PERSAKSIAN PALSU ADALAH DOSA BESAR
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, dalam Syarah Kitab al Kabair berkata bahwa persaksian palsu adalah :
Pertama : Persaksian yang diucapkan oleh seseorang yang bertentangan dengan
fakta yang sebenarnya.
Kedua : Seseorang bersaksi tentang sesuatu yang ia tidak mengetahui apakah
kesaksian itu bertentangan dengan fakta sebenarnya atau sesuai dengan fakta
sebenarnya.
Ketiga : Seseorang bersaksi tentang sesuatu yang ia ketahui bahwa perkara itu
sesuai dengan faktanya tetapi ia menggambarkannya dengan sesuatu yang tidak
sesuai dengan kenyataan.
Di zaman ini sangatlah mudah bagi
kebanyakan manusia untuk memberikan persaksian palsu baik di pengadilan maupun
di luar pengadilan. Manusia melakukan kesaksian
palsu pada umumnya untuk mendapatkan keuntungan yang secuil dalam perkara perkara dunia. Diantaranya
adalah untuk mendapatkan harta, pangkat, jabatan dan yang lainnya lalu
menzhalimi orang lain. Ketahuilah bahwa di akhirat mereka tidak akan mendapat
apa apa kecuali adzab dari Allah Ta’ala.
Syaikh Utsaimin berkata : Bahwa orang yang memberikan
persaksian palsu berarti dia telah melakukan dua kezhaliman.
Pertama : Terhadap dirinya sendiri,
karena telah melakukan sebuah dosa besar. Dia beranggapan telah berbuat baik
membantu saudaranya untuk mendapatkan sesuatu dengan bantuan persaksian
palsunya.
Kedua : Dan dikatakan telah berlaku zhalim kepada orang lain karena ia telah
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berlaku zhalim agar mendapatkan
sesuatu yang bukan haknya. (Lihat Syarah Kitab al Kabair).
Sungguh Rasulullah telah mengingat bahwa kesaksian palsu adalah dosa besar. Ini dijelaskan dalam sabda beliau :
Pertama : Dari Anas bin Malik, dia berkata,
Rasulullah Salalllahu ‘alaihi wasallam menyebut beberapa dosa besar atau
ditanya tentang dosa dosa besar, maka
beliau bersabda : “Yaitu
mempersekutukan Allah, membunuh jiwa, menyakiti kedua orang tua”. Beliau
bertanya : maukah kalian aku beritahu dosa yang cukup besar ?. Yaitu perkataan
dusta, atau beliau bersabda : Saksi palsu.
(H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Kedua : Dari Abu Bakrah, dia berkata, Rasulullah Sallalllahu ‘alaihi wasallam
bersabda : Maukah kamu aku beritahu
tentang dosa yang paling besar ?. Kami menjawab : Mau ya Rasulullah. Beliau
bersabda : “Yaitu mempersekutukan Allah,
menyakiti kedua orang tua”. Sambil duduk bersandar, beliau bersabda lagi : “Ketahuilah, juga perkataan dusta dan saksi
palsu”. Kalimat ini diulang ulang beliau, sampai sampai kami berkata dalam
hati : Semoga beliau diam (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Tentang hadits Anas dan hadits Abu
Bakrah tersebut diatas, Imam as Syaukani berkata : Rasulullah sangat
memperhatikan kesaksian dusta ini karena kesaksian dusta itu sangat mudah dilakukan manusia dan manusia
sering melecehkannya. Sesungguhnya orang yang tega memberikan kesaksian
palsu atau kesaksian dusta itu karena di latar belakangi oleh rasa permusuhan
dan rasa iri dan dengki. (Lihat Nailul Authar).
Sungguh Allah Ta’ala telah melarang
untuk melakukan perbuatan dusta dan yang lebih berat dalam hal dusta adalah
persaksian palsu. Allah berfirman : “Fajtanibur
rijsa minal autsaani wajtanibuu qaulaz zuur” . Maka jauhilah (penyembahan)
berhala berhala yang najis itu dan jauhilah
perkataan dusta. (Q.S al Hajj 30).
Oleh karena itu seorang hamba yang
benar imannya akan selalu menjauhi persaksian palsu karena ini termasuk dalam
kelompok dosa dosa besar yang hakikatnya bukanlah sifat orang yang beriman.
Rasulullah menjelaskan bahwa orang
mukmin tidak memiliki watak pengkhianat atau pendusta. Beliau bersabda : “Yuthba’ul mu’minu ‘alaa kulli syai-in laisa
khiyaanata wal kadzib”. Watak seorang
mukmin bisa bermacam macam kecuali (tidak) untuk berwatak pengkhianat atau
pendusta. (H.R Imam Ahmad).
Ketahuilah bahwa diantara hamba hamba Rabb Yang Maha Pengasih
adalah disebutkan dalam firman-Nya : “Walladziina laa yasyhaduunaz zuur” Dan
orang orang yang tidak memberikan kesaksian palsu. (Q.S al Furqaan 72).
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (969)