MENDAKI BERTAKBIR MENURUN BERTASBIH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh Rasullah adalah uswah hasanah bagi
kita. Beliau haruslah kita teladani dalam berbagai aspek kehidupan dunia dan
persiapan menuju akhirat yaitu dalam hal aqidah, ibadah, adab dan akhlak serta
muamalah.
Salah satu pelajaran dari beliau, yang mungkin
belum diamalkan oleh banyak orang adalah
adab bersafar ketika MELEWATI JALAN MENDAKI DAN JALAN MENURUN. Tentang hal ini,
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
Pertama : Dari Jabir bin Abdillah
قال جابر رضي الله عنه: كُنَّا إِذَا صَعَدْنَا كَبَّرْنَا، وَإِذَا
نَزَلْنَا سَبَّحْنَا
Dari Jabir dia berkata : Kami apabila berjalan naik, membaca
takbir, dan apabila kami turun, membaca tasbih. (H.R Imam Bukhari)
Kedua : Dari Ibnu Umar.
“Adalah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan
pasukannya, apabila naik ke tempat yang tinggi, mereka bertakbir. Dan jika
turun, mereka bertasbih.” (H.R Abu
Dawud).
Oleh sebab itu seorang hamba yang sedang
bersafar sangatlah dianjurkan untuk membaca dzikir yaitu Allahu Akbar ketika
melewati jalan mendaki dan membaca Subhanalah ketika melewati jalan menurun.
Dzikir ini merupakan bukti keterikatan hati seorang hamba dengan Allah Ta’ala.
Dari hadits ini, para ulama menjelaskan bahwa
apabila seseorang mengendarai alat transportasi apapun dan melintasi jalan
mendaki seperti pesawat terbang naik, mobil ketika melintasi jalan mendaki,
atau kapal ketika melintasi ombak (besar) maka hendaknya para pengendara
bertakbir. Sementara apabila melintasi
jalan menurun, ketika pesawat terbang turun atau mobil melintasi jalan menurun
maka hendaknya para pengendara bertasbih. (Ensiklopedi Adab Islam, Syaikh Abdul
Aziz Sayyid Nada).
Syaikh
Muhammad bin Shalih al Utsaimin pernah ditanya : Bagaimana kalau kami naik atau
turun di rumah kami yang ada tingkatnya. Syaikh menjawab : Dahulu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam safarnya, ketika melewati
jalanan yang menanjak, beliau bertakbir, dan ketika melewati jalanan yang
menurun, beliau bertasbih.
Yang demikian itu karena seseorang yang berada
di ketinggian (berada di atas sesuatu) terkadang merasa dirinya lebih dan
melihat dirinya besar. Oleh karena itulah sangat tepat bagi dia untuk bertakbir
(membesarkan nama) Allah ‘azza wajalla.
Dan adapun ketika melewati jalanan yang
menurun, tentunya ketika itu dia berada pada posisi yang rendah, maka sangat
tepat baginya untuk bertasbih (mensucikan) Allah ‘azza wajalla dari
sifat kerendahan. Inilah bentuk keterkaitan antara ucapan tasbih dan takbir
dengan keadaan-keadaan tersebut.
Dan di dalam as Sunnah, tidak disebutkan bahwa
amalan-amalan tersebut (bertakbir dan bertasbih, peny.) juga dilakukan ketika
tidak safar, segala bentuk ibadah itu sifatnya tauqifiyyah (tetap, paten).
Jadi, cukup ditunaikan sesuai dengan apa
yang disebutkan dalam dalil-dalil.
Oleh karena itu, seseorang yang naik ke
lantai atas di rumahnya, dia tidak perlu bertakbir, dan ketika turun darinya,
juga tidak perlu bertasbih. Amaliah bertakbir dan bertasbih seperti itu khusus
dilakukan ketika safar. (Silsilah Liqa’ Al-Bab Al-Maftuh)
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.353)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar