MENOLAK KEBENARAN ADALAH TANDA KESOMBONGAN
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Dalam hidup bermasyarakat, terkadang kita bertemu dengan manusia yang sulit bahkan tak mau menerima kebenaran. Meskipun semua dalil yang berkaitan dengan kebenaran telah ditempatkan di depan matanya TETAP SAJA TAK DITERIMA.
Bahkan ada manusia yang DALAM HATI DAN PIKIRANNYA paham bahwa yang disampaikan adalah kebenaran tapi mereka masih tetap menolak. Terkadang mereka menolak dengan menggunakan perasaan dan akalnya.
Lalu kenapa bisa begitu ?. Iya bisa. Ketahuilah bahwa salah satu sebab sebagian manusia MENOLAK KEBENARAN ADALAH SIFAT SOMBONG YANG ADA PADA DIRINYA. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah menjelaskan tentang sifat sombong yaitu sebagaimana sabda beliau :
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Sombong adalah MENOLAK KEBENARAN dan meremehkan orang lain. (H.R Imam Muslim, dari Ibnu Mas’ud)
Perhatikanlah sejarah tentang orang orang terdahulu yang TAK MAU MENERIMA KEBENARAN MESKIPUN DIA TAHU DAN PAHAM BAHWA ITU ADALAH KEBENARAN yang mestinya diterima. Tetapi kesombongan, harga diri dan gengsi telah memperdayakannya.
(1) Diantara bukti dan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim yang disaksikan Raja Namrudz adalah tak mempan dibakar dalam nyala api yang besar. Dengan begitu maka Raja Namrud menjadi sangat mengetahui bahwa yang disampaikan Ibrahim ‘Alahis salam adalah suatu kebenaran.
Namun, kebenaran itu ditolaknya karena merasa kedudukannya lebih terhormat sebagai raja dan penguasa dibandingkan Ibrahim sebagai rakyat biasa. Jadi kesombongan dan gengsi yang telah menghalanginya menerima kebenaran.
(2) Ketika melihat mukjizat Nabi Musa, diantaranya tongkatnya menjadi ular dan juga ketika tangan Nabi Musa mengeluarkan cahaya putih maka Fir’aun sebenarnya telah paham dan mengerti bahwa Nabi Musa alaihi salam adalah utusan Alah dan apa yang disampaikannya adalah suatu kebenaran. Akan tetapi Fir’aun tetap saja menolak kebenaran yang dibawa Nabi Musa.
Penyebabnya adalah kesombongan karena memiliki kedudukan tinggi dan terhormat sebagai raja yang memiliki kekuasaan yang besar. Sementara itu Fir’aun menilai Nabi Musa adalah keturunan bangsa budak yang tak pantas untuk diikuti.
(3) Dua orang paman Nabi yaitu Abu Jahal dan Abu Lahab yang mengetahui bahwa mukjizat terbesar berupa al Qur an yang disampaikan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam adalah kebenaran. Namun, mereka tetap menolaknya karena merasa kedudukan mereka sebagai paman dan pemuka kaum Quraisy lebih mulia dari Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam.
Nah, di zaman ini sebagian manusia juga tak suka menerima kebenaran. Meskipun begitu hamba hamba Allah tetap saja berusaha mengajak orang orang kepada kebenaran yang diturunkan Allah Ta’ala melalui Rasul-Nya. Sampaikan saja kebenaran meskipun banyak yang menolak karena berbagai sebab diantaranya adalah kesombongan.
Sungguh Allah Ta’ala mengingatkan Rasul-Nya sebagaimana firman-Nya :
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۗ
Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk. Tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (Q.S al Baqarah 272).
Allah Ta’ala berfirman :
فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
Maka jika mereka berpaling maka ketahuilah (bahwa) kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanya menyampaikan (amanah Allah) dengan terang. (Q.S an Nahl 82).
Hamba hamba Allah teruslah menyampaikan dan mengajak manusia kepada kebenaran. Jangan merasa bosan. Bersabarlah dan bersemangatlah !. Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan dalam sabda beliau :
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ
فَاعِلِهِ
Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka
ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya. (H.R Imam Muslim,
dari Ibnu Mas’ud)
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (2.190).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar