TIGA TEMPAT SABAR
Oleh : Azwir B. Chaniago.
Muqaddimah.
Seorang hamba selalu butuh kesabaran dalam setiap kondisi.
Sebab ia selalu berada dalam perintah yang wajib dilaksanakan dan larangan yang
wajib ditinggalkan. Berada di atas takdir Allah serta kenikmatan yang wajib dia
syukuri. Apabila semua perkara ini tidak bisa lepas dari dirinya maka kesabaran
harus senantiasa ada (dalam diri seseorang) sampai matinya. (Tazkiyatun Nufus,
Syaikh Ahmad Farid Kairo).
Makna sabar.
Imam Ibnul Qayyim dalam Kitab Madaarijus Saalikin atara lain
menjelaskan bahwa secara bahasa sabar bermakna menahan atau mencegah. Selanjutnya
beliau menjelaskan bahwa secara istilah
sabar bermakna :
1. Menahan diri dari berputus asa.
2. Meredam amarah jiwa.
3. Mencegah lisan dari mengeluh.
4. Mencegah anggota badan untuk
melakukan kemungkaran.
Sabar berada pada tiga tempat.
Para ulama menjelaskan bahwa sabar haruslah ada pada tiga
tempat yaitu :
Pertama : Sabar dalam
menjalankan ketaatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia untuk beribadah
kepadaNya yaitu dengan senantiasa
menjaga ketaatan. Ini tentu membutuhkan
keikhlasan dan kesabaran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Washbir nafsaka ma’aladzi yad’uuna rabbahum bil ghadawaati wal’asyiiyi yuriiduuna wajhahu…. Dan
bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb-nya di
pagi dan senja hari dengan mengharap
wajah-Nya. (Q.S al Kahfi 28)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahulah berkata : Sabar dalam mengerjakan ketaatan kepada Allah
lebih utama dan sempurna daripada menjauhi
yang diharamkan-Nya karena kemashlahatan mengerjakan ketaatan lebih
disukai Allah daripada kemashlahatan
menjauhi maksiat.
Kedua : Sabar dalam menjauhi larangan.
Untuk menjauhi larangan Allah dibutuhkan kesabaran. Apalagi
saat ini begitu banyaknya godaan. Pintu-pintu maksiat yang dilarang Allah
terbuka dimana-mana. Bahkan setiap saat dengan mudah bisa masuk ke rumah kita
bahkan ke kamar tidur kita
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah berkata :
Sabar dalam menjauhi yang diharamkan Allah, yaitu seorang hamba hendaklah
menahan diri dari yang Allah haramkan. Karena jiwa ini senantiasa memerintahkan
kepada keburukan.
Ketiga : Sabar dalam menerima takdir.
Allah mentakdirkan bagi seorang hamba dua ketetapan yaitu :
1.
Ketetapan Allah yang sesuai dengan keinginan manusia. Diantaranya adalah berupa
keselamatan, harta yang banyak, jabatan dan pangkat serta berbagai kelezatan
dunia. Seorang hamba jangan sampai
tertipu dengan keadaan ini bersabarlah
menghadapinya. Jangan lalai dan haruslah senantiasa bersabar memenuhi hak-hak
Allah terhadap harta dan dirinya.
Rasulullah bersabda : “Fawallahi lalfaqra akhsya ‘alaikum
walakin akhsya ‘alaikum an tubsatha ‘alaikum dun-yaa kamaa busithat ‘ala man
kaana qablakum fatanaa fasuuhaa kamaa tanaafasuhaa watuhlikukum kamaa
ahlakat-hum”. Maka demi Allah bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan dari
kalian. Akan tetapi aku khawatir apabila dunia telah dibentangkan bagi kalian,
sebagaimana telah dibentangkan kepada umat-umat sebelum kalian. Mereka
berlomba-lomba sebagaimana kalian juga berlomba-lomba mengejarnya, yang
menyebabkan kalian binasa sebagaimana mereka binasa. (H.R
Imam at Tirmidzi dengan sanad hasan).
Hendaklah kita bersabar dengan ketetapan Allah berupa kenikmatan yaitu sabar yang diikuti rasa syukur.
2.
Ketetapan Allah berupa cobaan, musibah
atau sesuatu yang tidak dikehendaki. Ini adalah sunatullah yang akan selalu ada pada kehidupan seorang hamba.
Sungguh musibah dan cobaan yang menimpa manusia adalah ketetapan
Allah yang tidak bisa ditolak. Bersabar dan terimalah ketetapan ini dengan hati
lapang agar derita musibah tidak
bertambah berat.
Allah Ta’ala dalam banyak ayat al Qur’an telah mengingatkan
kita tentang ujian dan cobaan yang pasti akan menimpa setiap manusia.
Allah Ta’ala berfirman : “… Liyabluakum ayyukum
ahsanu ‘amalaa …Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang
lebih baik amalnya… (Q.S al Mulk 2).
Allah Ta’ala berfirman : “Ahasibanaasu aiyutrakuu
aiyaquuluu amannaa wahum laa yuftanuun”. Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan saja mengatakan ; Kami telah beriman, sedang mereka tidak
diuji lagi. (Q.S al Ankabut 2).
Allah Ta’ala berfirman : “Maa ashaaba min mushibatin illa
bi-iznillah” Tidak ada sesuatu musibahpun menimpa seseorang kecuali dengan
izin Allah (Q.S ath Thaghabun 11).
Rasulullah bersabda : “Matsalul mu’minin kamatsalil zau’i,
laa tazaalur riyaahu tufii-uhu walaa yazaalul mu’minu yushibuhu balaa’. “
Permisalan seorang mukmin seperti tanaman, angin akan senantiasa menerpanya.
Seorang mukmin itu akan selalu ditimpa cobaan. (H.R Imam Muslim dan Imam Tirmidzi).
Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan kita kesabaran dalam
menjalani ketaatan, dalam menjauhi larangan
dan sabar dalam menerima ketetapan atau takdir Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Wallahu A'lam (054)
Wallahu A'lam (054)
Assalamualaikum.. Mohon maaf, untuk penggalan kata latin di bacaan
BalasHapusAllah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : Washbir nafsaka ma’aladzi yad’uuna rabbahum bil ghadawaati wal’asyiiyi yuriiduuna wajhahu…
Yg benar bil ghadawaati atau bil ghadaati, atau malah ga ada perbedaan arti? Maaf, saya butuh penjelasan biar ngga salah dalam membaca qur'an.
Assalamualaikum.. Mohon maaf, untuk penggalan kata latin di bacaan
BalasHapusAllah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : Washbir nafsaka ma’aladzi yad’uuna rabbahum bil ghadawaati wal’asyiiyi yuriiduuna wajhahu…
Yg benar bil ghadawaati atau bil ghadaati, atau malah ga ada perbedaan arti? Maaf, saya butuh penjelasan biar ngga salah dalam membaca qur'an.