KETIKA ORANG TUA MEMBUAT KEMARAHAN ANAK
Oleh : Azwir B. Chaniago
Salah satu KEWAJIBAN PENTING seorang anak,
TERUTAMA KETIKA ORANG TUA MULAI MEMASUKI USIA LANJUT, adalah berbuat baik
dengan sungguh sungguh kepada keduanya. Allah berfirman :
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ
بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي
عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan kami perintahkan kepada manusia (agar
berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah tambah dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku
kembalimu. (Q.S Luqman 14).
Lalu ada yang bertanya bagaimana kalau salah
satu atau kedua orang tua sering membuat jengkel ?. Pada hal saya sudah berusaha berbuat baik
kepada keduanya. Iya, keadaan ini sering terjadi ketika orang tua mulai berusia
lanjut.
Dalam keadaan ini ada beberapa hal yang perlu
diketahui diantaranya adalah :
Pertama : Allah sedang memberikan ujian.
Kalau itu terjadi berarti Allah sedang MENGUJI
IMAN SEORANG ANAK melalui orang tuanya. Ingatlah firman Allah :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan
: Kami telah beriman, dan mereka tidak diuji ?. (Q.S al Ankabut 2)
Kedua : Jangan pernah berkata kasar kepada
orang tua.
Dalam keadaan bagaimanapun seorang anak
janganlah berkata tidak baik kepada kedua orang tuanya. Jangankan berkata kasar,
BERKATA AH saja kepada orang tua sudah sagat tercela disisi Allah Ta’ala. Allah
berfirman :
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا
إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ
الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Dan Rabb-mu telah memerintahkan jangan
menyembah selain Dia dan HENDAKLAH BERBUAT BAIK KEPADA IBU BAPAK. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu
maka sekali kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “AH” dan
janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
baik. (Q.S al Isra’ 23).
Imam Ibnu Katsir berkata : Yaitu
janganlah kamu memperdengarkan kepada keduanya perkataan yang buruk, walaupun
perkataan hanya perkataan “ah” yang merupakan perkataan buruk yang paling
rendah. Dan janganlah kamu membentak mereka, yaitu janganlah ada pada
dirimu kepada mereka melakukan perbuatan yang tidak baik.
Ketiga : Tetaplah bersabar.
Sungguh bersabar adalah sikap yang paling
mulia apalagi kepada kedua orang tua. Kesabaran haruslah TERUS MENERUS TANPA
ADA BATAS. Kesabaran tidak boleh ada batasnya karena pahala sabar juga tidak
terbatas.
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ
أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah yang
disempurnakan pahala mereka tanpa batas (Q.S az
Zumar 10)
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata
: Adapun kesabaran, pahalanya berlipat ganda tidak terbatas.
Hal ini menunjukkan bahwa ganjarannya sangat besar sekali hingga tak mungkin
bagi seorang insan untuk membayangkan pahalanya karena tidak bisa dihitung
dengan bilangan.
Bahkan juga, pahala sabar termasuk pahala yang maklum diisi
Allah tanpa bisa dibatasi. Tidak pula dapat disamakan dengan mengatakan satu
kebaikan dilipat gandakan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Kesabaran itu pahalanya tanpa batas. (Syarah Riyadush
Shalihin).
Keempat : Anak tak akan mampu membalas
kebaikan orang tua.
Ketahuilah bahwa hakikatnya anak tak mampu
untuk membalas kebaikan orang tuanya. Namun demikian, Rasulullah menjelaskan bahwa
ada satu cara yang bisa dilakukan seorang anak untuk dapat membalas semua kebaikan
orang tuanya.
Dari Abu Hurairah, dia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لاَ
يَجْزِى وَلَدٌ وَالِدَهُ إِلاَّ أَنْ يَجِدَهُ مَمْلُوْكًا فَيَشْتَرِيَهُ
فَيُعْتِقَهُ
Seorang
belum dianggap membalas kebaikan orang tuanya, kecuali jika dia mendapatkan orang tuanya
sebagai budak lalu dia membelinya dan memerdekakannya. (H.R Imam Bukhari,
dalam Adabul Mufrad dan Imam Muslim).
Lalu mungkinkah ini bisa terjadi di zaman
sekarang dimana seorang anak bisa membeli dan memerdekakan orang tuanya yang didapatinya
sebagai budak ?. Wallahu A’lam.
Bagaimanapun secara zhahir ini sangat kecil kemungkinan bisa terjadi,
kecuali kalau Allah Ta’ala berkehendak.
Kelima : Ridha Allah dengan ridha orang tua.
Sungguh Rasulullah telah mengingatkan kita
dalam sabdanya bahwa ridha orang tua diperlukan untuk mendapatkan ridha Allah.
Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma,
ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ،
وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
Ridha Allah tergantung pada keridhaan orang
tua dan murka Allah tergantung kemurkaan orang tua. (H.R Imam Bukhari dalam
Adabul Mufrad, at Tirmidzi dan juga ahli hadits selainnya, dihasankan oleh
Syaikh al Albani dalam ash Shahihah).
Keenam : Dahulu engkau juga sangat sering
membuat orang tua marah.
Ingatlah bahwa dahulu, disadari atau tidak,
sewaktu kecil sampai remaja berapa ribu kali anak anak telah membuat orang tua
jengkel atau tak suka dengan perkatan dan perbuatan anaknya. Tetapi orang tua tetap menjaga,
merawat dan membiayai kehidupan anaknya.
Lalu apakah dimasa tuanya anak tak mampu
menerima perlakuannya yang terkadang mendatangkan kemarahan atau menjengkelkannya.
Wahai anak anak kuatkanlah dirimu menerima keadaan orang tuamu apa adanya. Insya
Allah pintu surga terbuka untukmu.
Demikianlah beberapa hal yang patut kita
pahami ketika menghadapi orang tua yang suka mendatangkan kemarahan anak
anaknya baik perkataan maupun perbuatan. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (1.364).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar