ENGGAN MASUK SURGA ?
Oleh : Azwir B. Chaniago
Manusia selalu ingin
mendapat kesuksesan dan kemenangan dalam hidupnya baik di dunia maupun di
akhirat kelak. Sungguh sukses yang agung
dan kemenangan yang besar adalah sebagaimana
dimaksud dalam firman Allah : “Faman zuhziha ‘anin naari wa udkhilal jannata
faqad faaz” Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, sungguh dia telah mendapatkan kemenangan. (Q.S Ali Imran 185).
Tapi yang aneh,
ternyata ada manusia yang enggan masuk surga. Kok enggan. Apa memang ada
manusia yang enggan masuk surga. Ya ada.
Rasulullah yang menjelaskan dalam sabda beliau
: “Kullu ummatii yadkhuluun al jannah. Illaa man abaa.” Semua
umatku masuk surga. Kecuali yang enggan. (H.R Imam Bukhari).
Mungkin kita heran mendengar bahwa ada yang enggan masuk
surga. Bukan kita saja yang heran. Para sahabat dulu sempat juga heran. Kok ada
yang enggan masuk surga. Lalu sahabat bertanya (lanjutan hadits diatas) : Wahai
Rasululullah : Siapa yang enggan. Beliau menjawab : “Barangsiapa yang mentaatiku
maka dia pasti masuk surga, dan barang siapa yang durhaka kepadaku
maka sungguh dia telah enggan (masuk surga).
Kita semua maklum bahwa dinegeri akhirat itu hanya ada dua
tempat, yakni surga atau neraka. Tidak ada tempat ketiga. Jadi bila seseorang
enggan masuk surga maka berarti dia ingin masuk neraka. Na’udzubillah.
Yang akan masuk surga bukanlah orang yang sekedar ingin dan
sekedar berucap di lisannya : Kami ingin masuk surga, kami tidak enggan masuk
surga. Kami takut terhadap neraka. Rasulullah menjelaskan dalam hadits tersebut
bahwa yang tidak enggan masuk surga haruslah dengan bukti yaitu menjaga
ketaatannya kepada Rasulullah.
Ketahuilah bahwa untuk menjadi orang yang taat
setidaknya haruslah menjaga dua hal pokok yaitu memiliki ilmu dan
melakukan amal shalih. Harus dua duanya. Ya berilmu, ya beramal
shalih.
Pertama : Memiliki ilmu.
Berilmu dulu baru
beramal. Jangan sekali kali beramal tanpa ilmu. Dengan ilmu maka seseorang
mengetahui jalan jalan yang harus ditempuh untuk bisa beramal dengan benar dan
baik. Tidak cukup dengan sekedar niat baik saja. Haruslah mengikuti tuntunan.
Mengetahui mana perintah yang harus dilakukan dan mana larangan yang harus
dijauhi. Jika beramal tanpa ilmu maka
bisa bisa jatuh kepada kesesatan atau menyelisihi Rasulullah, maka amalnya tertolak.
Rasulullah bersabda : “Man ‘amila amalan laisa lahu amruna fa
huwa raddun” Barangsiapa yang melakukan suatu yang tidak ada perintahnya dari
kami, maka amalannya tertolak. (H.R Imam Muslim).
Kedua : Melakukan amal shalih.
Setelah memiliki ilmu
yang benar tentang syari’at dan batasan batasannya sesuai yang
diajarkan
Rasulullah dan dipraktekkan oleh para sahabat maka segeralah beramal. Allah
berfirman : “Waman yuthi’ir rasuula faqad atha’allah” Barangsiapa yang
mentaati Rasul sungguh dia telah mentaati Allah. (Q.S an Nisaa’ 80)
Amal shalih yang dilakukan dengan ilmu yang benar adalah
tanda ketaatan seorang hamba yang insya Allah akan mengantarkannya ke surga.
Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa
mempelajari ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya sebagai tanda ketaatan kita
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. (064)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar