CARA
MENGHINDARI SIFAT MUNAFIK
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh sifat munafik adalah sangat
tercela dalam pandangan syariat Islam. Oleh sebab itu Allah memberi ancaman
akan menempatkan mereka pada neraka yang paling bawah. Allah Ta’ala
berfirman : “Innal munaafiqiina fid
darkil asfali minan naari walan tajida lahum nashiiraa”. Sungguh, orang
orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka.
Dan kamu tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi mereka. (Q.S an Nisa’
145)
Dan juga Allah Ta’ala berfirman : “Allah mengancam orang-orang munafik
laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka
kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka dan Allah melaknat mereka
dan bagi mereka azab yang kekal.” (QS. at Taubah 68).
Mereka, orang munafik adalah orang orang yang menampakkan kebaikan
dan menyembunyikan keburukan. Sementara itu, Ibnu Juraij mengatakan : Orang
munafik ialah orang yang perkataannya menyelisihi tindak-tanduknya, batinnya
menyelisihi lahiriahnya, tempat masuknya menyelisihi tempat keluarnya, dan
kehadirannya menyelisihi ketidakadaannya. (‘Umdah at-Tafsir).
Oleh
karena itu seorang yang benar imannya haruslah berusaha menjauhi sifat sifat
munafik ini yaitu dengan cara mengingkari dan menyelisihi sifat sifat buruk
mereka dalam beribadah, diantaranya adalah :
Pertama : Tetap menghadiri shalat berjamaah.
Seorang yang
beriman haruslah senantiasa berusaha melaksanakan shalat berjamaah bersama imam
di masjid karena orang munafik tidak suka menghadiri shalat berjamaah.
Ini
sebagaimana dijelaskan dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata :
“Sungguh aku telah melihat kami (yaitu para shahabat), tidak ada yang absen
darinya (shalat berjamaah), kecuali seorang munafik yang dikenal
kemunafikannya”.
Kedua : Menghidupkan
shalat malam.
Qatadah
pernah berkata : “Orang munafik itu sedikit sekali shalat malam.” Hal tersebut
karena orang munafik hanya akan bersemangat melakukan suatu amal jika ada orang
yang menyaksikannya. Jika tidak ada, maka motivasinya untuk beramal shalih pun
hilang. Maka jika ada seorang hamba mendirikan shalat malam, maka itu menjadi
bukti bahwa dalam dirinya tidak ada sifat nifak dan menjadi bukti keimanannya yang
benar.
Ketiga : Ikhlas dalam ibadah terutama sekali ibadah shalat.
Sungguh orang
orang beriman selalu menjaga keikhlasannya dalam beribadah. Mereka dengan
sungguh sungguh menyelisihi orang munafik yang kalau shalat mereka bermaksud
riya’ dihadapan manusia.
Allah Ta’ala
berfirman : “Sesungguhnya orang-orang
munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila
mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya
(dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali
sedikit sekali.” (Q.S an Nisa’ 142).
Keempat : Banyak
bersedekah.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Sedekah merupakan bukti” (H.R Imam Muslim). Bukti di sini
maksudnya adalah bukti akan keimanan.
Oleh karena itu, orang munafik tidak suka bersedekah karena tidak adanya iman
yang benar dihatinya sebagai landasan
dalam sedekahnya sedangkan orang orang yang beriman senantiasa akan bersedekah
karena imannya yang benar.
Kelima : Berakhlak
baik dan belajar ilmu agama.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada
dua sifat yang tidak akan pernah tergabung dalam hati orang munafik, akhlak
yang baik dan pemahaman dalam agama” (HR At-Tirmidzi).
Keenam : Selalu bersegera
melaksanakan shalat.
Jika
waktu shalat telah masuk maka orang
orang beriman bersegera menuju tempat shalat dan berusaha mendapatkan takbiratul
ihram imam dalam shalat berjamaah di masjid. Dengan demikian dia akan terbebas
dari api neraka dan terbebas dari sifat munafik.
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
dia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Siapa yang menunaikan shalat berjama’ah selama 40 hari dengan
memperoleh takbiratul ihram imam, maka ia akan ditetapkan terbebas dari dua
hal, yakni terbebas dari neraka dan terbebas dari kemunafikan” (H.R at Tirmidzi).
Itulah
diantara perkara yang bisa dilakukan seorang beriman sehingga bisa terhindar
dari sifat munafik. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(961).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar