TAK BOLEH PUTUS ASA MEMBERI NASEHAT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Salah satu
kewajiban seorang muslim adalah saling memberi nasehat sesamanya. Dari
Jarir bin Abdillah radhiyallahu’anhu, dia berkata: “Aku
berbai’at kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk senantiasa
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan nasehat (menghendaki kebaikan) bagi
setiap muslim.” (H.R Imam
Bukhari dan Imam Muslim).
Lalu
apa makna nasehat ?. Imam al Khathabi dan Imam al Jurri berkata : Nasehat adalah menghendaki
suatu kebaikan bagi orang lain DENGAN NIAT
IKHLAS (karena Allah),
baik berupa perbuatan atau kehendak yang disampaikan dengan cara sebijak
mungkin.
Jadi kata kunci dalam memberi nasehat
adalah (1) Niat ikhlas karena Allah semata (2) Disampaikan dengan cara sebijak
mungkin. Ketahuilah, kalau dua kata kunci ini diabaikan besar kemungkinan
nasehat yang disampaikan tidak akan bermanfaat.
Salah satu perkara yang penting dalam
memberi nasehat adalah harus terus menerus disetiap kesempatan. Tak boleh
berputus asa. Jangan sekali kali mengatakan : Percuma memberi nasehat kepada
mereka. Tak bakal didengar dan diamalkan.
Perhatikanlah bagaimana Nabi Musa dan
Harun diperintahkan Allah Ta’ala untuk memberi nasehat. Suatu yang sudah maklum, bahwa manusia yang paling durhaka
kepada Allah adalah Fir’aun. Sedemikian durhakanya, sampai sampai dia berkata :
Ana rabbakumul a’la. Aku tuhanmu yang paling tinggi.
Allah sudah pasti Mahamengetahui bahwa Fir’aun ini tidak akan
mau menerima nasehat dan bertaubat sampai
nyawanya berada ditenggorokan. Namun demikian Allah tetap menyuruh Nabi Musa
dan Harun untuk mendatangi Fir’aun memberi nasehat bahkan disuruh berbicara
kepada Fir’aun dengan lemah lembut.
Allah berfirman :
“Idzhaba ila fir’auna innahu tagha. Faqula lahu qaulan laiyinal la’alahu
yatadzakkaru au yakhsya Pergilah kalian (berdua Musa dan Harun) kepada
Fir’aun. Sesungguhnya dia telah melampaui batas. Dan berbicaralah kepadanya
dengan perkataan yang lemah lembut. Mudah mudahan dia sadar (atas kesalahannya)
atau takut (kepada Allah). Q.S Thaaha 43-44.
Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk tetap memberi nasehat
kepada saudara kita sesama muslim meskipun kita mungkin berprasangka bahwa orang yang akan dinasehati tersebut
tidak akan mau menerima nasehat . Ketahuilah
bahwa tidak ada saudara kita yang lebih buruk dari Fir’aun dan tidak ada pula
diantara kita yang lebih baik dari Nabi Musa.
Jika keadaan
membutuhkan dan memungkinkan berilah nasehat dengan berulang ulang. Jangan
pernah bosan apalagi putus asa. Apakah nasehat diterima dan diamalkan, jangan
terlalu dipermasalahkan karena hidayah adalah milik Allah semata.
Perhatikanlah firman Allah yang mengingatkan kita untuk tetap
memberi peringatan atau nasehat. Allah berfirman : “Wa dzakkir fainna
dzikraa tanfa’ul mu’miniin” Dan tetaplah memberi peringatan,
karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang orang yang
beriman. (Q.S adz Dzaariyaat 55).
Ketahuilah bahwa memberi nasehat seringkali lebih bermanfaat
daripada memberi harta kepada seseorang. Oleh karena itu teruslah memberi
nasehat kepada saudara saudara kita apalagi ketika dia memiliki potensi
untuk jatuh kepada kemaksiatan.
Selain itu berilah nesehat pada saat diminta ataupun tidak
diminta. Bukankah kalau ada saudara kita yang mengalami musibah, misalnya jatuh
dari motor, maka kita bersegera menolongnya tanpa perlu diminta. Apalagi kalau
dia jatuh kepada kemaksiatan maka tentu lebih utama lagi untuk menolongnya
dengan nasehat, meskipun tidak diminta.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.199)