RASULULLAH MENGAJARKAN LEMAH LEMBUT
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam memiliki akhlak yang sangat luhur. Allah Ta’ala telah memuji
akhlak beliau dalam firman-Nya : “Wa innaka la’alaa khuluqin ‘azhiim”. Dan sesungguhnya engkau benar
benar berbudi pekerti yang luhur. (Q.S al Qalam 4).
Budi pekerti yang luhur dari Rasulullah sungguh tampak dengan jelas
dalam kehidupan beliau sehari hari. Diantara budi pekerti atau akhlak Rasulullah adalah mengutamakan sikap lemah
lembut. Sangatlah banyak kisah yang
menjelaskan tentang sikap lemah lembut dan
kesabaran beliau dalam menghadapi berbagai peristiwa. Semuanya merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi
orang orang beriman. Diantaranya adalah sebagaimana terdapat dalam kisah yang shahih berikut ini :
Pertama
: Kisah Yahudi memberi salam kepada Nabi.
Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dijelaskan bahwa pada suatu
kali ada seorang Yahudi lewat dan mengucapkan salam kepada Rasulullah. Ucapan
salamnya diplesetkan yaitu dengan ucapan : Assamu ‘alaikum, bukan Assalamu
‘alaikum. Assamu ‘alaikum bermakna semoga matilah engkau. Lalu Nabi menjawab :
Wa ‘alaikum (bagi kamu juga demikian).
Mendengar
ucapan yang buruk dari si Yahudi ini,
A’isyah yang ada disitu menjadi tersinggung lalu menjawab : Kematian dan laknat
Allah bagimu, wahai anak keturunan kera. Rasulullah menegur Aisyah
agar berlemah lembut dan tidak membalas keburukan dengan berlebihan.
Beliau
bersabda : “Innar rifqa laa yakuunuu fi
syai-in illa zanalu walaa yunza’u min syai’in illah syanah”. Sesungguhnya
lemah lembut itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali menghiasinya dan tidaklah
dia dicabut dari sesuatu itu kecuali akan memburukkannya. (H.R Imam Muslim)
Rasulullah
juga bersabda : “ Innallaha yuhibbu rifqa fil amri kullih” Sesungguhnya Allah
mencintai lemah lembut dalam segala perkara. (H.R Imam Bukhari dan Imam
Muslim).
Kedua
: Kisah seorang Arab Badui buang air
kecil di masjid
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu,
beliau berkata : Seorang Arab Badui pernah memasuki masjid, lantas dia buang
air kecil di salah satu sisi masjid.
Lalu para sahabat menghardik orang ini. Namun Nabi shallallahu alaihi wa sallam
melarang tindakan para sahabat tersebut. Tatkala orang tadi telah menyelesaikan
hajatnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam lantas memerintahkan para sahabat
untuk mengambil air, kemudian bekas kencing itu pun disirami. (H.R Imam
Bukhari dan Imam Muslim)
Atas kejadian ini para sahabat memang
geram dan menghardik Badui ini. Tetapi Rasulullah bersikap santun dan memberi nasehat
dengan arif kepada orang Badui ini. Beliau bersabda : “Sesungguhnya Masjid
adalah tempat beribadah kepada Allah dan bukanlah tempat membuang kotoran. (H.R
Imam Muslim).
Diantara faedah
dengan sikap santun Rasulullah dalam hal ini, disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin : Nabi shallallahu alaihi wa sallam memiliki
sikap yang sangat bagus dalam menyikapi umatnya. Beliau shallallahu alaihi wa
sallam melarang para sahabat untuk menghardik orang ini karena ada bahaya yang
ditimbulkan di balik itu.
Di
antara bahayanya adalah akan memudharatkan orang ini disebabkan kencing yang
diperintahkan dihentikan seketika. Bahaya lainnya adalah aurat orang ini bisa
terbuka karena kaget, sehingga berbalik, kemudian para sahabat kemungkinan bisa
melihat auratnya. Kalau dia masih tetap kencing lalu dipaksa berhenti,
maka kemungkinan celananya bisa terkena
najis. Bahkan najisnya akan meluas di tempat dia kencing, bahkan bisa mengena
ke bagian masjid lainnya. (Syarah Bulughul Maram).
Ketiga
: Kisah orang miskin mengumpuli istri di bulan Ramadhan.
Lihatlah sikap santun Rasulullah terhadap orang yang
bersalah dalam kisah ini. Abu Hurairah berkata : “Tatkala kami sedang duduk
duduk di sekitar Rasulullah datanglah seorang laki laki. Dia berkata : Wahai
Rasulullah, celakalah aku. Beliau bertanya : Ada apa denganmu ?. Dia menjawab
saya telah mengumpuli istri saya pada hal saya sedang berpuasa.
Rasulullah
lalu bertanya : Apakah engkau memiliki seorang budak yang bisa engkau bebaskan
? Dia menjawab : Tidak. Rasulullah kembali bertanya : Apakah engkau mampu
berpuasa dua bulan berturut turut ?. Dia
menjawab : Tidak. Rasulullah bertanya lagi : Apakah kamu mampu memberi makan
kepada enam puluh orang miskin. ? Dia menjawab : Tidak wahai Rasulullah.
Lalu
Rasulullah diam sejenak. Tiba tiba (ada) yang membawakan sekeranjang kurma
kepada Rasulullah. Lalu beliau bertanya : Mana laki laki yang tadi bertanya ?
Dia menjawab : Saya ya Rasulullah. Beliau berkata : Ambillah sekeranjang kurma
ini dan bersedekahlah dengan kurma ini. Laki laki tadi malah berkata : Apakah
kepada orang yang lebih miskin dari saya wahai Rasulullah ? Demi Allah tidak
ada keluarga di daerah ini yang lebih miskin daripada saya.
Rasulullah
akhirnya tertawa hingga gigi geraham beliau terlihat. Lalu bersabda : “Berikanlah kurma ini kepada keluargamu”
(H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Keempat
: Kisah seorang pemuda minta izin berzina.
Abu Umamah berkata: Sesungguhnya seorang pemuda datang
kepada Nabi seraya berkata: “Ya Rasulullah,
izin aku berzina”.
Maka para sahabat
berpaling kepada pemuda ini sambil menahannya, dan berkata: “Jangan, jangan (janganlah kamu berkata seperti itu). Maka beliau bersabda : “Bawa pemuda itu mendekat denganku”. Maka pemuda itu telah mendekat
kepada Rasulullah.
(Abu Umamah)
berkata: maka (pemuda itu) lalu duduk dekat
Rasulullah.
Beliau bersabda:
“Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi pada ibumu ?” Lantas pemuda itu
menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi
tebusannya.
Rasulullah
bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi)
kepada ibu-ibu mereka”.
Rasulullah bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada anak perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab:
“Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga
halnya) orang lain juga tidak suka hal
itu (terjadi) kepada anak-anak perempuan mereka”.
Rasulullah bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada saudara perempuanmu ?” Lantas pemuda itu
menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda:
“(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada
saudara-saudara perempuan mereka”.
Rasulullah bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada bibimu
(dari pihak ayahmu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah,
tidak. Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu
(terjadi) kepada bibi bibi (dari pihak ayah) mereka”.
Rasulullah bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu
(perbuatan zina) terjadi kepada bibimu
(dari pihak ibumu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak.
Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah
bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi)
kepada bibi bibi (dari pihak ibu) mereka”.
Abu Umamah
berkata: Maka Rasulullah meletakkan
tangannya di atas tubuh pemuda itu, lalu berdoa: “Allahhummaghfir zanbahu, wa thahir qalbahu wa hassin farjahu”. Ya
Allah ampunkanlah dosanya, sucikanlah hatinya (dari memikirkan sesuatu
maksiat), dan jagalah kemaluannya (dari melakukan zina)
Semenjak itu, dengan doa Rasulullah, pemuda tersebut
tidak lagi condong untuk melakukan maksiat. (H.R Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani. Kitab Silsilah Hadits Shahih).
Meskipun pemuda
ini meminta izin untuk melakukan perbuatan tercela namun Rasulullah tetap
berlaku santun dan lemah lembut kepadanya. Beliau memberi nasehat yang sangat
bijak bahkan mendoakan kebaikan bagi pemuda
ini.
Insya Allah
bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam (571)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar