TAK BANYAK MANUSIA
YANG MAMPU BERSYUKUR
Oleh : Azwir B.
Chaniago
Salah satu kewajiban manusia YANG
SANGAT PENTING adalah bersyukur atas nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala.
Tetapi ternyata kebanyakan manusia tak mampu bersyukur. Allah telah mengingatkan
hal ini dalam firman-Nya :
وَهُوَ
الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا
تَشْكُرُونَ
Dan Dialah yang telah menciptakan
bagimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu
bersyukur. (Q.S al Mu’minun 78)
Sungguh manusia yang terhalang atau
tak mampu untuk bersyukur kepada Allah Ta’ala adalah karena berbagai sebab. Diantaranya adalah :
Pertama : Tidak mengetahui atau tidak
mau tahu nikmat itu datang dari mana.
Sungguh
Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa tidak ada pemberi nikmat kecuali
Dia saja. Allah berfirman :
وَمَا
بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ
Dan
segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. (Q.S an Nahl
53)
Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata : Syukur itu menurut asalnya adalah adanya pengakuan akan nikmat yang
telah Allah berikan dengan cara tunduk kepada-Nya, merasa hina di hadapan-Nya
dan mencintai-Nya. Maka barangsiapa yang tidak merasakan bahwa itu adalah suatu
kenikmatan maka dia tidak akan mensyukurinya.
Barangsiapa
yang mengetahui, itu adalah nikmat namun dia tidak mengetahui dari mana nikmat
itu berasal, dia juga tidak akan mensyukurinya. Barangsiapa yang mengetahui itu
adalah suatu nikmat dan mengetahui pula dari mana nikmat itu berasal, namun dia
mengingkarinya sebagaimana orang yang mengingkari Allah yang memberi nikmat,
maka dia telah kafir.
Barangsiapa
yang mengetahui itu adalah suatu nikmat dan dari mana nikmat itu berasal,
mengakuinya dan tidak mengingkarinya, akan tetapi ia tidak tunduk kepada-Nya
dan tidak mencintai-Nya atau ridha kepada-Nya, maka ia tidak mensyukurinya
.
Barangsiapa
yang mengetahui itu adalah nikmat dan dari mana nikmat itu berasal,
mengakuinya, tunduk kepada yang memberi nikmat, mencintai-Nya dan meridhai-Nya,
dan menggunakan dalam kecintaan dan ketaatan kepada-Nya, maka inilah baru
disebut sebagai orang yang bersyukur.
Kedua : Tidak mau
puas dengan nikmat yang telah ada.
Allah Ta’ala telah memberi nikmat yang
sangat banyak. Allah berfirman :
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا
تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan
jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya,
sungguh manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Q.S Ibrahim 34.
Jadi
memang ada manusia yang mengikari nikmat Allah karena selalu merasa nikmat
Allah masih kurang baginya, tidak pernah puas dan tidak merasa cukup, tidak
qana’ah.
Pada
hal Rasulullah telah mengingatkan dalam sabdanya :
، و كن قنِعًا تكن أشْكَرَ الناسِ
Dan jadilah kalian
orang yang qana’ah
niscaya engkau menjadi orang yang bersyukur. (H.R Ibnu Majah,
dari Abu Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Ketiga : Tak mau melihat orang yang di
bawah dalam urusan dunia.
Ini
juga merupakan salah satu penghalang untuk
bersyukur. Dia selalu membandingkan dirinya dengan orang lain dalam hal
harta dunia. Sungguh Rasulullah telah mengingatkan, dalam sabda beliau :
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا
تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan
dunia) dan janganlah engkau lihat orang yang berada di atasmu (dalam masalah
ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah
padamu.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Seorang
hamba yang selalu memperhatikan orang lain hidup (kelihatannya) bahagia.
Memiliki harta dunia maka timbul perasaan kekurangan sehingga menjadi
penghalang baginya untuk bersyukur.
Memang
kita harus melihat yang diatas namun
bukan dalam urusan dunia tapi untuk urusan akhirat. Kita sering melihat
saudara kita sangat taat dan rajin beribadah maka ini harus kita perhatikan,
kita inginkan dan kita contoh. Ini namanya fastabiqul khairat.
Keempat : Merasa nikmat itu sebagai
hasil kepandaian dan usahanya sendiri.
Allah
telah menerangkan tentang kisah Qarun yaitu seorang hamba yang tidak mau
bersyukur atas nikmat yang diterimanya. Sungguh dia telah mengingkari bahwa
nikmat itu datang dari Allah Ta’ala. Dia
merasa bahwa nikmat itu adalah karena kepandaiannya mengumpulkan harta.
Perhatikanlah firman Allah dalam surat al
Qashash 78.
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ
عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ
الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ
عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
Dia (Qarun) berkata : Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu
karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasannya
Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat darinya
dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada
orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
Kelima : Melupakan kesusahan dan kesulitan di masa
lalu.
Jika pada
satu saat mendapat banyak nikmat lalu sebagian manusia melupakan kesusahan dan
kesulitannya dimasa lalu. Akibatnya mereka lalai atau tidak mau bersyukur.
Perhatikanlah kisah tiga orang Bani Israil yang diceritakan oleh Rasulullah dan
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam satu hadits yang cukup panjang.
Ada orang yang
satu belang badannya, yang satu botak
dan yang satu lagi buta. Ternyata setelah Allah beri anugerah dan kebaikan kepada ketiganya maka yang bersyukur hanyalah satu orang yaitu yang buta sedangkan
yang dua lainnya tidak mau atau terhalang untuk bersyukur. Kenapa dua orang
diantara mereka terhalang untuk bersyukur ?. Karena mereka melupakan
penderitaan dan penyakitnya dimasa lalu.
Semoga
Allah Ta’ala memberi kekuatan kepada kita untuk selalu bersyukur atas segala
nikmat-Nya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.356)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar