BANYAK JALAN UNTUK MENJADI MANUSIA TERBAIK
Oleh : Azwir B. Chaniago
Setiap orang, hakikatnya ingin menjadi manusia terbaik.
Paling tidak ada kehendak untuk menjadi manusia terbaik dalam beberapa
perkara. Perhatikanlah orang orang yang
sering melakukan kemaksiatan dan menzhalimi dirinya atau menzhalimi orang lain
saat ini, sanubari mereka yang paling dalam sebenarnya ingin menjadi manusia
yang baik bahkan terbaik. Kalau belum bisa sekarang, mungkin dijadikan niat
atau cita cita agar menjadi manusia
terbaik di masa yang akan datang.
Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam adalah
manusia terbaik pilihan Allah Ta’ala dan diangkat sebagai utusan-Nya. Lalu para
sahabat yang belajar dan meneladani beliau menjadi manusia terbaik. Begitu pula
orang orang sesudahnya yang
mengikuti beliau melalui para sahabat.
Rasulullah bersabda : :
“Khairunnasi qarni, tsummal ladzina yalunahum, tsummal ladzina yalunahum” Manusia
terbaik adalah masaku, kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya. (H.R
Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Meskipun hidup di zaman banyak fitnah ini kita tetap ingin menjadi manusia terbaik. Sebenarnya kalau mau,
ada peluang untuk itu. Rasulullah telah
menunjukkan jalan yang banyak bagi seorang hamba yang betul betul ingin menjadi
manusia terbaik. Hal ini telah
diterangkan dengan jelas dalam banyak sabda beliau, sebagian diantaranya :
Pertama : Belajar al
Qur an dan mengajarkannya.
Dari Usman bin Affan Rasulullah bersabda : “Khairukum man ta’allamal qur-ana wa
‘allamahu”. Sebaik baik kalian adalah yang belajar al
Qur an dan mengajarkannya (H.R Imam Bukhari).
Imam Ibnu Hajar Ashqalani berkata : Tidak diragukan lagi
bahwa orang yang bisa menggabungkan antara belajar dan mengajarkan al Qur an
adalah orang yang sempurna bagi dirinya dan bagi orang lain, yaitu yang mampu
mengumpulkan kebaikan yang sedikit dan yang banyak (Fathul Bari)
Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa diantara cara
menjadi manusia terbaik adalah dengan belajar al Qur an dan mengajarkannya. Sungguh
mulia orang orang yang mengamalkan sifat ini.
Imam al
Muzani, yaitu salah seorang murid terbaik Imam asy Syafi-i menjelaskan bahwa
Imam asy Syafi-i berkata : “Man ta’allamal qur an ‘azhumat qiimatuhu”
Barangsiapa yang mempelajari al Qur an telah tinggi (mulia) kedudukannya.
Al Imam Ibnu
Shalah berkata : Membaca al Qur an adalah kemuliaan yang Allah berikan kepada
manusia. Sungguh para malaikat tidak diberi hal itu dan mereka sangat
bersemangat untuk mendengarkannya dari manusia. (Imam Suyuti, al Itqaan fil
‘Ulumul Qur an).
Kedua : Memiliki dan mengamalkan akhlak mulia.
Fitrah
manusia adalah menyenangi akhlak terpuji dan membenci akhlak yang tercela.
Orang yang memiliki dan mengamalkan akhlak mulia tentu akan mendapat tempat
yang baik di sisi manusia. Itulah
diantara pentingnya memiliki dan mengamalkan akhlak mulia.
Begitu pentingnya akhlak dalam syariat Islam maka sangatlah
banyak ulama terdahulu yang menulis kitab
dan juga mengumpulkan hadits hadits tentang akhlak. Imam
al Bukhari secara khusus mengumpulkan hadits hadits tentang akhlak. Beliau menulis Kitab Adabul Mufrad yang
berisi lebih dari 1.300 hadits.
Ketahuilah bahwa dalam satu hadits disebutkan bahwa akhlak
merupakan salah satu tujuan di utusnya Rasulullah yaitu untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. Rasulullah bersabda :
Innamaa bu’istu li utammima shalihal akhlaq. Sesungguhnya aku hanya di utus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (H.R Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad,
Imam Ahmad dalam Musnadnya dan al Hakim
dalam al Mustadrak).
Oleh karena itu perkara akhlak tidak boleh diabaikan
sedikitpun, sebab akhlak bukan hanya berkaitan dengan etika pergaulan tapi ada
satu hal penting yaitu adanya keterkaitan akhlak dengan kesempurnaan iman.
Rasulullah bersabda : “Akmalul mu’mini
iimaanan ahsanuhum akhlaqaa”. Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaknya. (H.R
Imam Ahmad, Abu Dawud dan at Tirmidzi).
Dan ternyata pula bahwa seorang hamba yang berakhlak mulia
adalah orang yang paling baik. Rasulullah bersabda : “Inna min khiyaarikum ahaasinakum akhlaqan”. Orang yang paling baik
di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya. (H.R Imam Bukhari dan Imam
Musim).
Ketiga
: Paham dalam agama
Diantara manusia
terbaik adalah orang orang yang dianugerahkan Allah Ta’ala dengan kefakihan
dalam ilmu agama. Rasulullah bersabda : “Fa
khiyaarukum fil jahiiliyati khiyaarukum fil Islaami idza faquhuu”. Orang
yang terbaik di antara kalian pada masa jahiliyah adalah yang terbaik dalam
Islam jika ia memahami agama. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Semakin
tinggi pemahaman agama seseorang maka semakin bertambah kebaikan yang ada pada
dirinya. Ketahuilah bahwa orang yang (bisa) memahami agama Islam dengan baik
berarti Allah Ta’ala menghendakinya menjadi orang terbaik. Rasulullah bersabda
: “Man yuridillahu bihi khairan yafaqqih-hu
fiddiin”. Barangsiapa yang Allah kehendaki (memperoleh) kebaikan maka Allah
akan faqihkan (pahamkan) dia dalam agama (Islam). H.R Imam Bukhari dan Imam
Muslim).
Dalam
Syarah Shahih Muslim, Imam an Nawawi berkata : Hadits ini menunjukkan keutamaan
ilmu dan (keutamaan) faqih dalam agama serta anjuran untuk menekuni (agama)
karena ilmu dapat menuntun menuju ketakawaan.
Keempat : Umurnya panjang amalnya
baik.
Umur panjang yang dianugerahkan Allah kepada orang yang
beriman merupakan nikmat yang sangat
besar baginya. Lalu dia manfaatkan untuk menjadi manusia terbaik yaitu panjang
umurnya dan baik amalnya. Sungguh, keinginan seorang mukmin yang
terbesar di dunia ini adalah bisa mengisi hidupnya dengan beramal shalih sehingga mendapatkan kedudukan
yang tinggi disisi Allah Ta’ala.
Rasulullah bersabda : “Khairunnaasi man thaala ‘umuruhu wa
hasuna ‘amaluhu, wa syarrunnaasi man thaala ‘umuruhu wa saa-a ‘amaluhu” Sebaik baik manusia adalah siapa yang panjang
umurnya dan baik amalnya, dan seburuk buruk manusia adalah siapa yang panjang
umurnya dan buruk amalnya. (H.R Imam Ahmad, at Tirmidzi dan al Hakim.
Dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Ada kisah tentang seorang yang wafat satu tahun setelah
temannya yang mati syahid tetapi dia bisa lebih dahulu masuk surga meskipun dia
tidak mati syahid. Ini bisa terjadi karena dia telah mengisi sisa umurnya
dengan banyak ibadah yang baik.
Syaikh Mahmud al Mishri, dalam Kitab Rihlah ilad Darul
Akhirah, menukil sebuah kisah dari Abu
Salamah, dari Thalhah bin Ubaidillah : Sesungguhnya dua orang laki laki dari
kabilah Bali (suatu kabilah besar yang dinisbatkan kepada Bali bin Amr)
menghadap Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Satu dari kedua laki laki ini
lebih giat dari yang lainnya. Lalu yang lebih giat ini pergi berperang dan mati
syahid. Laki laki yang satunya lagi diberi umur setahun lagi dan wafat dalam
keadaan wajar di rumahnya.
Thalhah berkata : Saya bermimpi, saya berada di pintu surga,
ternyata saya bersama dua orang laki laki yang sudah meninggal ini. Lalu dari
surga ada suara memanggil orang yang meninggal lebih akhir dari keduanya.
Kemudian datang lagi suara dari dalam surga memanggil orang yang mati syahid.
Selanjutnya suara itu datang kepadaku dan terdengar : Kembalilah, karena belum
waktunya kamu masuk surga.
Lalu pagi harinya, Thalhah bercerita kepada orang orang dan
mereka heran akan hal itu. Kenapa orang yang mati belakangan itu dipanggil
lebih dahulu masuk surga sedangkan yang mati syahid dipanggil masuk surga
belakangan. Cerita mimpi Thalhah ini disampaikan kepada Rasulullah, maka
Rasulullah bertanya kepada orang orang : “Apa yang kalian herankan dari hal
itu” Mereka menjawab : Wahai Rasulullah orang ini adalah yang paling giat
dari keduanya kemudian mati syahid tapi yang lainnya dipanggil masuk surga
lebih dahulu darinya.
Kemudian Rasulullah bersabda : “Bukankah dia telah hidup
setahun lagi setelahnya”? Mereka menjawab : Benar ya Rasulullah :
Rasulullah bersabda : “Dengan begitu (laki laki yang meninggal belakangan
itu) ia mendapati bulan Ramadhan, lalu berpuasa, shalat ini dan shalat itu,
sujud sepanjang tahun” ? Mereka mejawab : Benar. Rasulullah bersabda : “Karena
itulah jarak di antara keduanya lebih jauh dari jarak antara langit dan bumi” (H.R
Imam Ahmad dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam shahih Sunan
Ibnu Majah).
Kelima : Memiliki hati yang bersih dan
lisan yang jujur.
Sungguh
fitnah di zaman ini semakin berat. Tahun yang
dijalani penuh dengan tipu muslihat, kerancuan bahkan makar pun terus
mendatangi orang orang beriman. Di zaman ini yang benar dikatakan salah, yang
amanat dikatakan khianat bahkan yang hina bisa dikatakan mulia. Hampir
semua sudah terbalik balik sepertinya
serba kacau. Yang benar dianggap salah, yang jujur tak dipercaya, bahkan
dikhianati.
Rasulullah bersabda : “Akan datang pada manusia suatu tahun yang
dipenuhi para penipu, yang pada masa itu DIBENARKANLAH ORANG ORANG YANG
BERDUSTA DAN DIDUSTAKANLAH ORANG YANG JUJUR. Pada masa itu pula, ORANG YANG BERKHIANAT JUSTRU DIPERCAYA
SEDANGKAN ORANG YANG TERPERCAYA MALAH DIKHIANATI. Dan ruwaibidhah ikut bicara.
Para sahabat bertanya : Siapakah
ruwaibidhah itu ya Rasulullah. Rasulullah menjawab : “Ruwaibidhah adalah lelaki
yang bodoh dan ikut berbicara tentang perkara ummat”. (H.R Imam Ahmad, Ibnu
Majah dan al Hakim, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Ketahuilah bahwa sejatinya orang
yang berhati bersih dan orang jujur adalah termasuk kelompok orang orang
terbaik. Rasulullah bersabda : “Khairunnaasi
dzul qalbil makhmuumi wal lisaanish shaadiq”. Sebaik baiknya manusia adalah
yang memiliki hati yang bersih dan lisan yang jujur. (H.R al Baihaqi, Shahih al
Jami’ yaikh al Albani).
Jadi diantara manusia terbaik telah
diindikasikan oleh Rasulullah yaitu bersih dari segala penyakit hati seperti berbohong, hasad, dengki, buruk
sangka sombong suka mengadu domba dan yang lainnya.
Semoga Allah Ta’ala memberi
kekuatan kepada kita semua untuk menjadi manusia terbaik. Terbaik di sisi Allah
dan terbaik di sisi manusia. Insya Allah bermanfaat. Wallahu A’lam. (1.034).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar