah
menghilangkan panasnya kubur dan menjadi naungan pada hari Kiamat.
Rasulullah bersabda : “Innash
shadaqata latuth-fi-u ‘an ahliha harral qubuur, wa innamaa yastazhillul
mu’miniinu yaumal qiyaamati fii zhilli shadaqatih” Sesungguhnya sedekah itu
memadamkan panasnya kubur bagi penghuninya dan seorang mukmin hanya bernaung
dibawah naungan sedekahnya pada hari Kiamat (H.R ath Thabrani, lihat at Targhib wa at Tarhib).
Mari kita cermati dan ambillah pelajaran dari hebatnya para salafush shalih dalam berinfak
dan bersedekah di jalan Allah. Diantaranya :
Pertama : Infaq Abu Bakar dan Umar bin Khaththab.
Dari Umar,dia berkata : Pada suatu hari Rasulullah Salallahu
‘alaihi wasallam memerintahkan kepada kami untuk bersedekah. Hal itu bertepatan
sekali dengan adanya hartaku. Lalu aku bergumam : Hari ini aku pasti melampaui
Abu Bakar apabila aku mendahuluinya suatu saat nanti. Lalu aku menginfakkan
setengah dari hartaku.
Maka Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Tidakkah
ada yang engkau sisakan untuk keluargamu ?. Lalu aku menjawab : Aku telah
menyisakan untuk mereka semisal harta itu (setengahnya lagi). Kemudian Abu
Bakar menginfakkan seluruh hartanya, lalu Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : “Wahai Abu Bakar !. Tidakkah ada yang engkau sisakan untuk keluargamu
?. Abu Bakar menjawab : Aku telah menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk
mereka. Aku (Umar) berkata : Demi Allah,
aku tidak akan pernah mampu melampaui Abu Bakar untuk mencapai keutamaan,
selamanya. (H.R Abu Dawud, ad Darimi, al Hakim dan at Tirmidzi, Hadits Hasan
Shahih).
Kedua : Infaq Utsman bin Affan.
Dari Abdurrahman Samurah ia berkata, Utsman bin Affan
mendatangi Nabi dengan membawa 1.000 dinar ketika mempersiapkan pasukan perang
Tabuk ketika masa sulit. Lalu Utsman meletakkan seluruh dinar itu di pangkuan
Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam. Abdurrahman pun berkata, lalu Nabi
membalikkannya seraya bersabda : “Maa dharra ‘utsmaana ‘amila ba’dal yaumi”.
Tidaklah akan membahayakan Utsman apa pun yang dilakukannya setelah hari ini.
Beliau mengatakannya berulang kali.(H.R at Tirmidzi dan al Hakim).
Ketiga : Infak Abu Thalhah.
Imam Ibnu Katsir berkata :
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, ia
pernah mendengar Anas bin Malik berkata : Abu Thalhah adalah orang yang paling
kaya diantara orang orang Anshar di Madinah. Harta yang paling dia senangi
adalah Bairuha’ (yaitu suatu kebun) yang berhadapan dengan masjid (Nabawi). Dan
Rasulullah (pernah) memasukinya dan meminum air yang segar darinya. Kata Anas
ketika ayat ini turun Abu Thalhah berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya Allah
berfirman : Kamu sekali kali tidak tidak akan sampai kepada kebajikan (yang
sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (Q.S
Ali Imran 92, pen.). Sesungguhnya harta kekayaan yang paling aku sukai
adalah Bairuha’ dan aku bermaksud untuk menyedekahkannya yang dengannya aku
berharap mendapat kebaikan dan simpanan disisi Allah. Maka manfaatkanlah kebun
itu ya Rasulullah seperti apa yang ditunjukkan Allah kepada engkau.
Maka Nabi bersabda : “Bagus, bagus, yang demikian itu
adalah harta yang menguntungkan, harta yang menguntungkan. Dan aku telah
mendengar apa yang engkau katakan. Aku berpendapat hendaklah kebun itu engkau
berikan kepada kaum kerabatmu”. Abu Thalhahpun berkata : Aku akan
laksanakan ya Rasulullah. Kemudian Abu Thalhah membagi bagikannya kepada sanak
kerabatnya dan anak anak pamannya. Catatan : Hadits ini juga diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Keempat : Infaq
Zaid bin Haritsah.
Dalam Kitab Tafsir al Azhar, Prof. DR Hamka berkata : Setelah
ayat ini turun (Q.S Ali Imran 92, pen.) bukan main besar pengaruhnya kepada
para sahabat. Diantaranya adalah kepada Zaid bin Haritsah. Setelah mengetahui
ayat ini turun (dan memahami maknanya) Zaid datang kepada Rasulullah dengan
membawa kuda tunggangan miliknya dan kuda itu sangat disenanginya. Lalu Zaid
berkata : Ya Rasulullah aku ingin mengamalkan ayat ini. Inilah kuda
tungganganku yang sebagai engkau ketahui kuda ini adalah tunggangan yang sangat
aku senangi. Terimalah kuda ini sebagai sedekahku dan sudilah engkau
memberikannya kepada yang patut menerimanya.
Kelima : Infaq Ibnu Umar.
Dari Nafi’ ia berkata : Tidaklah Ibnu Umar meninggal dunia
sebelum dia membebaskan (memerdekakan budak) 1.000 orang atau lebih. (Siyar
A’laamin Nubalaa’).
Keenam : Infaq Hammad bin Abi Sulaiman.
Dalam Siyar A’laamin Nubalaa disebutkan : Adalah Hammad bin
Abi Sulaiman setiap harinya di bulan Ramadhan memberikan makanan untuk
buka puasa kepada 50 orang. Apabila tiba malam ‘idul fitri beliau memberikan
mereka pakaian satu persatu.
Ketujuh : Infaq Al Laits bin Sa’ad.
Dalam Hilyatul Auliya’ disebutkan dari Ibnu Rumaih disebutkan
bahwa al Laits bin Sa’ad setiap tahunnya mendapatkan (penghasilan) 80.000
dinar. Allah tidak pernah mewajibkan zakat atasnya dengan satu dirham pun
(karena uang tersebut, tak pernah mencapai nisabnya, telah habis disedekahkan).
Demikianlah gambaran semangat para salafush shalih dalam
berinfak dan bersedekah di jalan Allah karena mengetahui benar keutamaan yang
sangat banyak. Semoga para hamba Allah bisa mengambil pelajaran dari mereka
yaitu generasi terbaik umat ini. Wallahu A’lam. (1.192)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar