MENOLAK SUNNAH BERUJUNG PADA KESENGSARAAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Seorang beriman pastilah telah mengucapkan dua kalimat
syahadat bahkan berulang ulang. Tak terhitung jumlahnya baik yang diucapkan
dalam shalat, pada saat adzan, iqamah, saat berdoa dan yang lainnya.
Lafazh syahadat penggalan kedua : “Asyahadu an laa ilaha
illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasulullah”. mempunyai konsekwensi bagi orang beriman yakni
wajib untuk mengikuti atau ittiba’ kepada Rasulullah.
Lalu bagaimana dengan orang orang yang menolak sebagian
sunnah Rasulullah. Ketahuilah bahwa jika hal ini terjadi maka akan berujung
kepada kesengsaraan, kerugian bahkan penyesalan yang berkepanjangan. Sungguh
apa yang disampaikan Rasulullah dalam sunnah sunnah beliau adalah kebenaran dan
petunjuk dari Allah Ta’ala yang semuanya untuk kemashlahatan manusia di di
dunia dan di akhirat kelak.
Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam adalah contoh
teladan yang paling baik bagi umatnya. Allah Ta’ala berfirman : : “Laqad
kaana lakum fii rasuulillahi uswatun hasanah”. Sungguh, telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Q.S al Ahzaab 21).
Ada beberapa perkara buruk yang akan mendatangi seseorang
jika tidak mau mengikuti sunnah atau
pun menyelisihi sunnah Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya :
Pertama : Allah akan
memalingkan hati dan tidak diberi petunjuk.
Allah berfirman : “Falammaa
zaaghuu azaghallahu quluubahum. Wallahu laa yahdil qaumal faasiqiin”. Maka
tatkala mereka berpaling (dari kebenaran) Allah memalingkan hati mereka. Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (Q.S ash Shaff 5).
Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : “Maka tatkala mereka berpaling” maksudnya
berpaling dari kebenaran, sesuai yang mereka inginkan “Allah memalingkan hati mereka” sebagai hukuman bagi mereka atas
penyimpangan yang mereka pilih untuk
diri mereka dan keridhaan mereka pada
pada penyimpangan itu. Allah Ta’ala tidak memberi pertolongan pada mereka untuk
mendapatkan petunjuk karena mereka tidak layak mendapatkan kebaikan. Yang layak bagi mereka adalah keburukan.
“Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”.
Maksudnya,
orang orang yang sifat fasik terus
melekat pada dirinya dan mereka tidak memiliki niat untuk mencari petunjuk.
Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa kesesatan manusia dari yang digariskan
Allah bukanlah kezhaliman Allah dan bukan hujjah manusia atas Allah Ta’ala.
Kesesatan itu timbul disebabkan oleh mereka sendiri.
Mereka menutup diri dari pintu hidayah pada hal mereka
sebenarnya mengetahui. Allah pun membalas mereka dengan kesesatan dan
penyimpangan. Serta dirobah robahnya hati mereka, sebagai hukuman bagi mereka
dan sebagai keadilan Allah Ta’ala terhadap mereka. (Tafsir Taisir Karimir
Rahman).
Sangatlah patut kita ambil manfaat dari perkataan dari Abu
Bakar ash Shiddiq : Aku tidak mengetahui satu pun sunnah yang diajarkan
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam kecuali aku (akan) mengamalkannya. Aku
khawatir, jika aku meninggalkan satu saja dari sunnah Rasulullah salallahu ‘alaihi
wasallam, aku termasuk orang orang yang hatinya telah menyeleweng.
Kedua : Menimbulkan
berbagai musibah di dunia.
Jika seseorang menolak sunnah Nabi maka bisa menimbulkan
berbagai musibah di dunia dan tentu musibah atau adzab akhirat lebih berat
lagi.
Perhatikanlah
tiga kisah berikut ini :
(1) . Sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menjelaskan tentang bagaimana
seseorang yang mendapat hukuman dari Allah Ta’ala tersebab kesombongannya. Dia
menolak untuk mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah yaitu makan dengan tangan
kanan.
Ada seorang
laki-laki makan di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
tangan kirinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Makanlah
dengan tangan kananmu !. Dia malah menjawab : Aku tidak bisa. Beliau bersabda : ‘Benarkah kamu tidak bisa ?. (Dia menolaknya
karena sombong). Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya” (H.R Imam Muslim).
(2) Abu Abdillah Muhammad bin Ismail
at Taimi berkata : Aku telah membaca di
sebagian kisah (hikayat) mengenai sebagian ahli bid’ah ketika mendengar hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Jika
salah seorang di antara kalian bangun tidur, maka janganlah dia mencelupkan
tangannya di dalam bejana sampai dia mencucinya tiga kali terlebih dahulu, karena
dia tidak tahu di manakah tangannya bermalam.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam
rangka mengejek, ahli bid’ah ini
berkata : Ya, saya tahu ke mana tangan saya bermalam di ranjang. Lalu tiba-tiba pada saat pagi, dia dapati tangannya berada dalam dubur sampai pergelangan tangan.
At Taimi berkata : Oleh karena itu hendaklah seseorang
berhati-hati dalam meremehkan sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan kondisi-kondisi yang menuntutnya diam. Lihatlah apa yang terjadi
pada orang ini karena akibat dari perbuatannya.” (Bustanul ‘Arifin li an
Nawawi).
(3)
Suatu hari ada seseorang yang berpamitan kepada Sa’id al Musayyab, untuk
berangkat haji dari Madinah. Pada saat itu telah dikumandangkan adzan. Maka
Sa’id berkata kepadanya : Jangan pergi dulu, telah dikumandangkan adzan. Tidak
ada seorang pun berada di masjid kemudian dikumandangkan adzan lalu dia
pergi kecuali dia munafik.
Rasulullah
bersabda : Tidak halal
keluar dari masjid setelah adzan. “Ada seorang lelaki yang
pernah keluar dari masjid setelah adzan ashar dikumandangkan, maka Abu Hurairah
radhiallahu anhu berkata, “Adapun orang ini, maka sungguh dia telah bermaksiat
kepada Abu Al-Qasim shallallahu alaihi wa alihi wasallam.” (H.R
Imam Muslim dan juga diriwayatkan oleh banyak ahli hadits).
Orang itu beralasan : Wahai Imam
rombongan saya telah pergi dan sudah
jauh. Saya harus menyusulnya. Said berkata : Jangan pergi karena Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wasallam melarangnya. Akan tetapi orang tersebut tetap
berangkat (keluar dari masjid).
Setelah keberangkatannya, Sa’id
mencari tahu tentang kabar orang itu.
Sampai akhirnya ada berita kepada beliau bahwa setelah kepergiannya, ditengah
perjalanan orang tadi terjatuh dari kendaraannya sampai kakinya patah.
Oleh karena itu seorang hamba
wajiblah mengikuti apa yang telah diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam dengan pemahaman salafush shalih. Sungguh Rasulullah haruslah kita
ikuti dalam hal aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Insya Allah kita bisa terbebas
dari berbagai kesengsaraan, mendapat keselamatan di dunia dan juga di akhirat
kelak.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.030)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar