KENAPA
SEDIKIT YANG BERSYUKUR KEPADA ALLAH
TA’ALA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Salah
satu perbuatan yang sangat tercela dan ternyata dilakukan oleh sebagian manusia
adalah tidak mau bersyukur kepada Allah Ta’ala. Pada Allah telah memberi nikmat
yang sangat banyak bahkan tidak terhitung. Semestinya mereka mengetahui bahwa nikmat yang
ada pada manusia adalah semata mata datang dari Allah.
Bahkan lebih tercela lagi yaitu sebagian
manusia ada yang mengingkari nikmat Allah. Allah berfirman : “Mereka
mengetahui nikmat-nikmat Allah, (tetapi) kemudian mereka meningkarinya dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (Q.S an Nahal 83)
Dalam menafsirkan ayat ini, Mujahid berkata
bahwa maksudnya adalah kata-kata seseorang, ‘Ini adalah harta kekayaan yang
diwariskan oleh nenek moyangku’. Aun bin Abdulloh mengatakan, “Yakni
kata mereka, ‘Kalau bukan karena fulan tentu tidak akan menjadi begini’.”
Dan menurut tafsiran Ibnu Qutaibah, “Mereka mengatakan, ‘Ini berkat syafaat
sesembahan-sesembahan kita’.” (Kitaabut Tauhid, Syaikh Muhammad
At-Tamimi)
Banyak sekali dalil-dalil yang terdapat di
dalam al Qur-an maupun as-Sunnah yang memerintahkan kita untuk senantiasa
bersyukur kepada Alloh ‘Azza wa Jalla dan melarang kita untuk kufur terhadap
nikmat-Nya.
Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku dan janganlah kamu kufur terhadap (nikmat)-Ku.” (Q.S al Baqarah
152).
Syaikh Abdurrahman Naashir as-Sa’di rahimahullah berkata : Yakni bersyukurlah
kalian terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kalian dan juga terhadap
tercegahnya adzab dari kalian. Di dalam syukur harus terkandung pengakuan dan
kesadaran bahwa nikmat itu semata-mata dari Allah semata, dzikir dan pujian
yang diucapkan melalaui lisannya serta ketaatan anggota badannya untuk semakin
tunduk dan patuh dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi
larangan-larangan-Nya.
Syaikh as Sa’di menambahkan : Dan karena lawan
dari syukur adalah kufur, maka Allah Ta’ala telah melarang darinya: Dan
janganlah kamu kufur terhadap (nikmat)-Ku. Yang dimaksud dengan kufur di
sini adalah sesuatu yang menjadi lawan dari syukur, yakni kufur terhadap
nikmat-Nya. Namun terkandung juga di dalamnya, makna kufur yang sifatnya umum,
yang paling besar adalah kufur kepada Allah, kemudian berbagai macam dan jenis
maksiat. (Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman)
Sungguh Allah Ta’ala telah menjelaskan dalam
beberapa firman-Nya bahwa sedikit sekali manusia yang bersyukur, diantaranya
adalah dalam surat al Mu’minun 78. “Wa
huwal ladzii ansya-alakumus sam’a wal abshaara wal af-idatun, qaliilan maa
tasykuruuun”. Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu pendengaran, penglihatan
dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.
Lalu kenapa
sedikit sekali manusia yang bersyukur. Ada beberapa penyebabnya, diantaranya
adalah :
Pertama : Tidak mengetahui atau tidak
mau tahu nikmat itu datang dari mana.
Sungguh
Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa tidak ada pemberi nikmat kecuali
Dia saja. Allah berfirman : “Wamaa bikum min ni’matin fa minallahi” Dan
segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. (Q.S an Nahl
53)
Imam Ibnul Qayyim rahimahulloh berkata :
Syukur itu menurut asalnya adalah adanya pengakuan akan nikmat yang telah Allah
berikan dengan cara tunduk kepada-Nya, merasa hina di hadapan-Nya dan
mencintai-Nya. Maka barangsiapa yang tidak merasakan bahwa itu adalah suatu
kenikmatan maka dia tidak akan mensyukurinya. Barangsiapa yang mengetahui itu
adalah nikmat namun dia tidak mengetahui dari mana nikmat itu berasal, dia juga
tidak akan mensyukurinya. Barangsiapa yang mengetahui itu adalah suatu nikmat
dan mengetahui pula dari mana nikmat itu berasal, namun dia mengingkarinya
sebagaimana orang yang mengingkari Allah yang memberi nikmat, maka dia telah
kafir.
Barangsiapa yang mengetahui itu adalah suatu
nikmat dan dari mana nikmat itu berasal, mengakuinya dan tidak mengingkarinya,
akan tetapi ia tidak tunduk kepada-Nya dan tidak mencintai-Nya atau ridha
kepada-Nya, maka ia tidak mensyukurinya. Barangsiapa yang mengetahui itu adalah
nikmat dan dari mana nikmat itu berasal, mengakuinya, tunduk kepada yang
memberi nikmat, mencintai-Nya dan meridhai-Nya, dan menggunakan dalam kecintaan
dan ketaatan kepada-Nya, maka inilah baru disebut sebagai orang yang bersyukur.
Kedua : Tidak pernah puas dengan
nikmat yang telah ada.
Allah Ta’ala telah memberi nikmat yang
sangat banyak. Allah berfirman :
Wain ta’uddu ni’matallahi laa tuhsuuhaa, innal insaana lazhaluumun kaffar” Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya,
sungguh manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Q.S Ibrahim 34.
Jadi
memang ada manusia yang mengikari nikmat Allah karena selalu merasa nikmat
Allah masih kurang baginya, tidak pernah puas dan tidak merasa cukup, tidak
qana’ah.
Pada
hal Rasulullah telah mengingatkan dalam sabdanya : “Wakum qani’an takun asykarannasi”. Dan jadilah kalian
orang yang
qana’ah niscaya engkau menjadi manusia yang bersyukur. (H.R Ibnu Majah,
dari Abu Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Ketiga : Selalu melihat orang yang
diatas dalam urusan dunia.
Ini
juga merupakan salah satu penyebab orang orang sedikit yang bersyukur. Dia
selalu membandingkan dirinya dengan orang lain dalam hal harta dunia. Sungguh
Rasulullah telah mengingatkan, dalam sabdanya : “Unzuruu ilaa man asfala
minkum. Walaa tanzuru ila man huwa fauqakum. Fahuwa ajdaaru alla
tardaru ni’matallah” . Lihatlah kepada orang
yang berada di bawahmu dan janganlah kalian melihat orang yang di atasmu,
karena hal itu akan lebih menjadikan kamu tidak meremehkan nikmat Allah (H.R. Iman Muslim).
Memang
kita harus melihat yang diatas tapi bukan dalam urusan dunia tapi urusan
akhirat. Kita sering melihat saudara kita sangat taat dan rajin beribadah maka
ini harus kita perhatikan, kita inginkan dan kita contoh. Ini namanya
fastabiqul khairat.
Keempat : Merasa nikmat itu sebagai
hasil kepandaian dan usahanya sendiri.
Allah
telah menerangkan tentang kisah Qarun yaitu seorang hamba yang tidak mau
bersyukur atas nikmat yang diterimanya. Sungguh dia telah mengingkari bahwa
nikmat itu datang dari Allah Ta’ala. Dia
merasa bahwa nikmat itu adalah karena kepandaiannya mengumpulkan harta.
Perhatikanlah firman Allah dalam surat al Qashash
78. “Dia
(Qorun) berkata : "Sesungguhnya aku hanya
diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak
mengetahui, bahwasannya Alloh sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya
yang lebih kuat darinya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka”.
Kelima : Melupakan kesusahan dan kesulitan dimasa
lalu.
Jika pada
satu saat mendapat banyak nikmat lalu sebagian manusia melupakan kesusahan dan
kesulitannya dimasa lalu. Akibatnya mereka lalai atau tidak mau bersyukur.
Perhatikanlah kisah tiga orang Bani Israil yang diceritakan oleh Rasulullah dan
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam satu hadits yang cukup panjang. Ada yang
belang, botak dan buta. Ternyata setelah Allah beri anugerah dan kebaikan kepada ketiganya maka yang bersyukur hanyalah satu orang yaitu yang buta sedangkan
yang dua lainnya tidak mau bersyukur.
Itulah
sebagian penyebab kenapa manusia sedikit yang bersyukur. Dan kita berdoa kepada
Allah agar tetap diberi kekuatan untuk menjadi ‘abdan syakuuraa.
Insya Allah
ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (580).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar