KHUSYU’ DALAM IBADAH TERUTAMA SAAT SHALAT
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Khusyu’ secara bahasa bermakna
merendahkan diri, tunduk dan tenang (Lisanul Arab). Imam Ibnul Qayyim berkata :
Ada yang menyebutkan bahwa khusyu’ adalah patuh dan tunduknya hati di hadapan Allah Ta’ala. Ada
pula yang mengatakan bahwa khusyu’ adalah taat pada kebenaran. Tanda tandanya
adalah jikalau seorang hamba senang menerima nasehat dan menaatinya. Yang lain berpendapat khusyu’
adalah padamnya nafsu yang membara, tenangnya gejolak hati serta memancarnya
cahaya pemuliaan dalam hati. Ada juga yang mengatakan bahwa khusyu’ adalah
merendahkan hati untuk akhirat. (Madarijus Saalikin).
Dari makna makna tersebut maka bisa
diambil pemahaman bahwa khusyu’ itu ada didalam hati dan selanjutnya akan
berpengaruh kepada seluruh anggota badan. Oleh karena itu perasaan khusyu’
adalah merupakan kondisi yang bersifat umum yang ada pada manusia saat
beribadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Jadi kalau demikian maka seorang hamba dituntut untuk khusyu’ dalam
segala ibadah. Tidak hanya dalam shalat,
meskipun tidak ada perbedaan pendapat bahwa shalat adalah merupakan tempat yang
utama untuk menunjukkan kekhusyu’-an.
Dalam shalat yang khusyu’seorang
hamba merasa lebih dekat dengan Rabb-nya karena khusyu’ merupakan ruh shalat. Bahkan
khusyu’ adalah merupakan etika terbaik dalam shalat.
Khusyu’dalam shalat merupakan suatu hal penting yang ingin dicapai oleh
setiap hamba. Tapi ketahuilah bahwa khusyu’ di dalam shalat tidak bisa dipisahkan
dengan ketenangan hati atau khusyu’ di luar shalat. Ketika seorang hamba selalu
lalai di luar waktu shalat lalu ingin khusyu’ dalam shalat tentulah akan sulit
baginya mencapai khusyu’ di dalam shalat.
Allah berfirman : “Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman. (yaitu) Orang-orang yang khusyu' dalam
shalatnya”. (Q.S al Mu’minun 1-2).
Dalam ayat ini disebutkan bahwa
mereka beriman lebih dahulu karena itulah hati mereka bisa khusyu’. Dalam
Tafsir al Qurthubi disebutkan tentang perkataan Imam Mujahid bahwa : Orang
orang yang bisa khusyu’ itulah yang bisa dikatakan sebagai mukmin sejati.
Mengenai khusyu’ dalam shalat, Imam
Ibnul Jauzi sebagaimana disebutkan dalam Kitab Mukhtashar Minhaajul Qaashidin
berkata tentang makna atau sesuatu yang bisa menuju kepada shalat khusyu’ yaitu
:
Pertama : Mengosongkan hati dari segala sesuatu yang bisa mengacaukan
fikiran Hal ini bisa dilakukan dengan kesungguhan. Ketika seseorang bersungguh
sungguh dalam melakukan suatu hal maka secara
otomatis hati akan menjadi khusyu’. Tidak ada cara lain untuk bisa khusyu’
kecuali dengan sungguh sungguh dalam melaksanakan shalat
Kesungguhan atau ketetapan hati
hati bisa berubah menjadi lebih kuat dan bisa berubah menjadi lebih lemah.
Semua itu tergantung kepada keimanan terhadap akhirat dan kebencian terhadap
dunia.
Ketika seseorang melihat bahwa dia tidak bisa
khusyu’ ketika melaksanakan shalat maka ketahuilah bahwa hal itu karena
lemahnya iman yang ada dalam hatinya Oleh karena itu berusahalah dengan sekuat
tenaga untuk menguatkan keimanan.
Kedua : Memahami lafal shalat. Sesungguhnya hal itu bisa
menumbuhkan rasa khusyu’ dalam hati karena barangkali hati lebih fokus pada
lafalnya bukan pada maknanya.
Jika demikian hendaknya ia
mengalihkan perhatian untuk mengenali makna sehingga seseorang bisa membuang
pikiran yang mengacaukan. Hendaknya dia juga membuang hal hal yang bisa
mengacaukan pikiran karena jika hal hal yang bisa mengacaukan pikiran tersebut
masih ada dalam hati maka hati tidak akan bisa berpaling darinya.
Ketiga : Mengagungkan dan memuliakan Allah Ta’ala yaitu : (1)
Mengenal kebesaran dan keagungan Allah Ta’ala. (2) Menyadari kerendahan jiwanya
dan menyadari bahwa jiwanya jauh dari Rabb-nya.
Dengan memahami kedua hal ini maka
hati menjadi lebih khusyu’ dan tenang. Selain itu masih perlu ditambah dengan
harapan. Bagaimanapun juga harapan bisa menambah rasa takut. Berapa banyak malaikat
yang memuliakan Allah karena takut akan kekuasaan-Nya
dan berharap untuk mendapat kebaikan-Nya. Oleh karena itu orang yang
mengerjakan shalat hendaknya mengharapkan pahala sebagaimana dia takut hukuman
karena meninggalkannya.
Demikianlah beberapa makna dan
jalan menuju kepada shalat khusyu’. Insya Allah bermanfaat bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (585)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar