KISAH 1.001 MALAM MENGANDUNG BANYAK KEBOHONGAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Ada satu buku yang ditulis pada
abad pertengahan, aslinya berbahasa Arab dengan judul : Alfu Lailah wa Lailah.
Buku ini mungkin bagi sebagian orang menarik untuk dibaca sehingga sudah
diterjemahkan pula kedalam bahasa Indonesia.
Buku ini sebagai karya sastra
berupa fiksi. Didalamnya dikisahkan berbagai legenda, dongeng, fabel bahkan
roman. Diantaranya ada kisah Sinbad si pelaut, kisah Abu Nawas, lampu wasiat
Aladin, Ratu Sassanid dan juga kisah
Harun al Rasyid yaitu Khalifah ke 5 Dinasti Bani Abbassiyah.
Meskipun isi buku ini mungkin
kelihatan menarik untuk dibaca oleh sebagian orang, tapi ketahuilah isinya
kebanyakan hanya berupa cerita tak berdasar bahkan ada yang berbeda dengan
fakta. Oleh karena itu seorang hamba tidaklah bermanfaat menghabiskan waktunya
untuk membaca buku ini. Sungguh masih sangatlah banyak kitab lain yang insya
Allah lebih bermanfaat untuk dibaca dan dipelajari.
Diantara cerita dalam kitab ini
disebutkan bahwa Khalifah Harun al Rasyid pernah bertanya kepada seseorang yang
bernama Abu Nawas. Mana yang lebih banyak ikan di laut atau bintang di langit
?. Abu Nawas menjawab : Lebih banyak ikan di laut.
Selanjutnya Harun al Rasyid
bertanya : Kenapa engkau tahu demikian. Apakah engkau pernah menghitungnya ?.
Abu Nawas menjawab : Paduka, bukankah ikan tiap hari ditangkap dalam jumlah
yang banyak tapi tak pernah habis. Sementara bintang tidak pernah rontok dan
jumlahnya juga banyak.
Nah benarkah kisah ini dan benarkah jawaban yang diberikan
Abu Nawas ?. Mungkin tak perlu kita jawab dan bahkan tidak perlu kita pikirkan.
Asy Syaikh Shalih al Fauzan pernah
ditanya tentang buku ini terutama tentang Harun al Rasyid yang disebutkan
sebagai orang yang suka hura hura dan minum khamar. Lalu beliau menjawab : Alfu
Lailah wa Lailah adalah buku yang penuh dengan dusta dan konspirasi terkait
sejarah Islam. Ini adalah buku picisan, tidak valid dan tak bisa dijadikan
pegangan. Tidak pantas seorang muslim menyia nyiakan waktunya dengan menelaah
buku ini.
Harun al Rasyid dikenal sebagai
seorang yang shalih, istiqamah, penuh kesungguhan dan mengatur rakyatnya dengan
baik. Setahun dia naik haji dan setahun berikutnya ia pergi berjihad di jalan
Allah. Kebohongan yang disematkan terhadapnya dalam buku ini sama sekali tidak
perlu dianggap.
Dan tidak seharusnya seorang muslim
membaca bacaan yang sembarangan. Dia harus membaca bacaan yang yang mengandung
faedah dan bermanfaat, seperti buku buku sejarah yang bisa dipertanggung
jawabkan, kitab kitab tafsir, hadits, fiqih juga buku buku akidah yang menjadi
sarana bagi seorang muslim untuk mengenal agamanya.
Adapun terhadap buku buku yang
tidak valid maka tidak selayaknya seorang selayaknya seorang muslim menyia
nyiakan waktu untuk membacanya, apalagi sebagai penuntut ilmu. (Al Muntaqaa min
Fataawaa Syaikh Fauzan).
Oleh karena itu mari kita biasakan diri untuk membaca buku buku yang bermanfaat sehingga tak menyia nyiakan waktu dan bisa menambah ilmu serta ketaatan. Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (1.038)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar