WAJIB BERAKHLAK KEPADA ALLAH TA’ALA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul
Muhsin al Badr, seorang ulama besar Saudi, dosen pasca sarjana di Universitas
Islam Madinah, pengajar tetap di Masjid Nabawi dan juga pengisi kajian rutin disalah
satu Radio Dakwah di Jakarta, memberikan penjelasan : Makna akhlak dalam Islam tidaklah seperti yang dipahami oleh manusia
pada umumnya yaitu sekedar bermuamalah dan berbuat baik terhadap sesama
manusia. Akan tetapi akhlak lebih luas dari pada itu. Akhlak mencakup sesuatu
yang lebih agung dari pada itu yaitu beradab kepada Allah Rabbul ‘alamin.
Bahkan (berakhlak kepada Allah) ini adalah perkara yang paling mendasar dalam
akhlak itu sendiri.
Jika kita mau mendalami sedikit
tentang konsep akhlak dan adab dalam Islam, antara lain sebagaimana dijelaskan
oleh Prof. Abdurrazaq diatas maka pahamlah kita bahwa puncak tertinggi akhlak
adalah ketika seseorang mengutamakan, menomor satukan Kalamullah yaitu al Qur
an dan sabda Rasul-Nya yaitu berupa as
Sunnah, di atas semua perkataan dan teori rumusan manusia.
Di zaman ini, kita menyaksikan sebagian orang yang berkata :
Saya memang terkadang shalat
terkadang tidak. Begitu juga dengan puasa yang jarang saya lakukan. Amal amalan lainnya banyak yang tidak saya
kerjakan. Tetapi akhlak saya baik, saya tidak mengganggu orang lain, saya tidak
menzhalimi tetangga atau teman.
Ada lagi yang berkata : Saya memang
tidak jilbaban, tidak menutup aurat, tetapi akhlak saya baik, saya tidak
mengganggu orang lain, saya tidak menzhalimi tetangga atau teman bahkan saya
suka membantu orang lain.
Ketahuilah bahwa berakhlak baik
kepada manusia itu adalah memang suatu yang terpuji dan disyariatkan dalam
Islam. Namun demikian jika tidak mau melaksanakan perintah Allah dan
tidak mau bersyukur berarti tidak berakhlak kepada-Nya. Pendalillannya
tidaklah terlalu rumit, diantaranya :
Pertama : Bukankah Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk mengabdi atau
menyembah kepada-Nya tapi kita lalaikan. Berarti kita tidak berakhlak kepada Allah
karena sebagai hamba Allah kita wajib
patuh kepada perintah-Nya. Allah berfirman : “Wa maa khalaqtul jinna wal insa illa liya’buduun”. Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz
Dzaariat 56)
Kedua : Bukankah Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat kepada kita.
Allah berfirman : “Wa maa bikum min
ni’matin fa minallah. Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari
Allah. (Q.S an Nahl 53).
Bahkan nikmat itu sangatlah banyak
dan kalau kita mencoba menghitungnya pastilah kita tidak akan mampu karena demikian banyak bentuk dan jenisnya.
Allah Ta’ala berfirman :
“Wain ta’uddu ni’matalahi laa tuhshuhaa” Dan jika kalian menghitung nikmat
Allah maka engkau tidak akan mampu menghitungnya.(Q.S
Ibrahim 34).
Oleh karena itu maka wajiblah bagi seorang hamba untuk
berterima kasih (baca : bersyukur) kepada yang telah memberikan nikmat itu.
Diantara cara bersyukur adalah dengan melakukan ketaatan kepada pemberi nikmat
yaitu Allah Taala. Lalu bagaimana
seseorang mengaku bahwa akhlaknya baik tapi tidak bersyukur (tidak patuh) kepada
Dzat yang telah memberinya berbagai kenikmatan. Tolong direnungkan ini.
Jadi kesimpulannya, tidaklah patut
seseorang itu mengatakan akhlak saya baik dengan sekedar berbuat baik atau berakhlak
kepada sesama manusia karena puncak dari adab dan akhlak seorang hamba adalah
beradab dan berakhlak kepada Allah Ta’ala dengan cara mematuhi atau taat kepada
perintah-Nya.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(563)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar