KEHIDUPAN YANG SENANG ATAUPUN SUSAH ADALAH
UJIAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh setiap hamba pasti akan mendapat ujian
atau cobaan. Allah Ta’ala telah
mengingatkan dalam firman-Nya :
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan
dibiarkan hanya dengan mengatakan : Kami telah beriman, sedang mereka tidak
diuji ?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang orang sebelum mereka, maka
Allah pasti mengetahui orang orang yang benar
dan pasti mengetahui orang orag yang dusta. (Q.S al Ankabut 2-3).
Kalau kita perhatikan ternyata kebanyakan
manusia mengira bahwa ujian atau cobaan itu hanyalah berbentuk kesempitan,
kekurangan harta, penyakit dan selainnya yang tidak menyenangkan. Ini adalah
perkiraan yang keliru, tidak tepat.
Sungguh kehidupan yang senang dan susah, dua
duanya adalah ujian. Kebaikan yang didapat ataupun keburukan keduanya juga
ujian. Berhasil ataupun gagal, keduanya juga ujian.
Sungguh Allah Ta’ala telah menjelaskan hal ini.
Diantaranya adalah dalam firman-Nya :
Pertama : Dalam surat al Anbiya ayat 35.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Tiap
tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.
Ibnu Jarir menukil bahwa Ibnu Abbas berkata :
Kami (Allah Ta’ala) akan menguji kalian dengan kesempitan dan kelapangan,
kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kemiskinan. Dengan sesuatu yang halal dan
yang haram, ketaatan dan kemaksiatan petunjuk dan kesesatan.
Juga dalam riwayat yang lain dari Ibnu
Abbas dikatakan : Dengan kelapangan dan
kesempitan, yang kedua duanya adalah ujian.
Ibnu Zaid
berkata : Kami akan menguji mereka dengan sesuatu yang mereka sukai dan mereka
benci. Kami akan menguji mereka dengan semua itu untuk mengetahui tingkat
kesyukuran mereka terhadap hal hal yang mereka cintai dan tingkat kesabaran
mereka terhadap hal hal yang mereka benci. (Tafsir
Ibnu Jarir at Thabari).
Tentang ayat ini Syaikh as Sa’di berkata :
Akan tetapi Allah menciptakan para hamba-Nya di dunia untuk diperintah dan
dibatasi dengan larangan. Serta untuk menguji mereka dengan takdir yang baik
ataupun yang buruk, dengan kekayaan dan kemiskinan, dengan kemuliaan dan
kehinaan, dengan kehidupan dan kematian sebagai bentuk ujian dari Allah Ta’ala.
(Tafsir Karimir Rahman).
Syaikh as Sa’di dalam hal ini mengutip firman Allah : “Linabluwahum aiyuhum ahsanu amalaa”. Supaya Kami menguji mereka
siapakah yang paling baik amalannya (Q.S al Kahfi 7). Lihat Tafsir Karimir Rahman.
Kedua : Dalam surat al A’raf 168.
Allah berfirman :
وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ
وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik
baik dan (bencana) yang buruk buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).
Tentang ayat ini, Imam Ibnu Jarir berkata :
Kami akan menguji mereka berupa kelapangan dalam hidup, kemewahan di dunia,
keleluasaan dan kelapangan rezki. Semua itu adalah kenikmatan yang baik
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subahanhu wa Ta’ala tersebut diatas. Sedangkan maksud hal hal
yang buruk adalah kesempitan dan kesengsaraan dalam hidup, musibah dan
kekurangan harta.
Tentang ayat ini pula, Imam Ibnu Katsir berkata
: Maksud dari ayat diatas adalah Kami akan menguji mereka dengan kelapangan dan
kesempitan, kesenangan dan kebencian serta kesehatan dan musibah. (Tafsir Ibnu
Katsir).
Jadi sesungguhnya orang beriman itu pasti akan
di uji dan ujian itu tidaklah hanya
berupa keburukan tapi ujian itu bisa
pula berupa kebaikan. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam
firman-Nya :
لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا
فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ
مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Agar kamu tidak bersedih terhadap apa yang
luput dari kamu dan tidak pula terlalu bergembira terhadap yang diberikan-Nya
kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.
(Q.S al Hadiid 23).
Oleh karena itu maka ketika diuji dengan kebaikan
orang beriman haruslah bersyukur dan ketika diuji dengan keburukan haruslah bersabar. Ketahuilah bahwa berapa banyak orang yang ketika diuji dengan kesusahan dia lulus tapi sering gagal ketika diuji dengan kesenangan.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.330)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar