ALLAH
MENYEDIAKAN SURGA UNTUK ORANG YANG BERTAKWA
Oleh : Azwir
B. Chaniago
Setiap
muslim haruslah berusaha untuk menjadi orang orang yang bertakwa. Kenapa
menjadi orang yang bertakwa itu menjadi penting sekali ?. Karena ORANG ORANG
YANG BERTAKWA ADALAH ORANG MULIA di sisi Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sungguh,
yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. (Q.S al Hujurat 13).
Lalu apa yang dimaksud dengan takwa ?. Abu Hurairah ditanya
oleh seseorang tentang takwa. Dijawab : Apakah engkau
pernah melewati jalan yang penuh onak dan duri. Orang itu menjawab : Ya pernah. Abu Hurairah bertanya lagi : Lalu apa
yang engkau lakukan?. Orang
itu menjawab : Jika aku melihat
duri aku menghindar, melewati atau aku berhati-hati darinya. Abu Hurairah berkata : Itulah makna
takwa (Jamiul ‘ulum wal Hikam).
Imam Ibnul Qayyim berkata : Hakikat takwa
ialah melakukan ketaatan kepada Allah dilandasi keimanan dan mengharapkan
pahalanya karena ada perintah dan larangan sehingga seseorang melakukan
perintah dengan mengimani Dzat yang memerintah dan membenarkan janjinya. Dan ia
meninggalkan apa yang Allah larang baginya dengan mengimani Dzat yang
melarangnya dan takut terhadap ancamannya.
Ketahuilah
bahwa keutamaan dari orang bertakwa adalah menjadi penghuni surga dan inilah
cita cita tertinggi seorang yang beriman, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
۞ وَسَارِعُوا إِلَىٰ
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Bersegeralah
kamu mencari ampunan dari Rabb-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi yang DISEDIAKAN BAGI ORANG ORANG YANG BERTAKWA. (Q.S Ali Imran
133).
Sungguh
Allah Ta’ala telah menjelaskan sifat sifat orang bertakwa, diantaranya adalah
berdasarkan firman-Nya :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
(Orang yang
bertakwa yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri
sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah ? dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Q.S Ali
Imran 134-135)
Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : Allah
menjelaskan tentang sifat orang orang yang bertakwa dan perbuatan perbuatan
mereka, sebagaimana disebutkan dalam
firman-Nya :
Pertama : “(Yaitu) orang orang yang
menafkahkan (hartanya) di waktu lapang maupun di waktu sempit”.
Yaitu, pada saat kondisi mereka
sedang sulit atau kondisi mereka sedang lapang. Bila mereka sedang lapang
mereka akan berinfak dengan lebih banyak dan bila mereka sedang kesulitan
mereka tidak menganggap remeh kebaikan walaupun sedikit saja.
Kedua : “Dan orang orang yang
menahan marahnya”.
Yaitu, apabila terjadi dari orang
lain tindakan yang menyakitkan terhadapnya yang menimbulkan kemarahan yaitu
hati yang penuh dengan kedongkolan dan akan menimbulkan balas dendam dengan
perkataan atau perbuatan. Mereka itu tidaklah bertindak menurut tabiat
kemanusiaannya (membalas ketika disakiti, pen.) akan tetapi mereka menahan apa
yang ada dalam hatinya dari kemarahan dan menghadapi orang yang berbuat buruk
kepadanya itu dengan kesabaran.
Ketiga : “Dan memaafkan (kesalahan)
orang”.
Termasuk dalam tindakan memaafkan
orang adalah memaafkan segala hal yang terjadi dari orang orang yang berbuat
buruk kepada kita dengan perkataan maupun perbuatan. Memaafkan itu sangatlah lebih baik daripada hanya sekedar menahan
amarah, karena memaafkan itu adalah membalas (keburukan) dengan bentuk kelapangan dada terhadap orang yang berbuat
keburukan.
Itu dapat terjadi pada orang orang
yang menghiasi dirinya dengan akhlak yang terpuji dan jauh dari akhlak yang
tercela. Dan juga orang orang yang bertransaksi dengan Allah dan memaafkan
hamba hamba Allah sebagai suatu kasih saying terhadap mereka dan tidakan
kebajikan kepada mereka. Benci dari keburukan yang menimpa mereka agar Allah
mengampuni dirinya dan dia mendapatkan pahala di sisi Allah yang Mahamulia.
Allah berfirman : “Fa man ‘afaa wa ashlaha fa ajruhuu
‘alallahi”. Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. (Q.S asy Syura’ 40).
Keempat : “Dan (juga) orang orang
yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri .
Maksudnya, telah terjadi perbuatan
perbuatan buruk yang besar atau kecil
yang dilakukan oleh mereka lalu mereka segera bertaubat dan meminta ampun.
Mereka mengingat Rabb mereka dan ancaman-Nya bagi orang orang yang berbuat
maksiat dan apa yang dijanjikan bagi orang orang yang bertakwa.
Maka mereka memohon ampunan-Nya
atas dosa dosa mereka, menutup aib aib mereka. Disamping itu mereka
meninggalkan hingga ke akar akarnya dan menyesal atasnya. Karena itulah Allah
berfirman : dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Tafsir Taisir Karimir
Rahman)
Insya Allah
ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.327)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar