WAFAT PADA HARI JUM’AT ADA KEUTAMAANNYA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Hakikatnya, dalam syariat Islam, semua hari
adalah sama baiknya, jika memang diisi dengan amal amal kebaikan. Kalau kita
mengisi satu hari saja dalam kehidupan ini dengan dosa dan maksiat maka ingatlah
bahwa ITULAH HARI YANG SANGAT BURUK.
Namun demikian
Rasulullah menyebutkan bahwa hari Jum’at memang memiliki keutamaan
tersendiri. Dari Abu Hurairah, dari Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda :
خير يوم طلعت عليه الشمس يوم الجمعة فيه
خلق آدم وفيه أدخل الجنة وفيه أخرج منها ولا تقوم الساعة إلا في يوم الجمعة
Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya
(hari cerah) adalah hari Jum’at, (karena) pada hari ini Adam diciptakan, hari
ini pula Adam dimasukkan ke dalam surga dan dikeluarkan darinya, dan tidaklah
akan datang hari kiamat kecuali pada hari Jum’at. (H.R Imam Muslim).
Selain itu, dalam satu hadits, dari Abdullah
bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, disebutkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda bahwa ada keutamaan bagi kaum muslimin yang wafat pada hari
Jum’at, sebagaimana sabda beliau :
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلاَّ وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
Setiap muslim yang meninggal di hari Jumat
atau malam Jumat, maka Allah akan memberikan perlindungan baginya dari fitnah
kubur. (H.R Imam Ahmad dan at Tirmidzi ).
Asy Syaikh Mubarakfury berkata : Artinya,
Allah jaga dia dari fitnah kubur, yaitu pertanyaan dan adzab kubur. Dan hadis
ini bisa dimaknai mutlak (tanpa batas) atau terbatas. Namun makna pertama
(mutlak) lebih tepat, mengingat karunia Allah yang sangat luas. (Tuhfatul Ahwadzi).
Bahkan ada banyak ulama yang mengatakan bahwa
salah satu tanda husnul khatimah adalah wafat pada hari Jum’at. Hal ini sebagaimana
dijelaskan oleh Syaikh al Albani dalam Kitab Ahkam Jana’iz dan juga Syaikh Mahmud
al Mishri alam Kitab Rihlah ilad Daral Akhirah.
Keutamaan ini tentu membuat hamba hamba Allah
ingin diwafatkan pada hari Jum’at. Cuma saja itu semua adalah sesuai kehendak
Allah Ta’ala. Jangankan untuk mengetahui kapan kita akan diwafatkan, di tempat
mana kita akan wafat tidak ada yang bisa
mengetahuinya. Itu rahasia Allah Ta’ala yang penuh hikmah.
Allah Ta’ala
berfirman :
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ
تَمُوتُ
Tidak ada satupun jiwa yang mengetahui di belahan
bumi mana dia akan mati. (Q.S Luqman 34).
Mungkin sebagian orang mengatakan bahwa tempat
kita diwafatkan bisa kita rencanakan. Misalnya kalau ingin wafat di kampung
halaman maka jangan kemana mana tetap dan menetap saja di kampung. Tapi siapa
yang menjamin bahwa seseorang bisa wafat
di kampung halamannya. Dan tentu kapan kita wafat SUDAH PASTI TAK BISA
DIPERKIRAKAN.
Lalu adakah
yang bisa dilakukan agar dapat diwafatkan pada hari Jum’at yang memilki
keutamaan dan kita mendapat keutamaan itu. Memang ada kemungkinannya tapi hanya
kemungkinan, yaitu dengan menjaga iman dan amal shalih LALU BERMOHON KEPADA ALLAH TA’ALA
agar diwafatkan pada tempat dan hari yang kita inginkan.
Perhatikanlah kisah bagaimana Khalifah Umar
bin Khaththab berdoa memohon tempat dan keadaan wafat beliau. Pada tahun 23 H,
Khalifah Umar melaksanakan ibadah haji. Ketika
wukuf di Arafah
beliau membaca doa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ
وَوَفَاةً بِبَلَدِ رَسُولِكَ
Ya Allah aku mohon mati syahid di jalan-Mu
dan wafat di negeri Rasul-Mu (Madinah). H.R Imam Malik bin Anas.
Sepulangnya
dari menunaikan ibadah haji beliau menceritakan tentang doanya kepada
salah seorang sahabat di Madinah. Maka sahabat tersebut berkata : “Wahai
Khalifah, jika engkau berharap mati syahid maka tidak mungkin di sini. Pergilah
keluar untuk berjihad, niscaya engkau bakal menemuinya.”
Dengan ringan Khalifah Umar radhiyallahu
’anhu menjawab: ”Aku telah mengajukannya kepada Allah. Terserah Allah.”
Keesokan paginya,
yaitu hari Rabu tanggal 25 Dzulhijjah saat Umar radhiyallahu ’anhu mengimami
shalat shubuh di masjid Nabawi,
tiba-tiba dalam kegelapan pagi itu
muncul seorang pengkhianat yaitu budak
Majusi bernama Abu Lu’lu’ah menghunuskan pisaunya ke tubuh Khalifah Umar. Beliau luka dengan tiga
tusukan yang menyebabkan beliau rubuh
di mihrab. Beberapa hari kemudian
beliau wafat.
Ketahuilah bahwa doa Khalifah Umar
memohon mati syahid di Madinah
dalam pikiran sebagian orang
adalah suatu yang sulit terjadi karena di Madinah waktu itu tidak dalam
keadaan perang. Namun demikian itu sangat mudah jika Allah Ta’ala berkehendak untuk mengabulkan doa hamba-Nya.
Oleh karena itu jagalah iman dan amal shalih, lalu bermohonlah kepada
Allah Ta’ala agar diwafatkan pada keadaan yang paling baik yaitu waktunya dan
tempatnya serta dalam husnul khatimah. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (1.589).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar