MEMBERI NASEHAT HARUS SELARAS DENGAN PERBUATAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Kemajuan teknologi informasi yang demikian
hebat saat ini ternyata telah membuka kesempatan dan peluang bagi banyak orang
untuk saling menasehati bahkan berdakwah dengan sharing melalui beragam media sosial.
Diantara nasehat yang dishare itu ada yang ditulis sendiri dan paling banyak
adalah dengan copy paste dari tulisan orang lain.
Keadaan ini tentulah menggembirakan bahkan
bermanfaat yaitu dengan catatan harus memelihara adab adab dalam memberi
nasehat. Diantara adab yang paling penting dalam memberi nasehat adalah
menyelaraskan nasehat dengan perbuatan. Dengan kata lain dalam memberi nasehat
maka SI PEMBERI NASEHAT HARUSLAH TERLEBIH DAHULU MENGAMALKAN APA YANG
DINASEHATKANNYA.
Dalam hal ini, Allah Ta’ala memberikan
peringatan keras kepada orang orang yang BERKATA TAPI TAK MENGAMALKANNYA. Ini dijelaskan Allah Ta’ala dalam firman-Nya,
diantaranya :
Pertama : Dalam surat al Baqarah ayat 44.
Allah Ta’ala berfirman :
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ
أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan)
kebajikan sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri pada hal kamu membaca Kitab.
Tidakkah kamu berakal (mengerti) ?.
Syaikh as Sa’di berkata : Bahwa akal
menganjurkan kepada pemiliknya untuk menjadi orang yang pertama melakukan apa yang diperintahkan dan orang
yang meninggalkan apa yang dilarang. Jadi barangsiapa yang memerintahkan orang
lain kepada kebaikan lalu dia tidak melakukannya atau melarang dari kemungkaran
namun dia tidak meninggalkannya maka hal itu menunjukkan TIDAK ADANYA AKAL
PADANYA DAN (YANG ADA ADALAH) KEBODOHANNYA. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)
Kedua : Dalam surat ayat ash Shaff ayat 2-3
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ
تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ
تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Wahai orang orang yang beriman !. Mengapa kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan ?. (Itu) sangatlah dibenci di sisi
Allah jika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan.
Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : “Mengapa
kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat”. Maksudnya : (1) Mengapa kalian mengatakan kebaikan dan
mendorong untuk melakukannya, dan boleh jadi kalian memuji muji kebaikan itu
namun tidak kalian lakukan ?. (2) Mengapa kalian melarang keburukan, boleh jadi
kalian sucikan diri kalian dari keburukan tersebut namun kalian lakukan bahkan
menjadi sifat kalian ?.
Lantas apakah kondisi tercela seperti pantas
bagi orang orang yang beriman ?. Bukankah amat besar murka Allah Ta’ala pada
orang yang mengatakan sesuatu namun tidak dilakukan ?. Karena itu, orang yang
memerintahkan berbuat baik seharusnya orang pertama yang melakukannya. Dan
orang yang melarang keburukan seharusnya menjadi orang yang paling jauh
darinya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Selanjutnya mari kita perhatikan nasehat asy
Syaikh Abul Aswad ad Dualy dalam perkara ini, sebagai berikut :
(1) Wahai orang yang mengajari orang lain.
Tidakkah engkau mengajari dirimu lebih dahulu.
(2) Janganlah engkau melarang akhlak atau
perbuatan (buruk) tapi engkau sendiri melakukannya. Sungguh sangat tercela jika
engkau berbuat seperti itu.
(3) Mulailah dari dirimu dan cegahlah jiwamu
dari penyimpangannya. Jika jiwamu telah lepas dari penyimpangannya maka engkau
adalah orang yang bijak. Saat itulah nasehat akan berguna. Begitu pula ucapanmu
akan menjadi panutan. (Dinukil dari tulisan ustadz Dr. Firanda, salam
da’wah.com, dengan diringkas).
Ketahuilah bahwa sungguh sangat mengerikan dan
sangat berat adzab yang akan diterima oleh orang orang yang suka menasehati,
menyeru kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran tapi dia sendiri tak
mengamalkannya. Perhatikanlah hadits berikut ini.
Rasulullah bersabda : “Seseorang didatangkan
pada hari kiamat kemudian dilemparkan ke dalam neraka dan berputar-putar di
neraka layaknya keledai mengitari alat penumbuk gandum. Kemudian penduduk
neraka mendekatinya dan berkata: Hai Fulan! Bukankah dulu engkau memerintahkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran? Ia menjawab: 'Benar, dulu aku memerintahkan
kebaikan namun tidak saya lakukan dan mencegah kemungkaran namun saya
lakukan." Syu'bah menambahkan: Dan telah bercerita kepadaku Manshur dari
Abu Wail dari Usamah dengan hadits serupa hanya saja ia menambahi :
"Hingga ususnya terburai keluar." (H.R Imam Ahmad).
Oleh karena seorang hamba takutlah kepada
Allah Ta’ala. Mulailah dengan
menasehati dirinya sendiri lalu mengamalkannya sebelum menasehati orang
lain. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.331)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar