MANUSIA BISA SESAT KARENA MENGIKUTI HAWA NAFSU
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Dalam diri manusia ada yang disebut
dengan hawa nafsu atau keinginan keinginan. Hawa nafsu itu harus dikendalikan
diarahkan kepada kebaikan. Jika tidak, maka
bisa menjadi liar, tak terkendali dan merusak serta menyesatkan. Kenapa
?, karena mengikuti hawa nafsu adalah sesuatu yang sering mendatangkan
kenikmatan meskipun sesaat dan ujung ujungnya adalah dosa dan adzab . Selain
itu ketahuilah bahwa hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan.
“Dan aku tidak
(menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu
mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku.
Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Q.S Yuusuf 53).
Diantara keburukan hawa nafsu adalah menyesatkan manusia dari
jalan Allah. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : “Siapakah yang lebih sesat daripada orang
yang yang mengikuti (keinginan) hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari
Allah sedikitpun ?. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang
yang zhalim. (Q.S al Qashash 50).
Syaikh as Sa’di berkata : (Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan
tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun). Jadi dia adalah orang yang
paling sesat karena ketika ditawarkan kepadanya petunjuk dan jalan yang lurus
yang dapat mengantarkannya kepada Allah Ta’ala dan negeri kemulian-Nya (surga),
dia tidak menghiraukannya dan tidak pula mendatanginya. Sedangkan ketika dibujuk
oleh hawa nafsunya untuk menelusuri jalan jalan yang dapat menjerumuskan kepada
kebinasaan dan kesengsaraan maka dia pun mengikutinya dan meninggalkan
petunjuk.
Maka apakah ada orang yang lebih sesat daripada orang yang
seperti itu karakternya ?. Akan tetapi sebenarnya kezhalimannya, sikap
melampaui batas dan tidak ada kecintaan kepada kebenaran itu yang sesunguhnya
telah membuatnya tetap berada pada kesesatannya dan tidak diberi petunjuk oleh
Allah Ta’ala. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Ketahuilah bahwa diantara sifat buruk manusia yang mengikuti
hawa nafsunya adalah suka menolak kebenaran. Ketika dalil dari al Qur an dan as
Sunnah yang shahih telah dihadirkan dihadapannya namun mereka masih ngeyel
mencari alasan untuk menolak. Bahkan mereka mencari alasan dengan menggunakan
dalil dari akalnya yang pendek. Lalu mereka mengamalkan mengamalkan segala
sesuatu yang sesuai dan cocok dengan pikiran berlandaskan hawa nafsunya.
Sungguh Allah Ta’ala mencela ittiba’ul hawa yaitu orang orang
yang mengikuti hawa nafsunya. Allah berfirman : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya. Dan
Allah telah mengunci pedengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas
penglihatannya ?. Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah
(membiarkannya sesat) ?. Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ?. (Q.S al
Jaasiyah 23).
Imam Ibnul Qayyim mengingatkan : Haruslah diketahui bahwa
nafsu (yang cenderung kepada keburukan) tidaklah mencampuri sesuatu (yang baik)
melainkan akan merusaknya.
Pertama : Jika nafsu mencampuri ilmu, maka akan menghasilkan kesesatan.
Kedua : Jika nafsu mencampuri zuhud, maka akan menghasilkan riya dan menyalahi
sum’ah.
Ketiga : Jika nafsu mencampuri hukum, maka akan menghasilkan kezhaliman dan
menghalangi kebenaran.
Keempat : Jika nafsu mencampuri pembagian (harta) maka akan menghasilkan ketidak
adilan.
Kelima : Jika nafsu mencampuri ibadah maka akan menghasilkan gangguan terhadap
ketaatan dan taqarrub.
Oleh karena itu seorang hamba Allah janganlah mengikuti
kemauan hawa nafsu karena bisa menyesatkan bahkan merusak dirinya. Berpeganglah
kepada syari’at yang Allah turunkan melalui Rasul-Nya. Sungguh apa yang kita
amalkan pastilah ada pertanggung jawabannya.
Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : : “Wa laa taqfu maa laisa laka bihii ‘ilmun, innas
sam’a wal bashara wal fu-aada kullu ulaa-ika kaanaa ‘anhu mas-uulaa”. Dan
janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran,
penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya. (Q.S
al Isra’ 36).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.179)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar